Efek Perubahan Iklim Pada Rasio Gender Bayi Baru Lahir

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Februari 2021 10:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penelitian dari Jepang ini menunjukkan bahwa perubahan suhu akibat pemanasan global dapat mengubah rasio kelahiran bayi laki-laki dan perempuan di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Fukuda dkk ini dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility pada tahun 2014.
Ilustrasi bayi baru lahir | Image by fancycrave1 from Pixabay
Sebagai informasi, rasio jenis kelamin bayi baru lahir di dunia rata-rata adalah 1.03 hingga 1.06 –artinya terdapat 103 hingga 106 kelahiran bayi laki-laki untuk setiap 100 kelahiran bayi perempuan− Steven Orzack, peneliti senior dari Fresh Pond Research Institute di Cambridge, Massachusetts, menjelaskan bahwa ketidakseimbangan rasio ini disebabkan karena banyaknya konsepsi yang mati pada masa kehamilan. Orzack juga mengatakan bahwa secara keseluruhan lebih banyak janin perempuan yang gagal selama kehamilan dibandingkan dengan janin laki-laki.
ADVERTISEMENT
Untuk memahami keterkaitan rasio kelahiran dengan pemanasan global, Fukuda dkk membandingkan perbedaan suhu rata-rata tahunan dan suhu ekstrem Jepang dengan proporsi kelahiran bayi perempuan dan laki-laki dalam rentang waktu tahun 1968 hingga tahun 2012. Fukuda dkk juga mengamati efek perbedaan suhu pada rasio jenis kelamin dari janin yang gugur setelah 12 minggu kehamilan.
Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 1) meningkatnya perbedaan suhu meningkatkan angka kematian janin secara signifikan, dan 2) meningkatnya perbedaan suhu menurunkan rasio jenis kelamin bayi baru lahir. Tren meningkatnya angka kematian janin dan menurunnya rasio jenis kelamin bayi baru lahir, terlihat sejak tahun 1970, dimana tren suhu saat itu mulai meningkat.
Menurunnya rasio jenis kelamin bayi baru lahir diduga karena pembuahan jenis kelamin laki-laki sangat rentan terhadap faktor stres eksternal, seperti peristiwa cuaca ekstrem dan peningkatan suhu tahunan akibat perubahan iklim. Seorang professor dari University of California, Ray Catalano, menambahkan bahwa bayi laki-laki adalah "organisme yang relatif lemah" dibandingkan dengan bayi perempuan.
ADVERTISEMENT
Fukuda menunjukkan bahwa selain efek panjang fluktuasi suhu tahunan, perbedaan suhu bulanan yang ekstrem juga terkait dengan peningkatan angka kematian janin dan atau penurunan rasio jenis kelamin bayi baru lahir. Fukuda dkk mengungkapkan bahwa pada tahun 2010, dengan musim panas terhangat di Jepang sejak tahun 1898, Jepang memiliki rasio angka kematian janin tertinggi. Peningkatan suhu pada rentang waktu Oktober 2010 hingga Februari 2012 berpengaruh pada menurunnya rasio jenis kelamin bayi baru lahir di Jepang.
Tak hanya perubahan iklim, bencana ekstrem seperti gempa bumi dan bocornya pembangkit listrik tenaga nuklir di Jepang juga mempengaruhi rasio kelahiran bayi baru lahir. Proporsi bayi laki-laki yang lahir di daerah terkena bencana menurun dibandingkan dengan tahun sebelum terjadinya bencana.
ADVERTISEMENT
Sementara itu sebuah penelitian di Selandia Baru dan Finlandia justru tidak menemukan efek signifikan suhu rata-rata tahunan dengan rasio jenis kelamin bayi baru lahir dan atau angka kematian janin. Perbedaan hasil temuan tersebut mungkin karena peningkatan suhu rata-rata tahunan Selandia Baru dan Finlandia tidak seekstrem dan secepat di Jepang. Faktor lain seperti polusi dan bencana keracunan di Jepang bisa jadi menjadi faktor menurunnya rasio jenis kelamin bayi baru lahir. Fukuda menambahkan bahwa efek perubahan iklim pada rasio jenis kelamin bayi baru lahir “mungkin tidak seragam” di seluruh dunia, tergantung pada faktor lingkungannya.
Sumber: 1, 2, dan 3