Efek Bertolak Belakang Makanan Ber-Omega Terhadap Polusi

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
14 April 2019 3:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asam lemak yang berperan sebagai bahan pembangunan lemak dalam tubuh merupakan senyawa asam karboksilat dengan ikatan rantai panjang alifatik. Secara umum, asam lemak memiliki dua sifat yang menentukan seberapa besar pengaruhnya bagi kesehatan. Pertama, asam lemak bersifat jenuh berfungsi sebagai penyusun utama membran sel yang juga memiliki peran komunikasi antar sel. Penelitian juga menyebut bahwa asam lemak jenuh mampu meningkatkan low-density lipoprotein (LDL) dalam tubuh yang dapat mengendap dalam arteri pembuluh darah. Oleh karenanya peningkatan LDL kerap dikaitkan dengan adanya risiko penyakit jantung. Meski demikian, penelitian lanjutan masih perlu dikembangkan untuk membuktikan apakah peningkatan LDL benar-benar menjadi penyebab risiko penyakit jantung. Hal ini dikarenakan tidak semua asam lemak jenuh meningkatkan LDL, di sisi lain asam lemak jenuh juga mampu meningkatkan HDL (high-desity lipoprotein).
ADVERTISEMENT
Sifat kedua yang diketahui dimiliki asam lemak yakni asam lemak bersifat tak jenuh. Berkebalikan dengan sifatnya yang jenuh, asam lemak tak jenuh mampu menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total, serta lebih berpotensi untuk meningkatkan HDL dalam tubuh. Oleh karenanya, sebagai pengganti asam lemak jenuh, mengonsumsi asam lemak tak jenuh lebih disarankan. Fakta penelitian juga menunjukkan asam lemak tak jenuh lebih mampu menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Contoh jenis-jenis asam lemak tak jenuh ialah Omega 3 dan Omega 6. Seperti yang banyak kita ketahui bahwa mengonsumsi omega 3 dan 6 sangat bermanfaat untuk perkembangan otak dan kecerdasan, terlebih pada anak-anak. Lebih jauh asam lemak yang tidak dapat diproduksi tubuh manusia sendiri ini juga masing-masing memberikan manfaat khusus bagi tubuh. Omega 3 yang terbagi atas EPA, DHA, dan ALA berperan penting dalam menjaga kekebalan tubuh dan mengendalikan peradangan. Di samping membantu perkembangan dan fungsi kognitif pada anak-anak, omega 3 juga membantu dalam pencegahan penurunan fungsi otak pada lansia atau yang dikenal sebagai demensia. Sementara itu, asupan yang mengandung omega 6 berkaitan erat dengan rendahnya risiko sejumlah penyakit kronis seperti jantung, kanker, stroke, serangan jantung, bahkan kematian prematur. Meski demikian, omega 3 dan 6 dapat memberi efek berbeda terhadap kesehatan paru-paru.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penuturan Emily P. Brigham, anak-anak yang mengonsumsi omega-3 lebih banyak dalam menu makannya cenderung memiliki tingkat keparahan asma yang lebih rendah dan gejala-gejala gangguan pernapasan yang lebih sedikit meski dihadapkan pada paparan polusi udara berintensitas tinggi. Sebaliknya, anak-anak yang asupan makanannya mengandung omega 6 lebih tinggi memiliki tingkat keparahan asma yang juga lebih tinggi, serta memunculkan lebih banyak gejala sebagai respon terhadap tingkat polusi yang lebih tinggi dalam ruangan. Meski banyak bukti menunjukkan asam lemak esensial seperti omega-3 dan 6 berperan bagi kesehatan paru-paru, namun hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda. Asam lemak omega-3 yang banyak ditemukan pada ikan, kacang kedelai, serta biji-bijian dan kacang-kacangan tertentu, dianggap memberi dampak yang menyehatkan karena mendorong pemecahan inflamasi pada tubuh. Di sisi lain, asam lemak omega-6 yang terutama ditemukan dalam minyak sayur, memberikan efek yang bercampur bagi tubuh. Pada satu sisi meningkatkan kesehatan dan secara umum di sisi lainnya mendukung terjadinya inflamasi atau peradangan.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian ini didasarkan pada kajian yang dilakukan Dr. Brigham selaku pemimpin penelitian dan asisten profesor di Johns Hopkins University terhadap anak-anak di Kota Baltimore, Maryland. Menurut penjelasannya banyak anak-anak di Amerika, termasuk di Kota Baltimore, Maryland, tempatnya melakukan penelitian, yang mengonsumsi makanan yang sangat menyimpang dari anjuran nasional. Umumnya ini menandakan bahwa lebih banyak asupan dengan kandungan omega-6 yang mereka konsumsi dibanding asupan ber-omega 3. Tidak hanya itu, tingkat asma anak-anak di kota juga dua kali lebih besar dibanding rata-rata nasional. Anak-anak yang memiliki asma juga diketahui menjadi rentan terhadap peradangan dan gejala-gejala pernapasan akibat kondisi ini. Oleh karenanya para peneliti ingin melihat apakah asam lemak dapat berkontribusi lebih jauh dalam menanggulangi tingkat keparahan dan gejala-gejala yang muncul akibat polusi udara dalam ruangan yang sering kali meningkat di rumah-rumah dalam kota.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 135 anak-anak yang memiliki asma dengan rentang usia 5-12 tahun terlibat dalam penelitian ini. Sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan anak memiliki asma ringan, sepertiga lainnya tingkat sedang, dan sepertiga sisanya menderita asma berat. Para peneliti kemudian melakukan penilaian terhadap makanan yang mereka konsumsi, gejala-gejala asma harian yang muncul, serta obat-obatan asma yang digunakan. Penilaian dilakukan pada satu minggu pertama, kemudian dilanjutkan kembali satu minggu di bulan ketiga dan keenam. Sepanjang jangka waktu yang sama, peneliti juga mengukur dua macam polusi partikel di ruangan, yang terdiri dari PM2,5 dan PM10. Partikel berukuran lebih kecil dari 10 mikron dan 2,5 mikron tersebut dikenal sebagai pemicu asma dan mampu meningkatkan gejala-gejala asma pada anak. PM2,5 yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang mampu menembus jauh ke dalam paru-paru hingga mencapai kantung udara kecil atau alveoli. Sedangkan PM10, meskipun termasuk partikel yang lebih besar dari PM2,5 tetap memiliki diameter yang ukurannya hanya seperenam dari lebar rambut manusia, bahkan bisa jadi kurang. Saat terhirup, partikel-partikel udara yang lebih besar ini dapat mengendap di sepanjang saluran udara. Melalui hasil kajian ini juga ditemukan bahwa tingkat omega-6 yang lebih tinggi pada asupan anak-anak berbanding lurus dengan persentase neutrofil dalam merespon partikel-partikel polusi. Neutrofil sendiri ialah sejenis sel darah putih yang dikaitkan dengan peradangan.
Photo by Erwan Hesry on Unsplash
ADVERTISEMENT