Bagaimana Pilot Memprediksi Turbulensi? (2)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
6 Juli 2017 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah pesawat mengudara, radar membantu pilot memprediksi cuaca di depan.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada monitor di kokpit yang menunjukkan 3 warna yang memberitahu pilot tentang derajat presipitasi yang berhubungan dengan curah hujan, salju dan sebagainya. Derajat presipitasi ini adalah indikator yang baik akan adanya turbulensi. Warna yang tampak adalah hijau, kuning, dan merah. Hijau adalah tanda turbulensi ringan, kuning merupakan tanda turbulensi sedang, sedangkan merah adalah kondisi turbulensi yang sangat berbahaya. Saat kondisi turbulensi terlalu parah, pilot terkadang mengubah rute. Namun, saat kondisi bahan bakar tidak cukup untuk menempuh rute lain, maka penumpang akan disarankan kembali ke tempat duduk mereka dan mengenakan sabuk pengaman.
Untuk turbulensi gelombang gunung, pilot memiliki peta dan grafik-grafik. Mereka juga dapat melihat ke jendela untuk melihat formasi awan yang terbentuk. Jika ada awan yang dinamakan awan lenticular terbentuk, maka itu adalah salah satu indikator baik bahwa di depan dalam waktu singkat akan terjadi turbulensi.
ADVERTISEMENT
Clear air turbulence atau turbulensi udara yang disebabkan oleh perbedaan suhu udara jauh lebih sulit untuk diprediksi. Perbedaan suhu udara ini menyebabkan udara yang memiliki masa berbeda bertabrakan satu sama lain dengan kecepatan yang berbeda-beda. Biasanya untuk memprediksi clear air turbulence ini pilot mengandalkan informasi dari pilot lain yang baru saja melewati area tersebut atau dari menara kontrol udara.
Sumber : Howstuffworks dengan berbagai editting
Sumber Gambar : Garmin