Benarkah Vaksin Covid Terlalu Terburu-Buru?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Januari 2021 12:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana vaksin covid bisa dikembangkan dengan relatif cepat?
Waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan vaksin-vaksin sebelumnya
ADVERTISEMENT
Ketika pertama kali mengambangkan vaksin untuk covid 19 di awal tahun 2020, para ilmuwan sangat ekstra hati-hati untuk tidak menjanjikan bahwa vaksin akan tersedia sesegera mungkin.
Pengembangan vaksin tercepat sebelumnya, mulai dari proses sampling hingga mencapai persetujuan lembaga regulasi kesehatan adalah empat tahun. Untuk mengharapkan vaksin tersedia di pertengahan 2021 pun ketika itu terlihat seperti terlalu muluk-muluk.
Namun, kenyataannya di awal desember 2020, para pengembang vaksin telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Pada 2 desember 2020, vaksin buatan pfizer-biontech menjadi vaksin covid pertama yang disetujui untuk uji klinis dalam masa darurat pandemik.
Kecepatan produksi vaksin saat ini adalah sesuatu yang revolusioner, dan diharapkan dapat diterapkan juga untuk kasus vaksin lain seperti malaria, tuberculosis, dan juga pneumonia.
ADVERTISEMENT
“Teknologi terbaru yang cepat ini diharapkan akan merevolusi dunia vaksin. Cepatnya pengembangan vaksin saat ini membuktikan bahwa jika ada kebutuhan darurat yang mendunia, dan ada cukup resource, maka pengembangan yang sedemikian cepat ternyata memungkinkan, tentu tanpa mengacuhkan aspek keamanan. ” kata Dan Barouch, direktur di center of virology and vaccine research, Harvard medical school. Selain itu, Barouch menambahkan “vaksin berbasis mRNA telah diteliti (dari tahun 1990 an), dan tervalidasi berkat vaksin covid ini.”
Bagaimana vaksin covid dapat dikembangkan dengan begitu cepat?
Dunia saat ini berhasil mengembangkan vaksin sedemikian cepat karena riset mengenai vaksin mRNA yang telah dilakukan bertahun-tahun yang lalu untuk jenis virus yang menyerang saluran pernapasan sama seperti covid (artikel “perbedaan vaksin covid dengan vaksin lain” oleh Lampu Edison). Selain itu, proses manufaktur vaksin juga telah jauh berkembang dibanding tahun 90 an. Ketersediaan dana yang ada dari industri, dan para philantropis dari seluruh dunia yang mencapai milyaran dolar, juga memungkinkan uji-uji dilakukan secara paralel (bersamaan), bukan satu demi satu seperti proses pada umumnya. Uji ini meliputi tiga tahap uji klinis, yang dilakukan secara paralel dengan proses manufakturing vaksin.
ADVERTISEMENT
Karena situasi yang gawat di seluruh dunia, lembaga regulasi juga berusaha untuk menjadi kooperatif dengan mengecek semuanya secara cepat.
Keadaan ini sangatlah jarang, dan mungkin tidak akan terulang meskipun ada cukup banyak dana untuk pengembangan vaksin ke depannya, kecuali jika ada tekanan sosial dan politik yang mirip terjadi pada saat ini. Selain itu, karakteristik dari virus itu juga menentukan. SARS-COVID ini kebetulan memiliki kecepatan mutasi yang relatif lambat, selain juga karakternya mirip dengan virus-virus sebelumnya seperti SARS (severe acute respiratory syndrome) dan MERS ( Middle east respiratory syndrome), yang telah dikenali oleh para ilmuwan, dan telah diusahakan keberadaan vaksin nya sejak bertahun-tahun yang lalu. Virus covid ini juga tidak memiliki karakter seperti misalnya virus HIV yang secara aktif memblokir antibodi menjadikan vaksin nya sulit bekerja dengan efektif. Dapat disimpulkan, kecepatan pengembangan vaksin saat ini dapat dikatakan sebagian adalah karena keberuntungan.
ADVERTISEMENT
Vaksin mRNA sendiri seperti yang terdapat pada vaksin covid pfizer-biontech dan moderna telah dikembangkan mulai 10-15 tahun yang lalu. Sementara sebelumnya, kebanyakan vaksin adalah berbasis DNA dan telah digunakan sejak 25 tahun yang lalu. Riset mengenai vaksin mRNA ini bisa dikatakan telah matang di waktu yang sangat tepat. Seandainya pandemi ini terjadi lima tahun yang lalu, mungkin vaksin tidak akan siap seperti saat ini.
Selain vaksin berbasis mRNA, vaksin ketiga adalah Astrazeneca dari the University of Oxford. Astrazeneca menggunakan informasi genetik yang didapat dari adenovirus di kotoran simpanse untuk dimasukkan ke tubuh dan memicu produksi spike protein yang bisa membangkitkan sistem imun. Riset vaksin berbasis adenovirus ini juga telah dilakukan sejak bertahun-tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Ahli virus Peter Hotez dari Baylor college of medicine, Texas mengatakan, berlomba-lombanya ilmuwan dan perusahaan untuk menyelesaikan vaksin covid ini bukan semata dengan tujuan untuk menghentikan pandemi, tetapi juga untuk mendapatkan dana riset dari pemerintah. Disebutkan bahwa dana riset dari pemerintah yang dikucurkan mencapai 10 milyar dolar, yang merupakan dana penelitian di bidang farmasi terbesar sepanjang sejarah.
Gambar : vaksin berbasis mRNA. Sumber : Wikimedia common
https://www.nature.com/articles/d41586-020-03626-1