Jangan Takut, Ini Komponen Penyusun Vaksin

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
16 Januari 2021 19:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Vaksin disusun oleh beberapa komponen utama | Gambar oleh torstensimon dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Vaksin disusun oleh beberapa komponen utama | Gambar oleh torstensimon dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Program vaksinasi terhadap Covid-19 mulai dilaksanakan oleh pemerintah. Vaksinasi sendiri merupakan cara yang sederhana, aman, dan efektif untuk melindungi seseorang dari penyakit berbahaya, sebelum terpapar langsung.
ADVERTISEMENT
Vaksin bekerja dengan melatih dan mempersiapkan sistem kekebalan tubuh alami untuk mengenali dan melawan virus dan bakteri yang mereka targetkan. Jika nanti tubuh terpapar kuman atau virus penyebab penyakit tersebut, maka tubuh sudah siap memusnahkannya dan mencegah timbulnya penyakit.
Dilansir dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), semua bahan vaksin memainkan peran penting dalam memastikan suatu vaksin aman dan efektif. Beberapa komponen ini di antaranya adalah:

Antigen

Antigen adalah komponen yang berasal dari struktur organisme penyebab penyakit (virus atau bakteri yang terbunuh atau dilemahkan), yang dikenali sebagai 'benda asing' oleh sistem imun dan memicu respons imun pelindung terhadap vaksin. Antigen melatih tubuh kita untuk mengenali dan melawan penyakit jika terpapar di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan antigen yang digunakan dalam persiapannya, vaksin dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated vaccine atau LAV), vaksin sel utuh yang dilemahkan, vaksin subunit dan vaksin toksoid . Formulasi masing-masing tipe vaksin ini mempengaruhi cara penggunaan, penyimpanan, dan bagaimana pengaturannya.

Adjuvant

Adjuvant (diambil dari bahasa Latin, adjuvare, yang berarti "membantu") merupakan bahan yang membantu meningkatkan respon imun. Bahan ini ditambahkan ke vaksin untuk merangsang produksi antibodi melawan vaksin agar lebih efektif.
Adjuvant telah digunakan selama beberapa dekade untuk meningkatkan respon imun terhadap antigen vaksin, biasanya pada vaksin yang dinonaktifkan (dimatikan). Pada vaksin konvensional, penambahan adjuvant ke dalam formulasi vaksin ditujukan untuk meningkatkan, mempercepat dan memperpanjang respon imun spesifik terhadap antigen vaksin.
ADVERTISEMENT
Subunit murni yang baru dikembangkan atau vaksin sintetik yang menggunakan biosintetik, rekombinan, dan teknologi modern lainnya adalah antigen vaksin yang buruk sehingga membutuhkan adjuvant untuk memicu respons imun yang diinginkan.
Saat ini ada ratusan jenis adjuvant yang digunakan atau dipelajari dalam teknologi vaksin. Beberapa molekul yang telah dipertimbangkan untuk digunakan sebagai adjuvant, seperti mineral (misalnya alum atau tawas), emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air (misalnya Freund's adjuvant), serta racun alami dan sintetis yang berasal dari bakteri (misalnya toksin kolera, CT dan limfotoksin, LT).

Stabilisator

Stabilisator merupakan komponen vaksin yang digunakan untuk membantu vaksin menjaga keefektifannya selama penyimpanan. Stabilitas vaksin sangat penting, terutama jika rantai dingin (cold chain) tidak berjalan baik. Cold chain merupakan proses untuk mempertahankan suhu vaksin dalam kondisi idealnya sehingga kualitasnya tetap terjaga dari awal sampai pelaksanaan vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Ketidakstabilan dapat menyebabkan hilangnya antigenisitas dan penurunan infektivitas LAV. Faktor yang mempengaruhi stabilitas adalah suhu dan keasaman vaksin (pH). Vaksin bakteri dapat menjadi tidak stabil karena hidrolisis dan agregasi molekul protein dan karbohidrat.
Agen stabilisator yang digunakan dalam vaksin, meliputi MgCl2 (untuk vaksin polio oral), MgSO4 (untuk campak), laktosa-sorbitol dan sorbitol-gelatin.

Antibiotik

Antibiotik (dalam jumlah kecil) digunakan selama fase produksi untuk mencegah kontaminasi bakteri pada sel kultur jaringan tempat virus tumbuh. Biasanya hanya sejumlah kecil yang muncul dalam vaksin, misalnya, vaksin MMR (untuk campak, gondongan, dan rubella) dan IPV (vaksin polio) masing-masing mengandung kurang dari 25 mikrogram neomisin per dosis (kurang dari 0,000025 g). Orang yang diketahui alergi terhadap neomisin harus diobservasi dengan seksama setelah vaksinasi agar setiap reaksi alergi dapat segera diobati.
ADVERTISEMENT

Pengawet

Pengawet merupakan bahan yang ditambahkan ke vaksin multidosis untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Bahan ini juga memastikan agar vaksin tetap efektif. Beberapa zat yang umum digunakan sebagai pengawet, misalnya turunan thimerosal, formaldehid, atau fenol. Bahan-bahan ini menyusun vaksin dalam jumlah yang sangat rendah sehingga tidak membahayakan manusia.
Vaksin tentu telah melewati serangkaian proses pengujian untuk mengevaluasi keamanan dan potensinya dalam mencegah penyakit. Pengujian ini dilakukan secara bertahap, mulai dari pengujian pada hewan hingga uji klinis pada manusia, yang terdiri dari tiga fase. Ilmuwan dari seluruh dunia dan para ahli WHO pun melakukan pemantauan terus menerus untuk memastikan bahwa vaksin tetap aman. Jadi, jangan pernah takut untuk divaksin.
ADVERTISEMENT
Sumber:
https://vaccine-safety-training.org/vaccine-components.html
https://www.who.int/news-room/q-a-detail/vaccines-and-immunization-what-is-vaccination
https://www.immunology.org/public-information/bitesized-immunology/vaccines-and-therapeutics/adjuvants-introduction