Cara Kerja Otak Melacak Jalur Kita & Orang Lain Pergi

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
30 Januari 2021 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Dalam studi ini ditunjukkan bahwa otak manusia sangat mungkin untuk selaras satu sama lain, jauh lebih dari apa yang selama ini kita pikirkan.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dengan meningkatnya kasus covid-19 secara pesat, menjaga jarak dari orang lain menjadi hal yang sangat penting untuk kita lakukan. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh UCLA (Universitas California) yang terbaru mengungkapkan bahwa bagaimana otak manusia dapat menavigasi berbagai tempat dan memantau orang lain di lokasi yang sama. Penelitian yang diterbitkan pada 23 Desember di Nature, temuan ini memperlihatkan bagaiaman otak kita dapat menghasilkan kode umu tertentu untuk menandai posisi orang lain berada dalam hubungan dengan diri kita. Mungkin hal ini yang juga menyebabkan kadang kita cenderung menghindari orang yang tidak kita kenali.
brain pathway illustration | pixabay.com
Nanthia Suthana, kepala bedah saraf Ruth and Raymond Stotter dan juga asisten profesor bedah saraf di David Geffen School of Medicine (UCLA), melakukan penelitian bagaimana otak kita (manusia) bereaksi ketika kita menavigasi ruang fisik, saat pertama menyendiri dan kemudian dengan orang lain. Hasil yang mereka temukan menyiratkan bahwa otak manusia menciptakan tanda universal untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain. Suthana dan rekan-rekannya melakukan pengamatan pada pasien epilepsi yang otaknya telah ditanamkan dengan elektroda melalui pembedahan untuk mengontrol kejang yang terjadi pada mereka. Elektroda yang ditanamkan ini berada di lobus temporal medial, pusat otak terkait dengan memori dan diduga untuk mengatur navigasi, seperti layaknya perangkat GPS yang ada pada telepon kitas.
ADVERTISEMENT
Pada penelitian sebelumnya telah ditunjukkan bahwa gelombang otak frekuensi rendah oleh neuron di lobus temporal medial membantu hewan pengerat melacak di mana mereka berada saat mereka menavigasi tempat baru. Sehingga lebih lanjut lagi, Matthias Stangl, seorang sarjana postdoctoral di lab Suthana menegaskan ingin menyelidiki ide ini pada orang tertentu dan menguji apakah mereka juga dapat memantau orang lain di dekat mereka tetapi terhalang oleh teknologi yang ada saat ini. Penelitian yang dilakukan menggunakan penghargaan $ 3,3 juta dari National Institutes of Health's BRAIN Initiative ini pada akhirnya mampu menemukan tas punggung khusus berisi komputer yang terhubung secara nirkabel ke elektroda otak. Hal ini memungkinkannya untuk mempelajari subjek penelitian saat mereka bergerak bebas alih-alih berbaring diam di pemindai otak atau terhubung ke alat perekam.
Connection Fractal Neural Pathways | pixabay.com
Dalam percobaan ini, setiap pasien memakai ransel dan diinstruksikan untuk menjelajahi ruangan kosong, menemukan tempat tersembunyi dan mengingatnya untuk pencarian selanjutnya. Saat mereka berjalan, ransel merekam gelombang otak, gerakan mata, dan jalur mereka melalui ruangan secara real time. Hasilnya menunjukkan saat para peserta menggeledah ruangan, gelombang otak mereka mengalir dalam pola yang berbeda, menunjukkan bahwa otak setiap orang telah memetakan dinding dan batasan lainnya. Menariknya, gelombang otak pasien juga mengalir dengan cara yang sama ketika mereka duduk di sudut ruangan dan menyaksikan orang lain mendekati lokasi titik tersembunyi tersebut. Penemuan ini juga menyiratkan bahwa otak kita menghasilkan pola yang sama untuk melacak keberadaan kita dan orang lain dalam lingkungan yang sama.
ADVERTISEMENT
Lalu, mengapa hal ini ini menjadi penting? Suthana menegaskan bahwa kegiatan sehari-hari mengharuskan kita untuk terus-menerus menavigasi di sekitar orang lain di tempat yang sama, pertimbangkan untuk memilih jalur keamanan bandara terpendek, mencari tempat di tempat parkir yang ramai, atau menghindari menabrak seseorang di lantai dansa. Dalam temuan sekunder, tim UCLA menemukan bahwa apa yang kita perhatikan dapat memengaruhi cara otak kita memetakan suatu lokasi. Misalnya, gelombang otak pasien mengalir lebih kuat saat mereka mencari titik tersembunyi atau menyaksikan orang lain mendekati lokasi tersebut - dibandingkan saat mereka sekadar menjelajahi ruangan. Hal ini akan mendukung gagasan bahwa dalam kondisi mental tertentu, pola gelombang otak ini dapat membantu seseorang mengenali Batasan. Penelitian selanjutnya akan mengeksplorasi bagaimana pola otak orang bereaksi dalam situasi sosial yang lebih kompleks, termasuk di luar laboratorium. Tim UCLA telah menyediakan tas punggung tersebut bagi peneliti lain untuk mempercepat penemuan tentang gangguan otak dan otak.
ADVERTISEMENT