Konten dari Pengguna

Jika Kamu Sakit dalam Penerbangan, Kemungkinan Besar Ada Dokter dalam Pesawatmu

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
17 Mei 2021 1:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalau saja tiba-tiba kamu sakit dan sedang ada di rumah atau di kantor, kamu bisa minum obat, beristirahat, atau jika diperlukan pergi ke dokter atau rumah sakit. Intinya, jika kamu sedang ada di darat, pertolongan pertama dapat diberikan dengan cepat. Tapi bagaimana ceritanya jika kamu membutuhkan pertolongan tenaga medis, namun kamu sedang ada di pesawat yang sedang terbang? Siapakah yang akan menolongmu? Apakah pramugari dan pramugara di dalam penerbanganmu juga dapat memberikan pertolongan selayaknya dokter?
Kondisi darurat medis dalam penerbangan. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi darurat medis dalam penerbangan. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Dalam satu hari ada sekitar 100.000 pesawat terbang yang mengudara. Jumlah manusia yang terbang dalam satu hari ada sekitar enam juta orang. Di antara enam juta orang tersebut kemungkinan besar pasti ada yang sakit saat di udara. Kalau hanya masuk angin atau pusing mungkin masih bisa diatasi, tapi bagaimana jika terkena serangan jantung atau kejang-kejang?
ADVERTISEMENT
Sebuah artikel ilmiah yang dipublikasikan oleh The New England Journal of Medicine menyebutkan bahwa keadaan darurat medis di udara terjadi pada satu dalam setiap 604 penerbangan. Angka tersebut-pun sebenarnya bisa lebih tinggi karena tidak semua kondisi darurat medis yang terjadi di udara dilaporkan secara formal. Artikel yang berjudul In-Flight Medical Emergencies during Commercial Travel ini ditulis oleh sekelompok peneliti dari Amerika Serikat. Dalam artikel yang sama mereka menyebutkan bahwa kemungkinan kamu terbang bersama dengan tenaga medis seperti dokter dan perawat adalah 75 persen. Tingginya kemungkinan adanya tenaga medis dalam penerbangan karena orang yang memiliki profesi tersebut memang sering terbang, entah untuk pekerjaan seperti menghadiri konferensi atau sekedar berlibur.
Studi ini juga menyebutkan masalah-masalah medis yang paling sering terjadi dalam penerbangan, di antaranya adalah pingsan, gangguan pernapasan, muntah-muntah, dan gangguan pada jantung. Sementara kasus perempuan melahirkan di pesawat sangatlah jarang terjadi. Kemungkinan karena perempuan yang sedang hamil tua pada umumnya dilarang untuk terbang.
ADVERTISEMENT
Dari setiap kondisi darurat medis yang terjadi dalam penerbangan, sekitar setengahnya mendapat bantuan dari tenaga medis yang juga saat itu sedang terbang. Kebanyakan dari penumpang yang sakit mendapatkan perawatan dalam penerbangan, sementara sekitar seperempatnya langsung dilarikan ke rumah sakit segera saat mendarat. Ada sekitar tujuh persen penerbangan harus melakukan pendaratan darurat karena penumpang yang sakit. Dan hanya 0,3 persen penumpang saja yang tewas dalam penerbangan atau sesaat setelah mendarat.
Penerbangan, khususnya penerbangan jarak jauh, biasanya dilengkapi dengan peralatan medis lengkap seperti cairan infus atau pereda nyeri. Namun, hanya tenaga medis terlatih yang biasanya mampu menggunakan peralatan medis tertentu. Saat ada kondisi darurat yang membutuhkan pertolongan medis, dokter atau perawat biasanya akan mempelajari terlebih dahulu sumber daya apa saja yang tersedia di dalam pesawat dan cara seperti apa yang paling efektif untuk menolong seseorang dalam ruangan yang sempit, asing, dan banyak turbulensi.
ADVERTISEMENT
Jadi mana yang lebih baik? Sakit di darat atau di udara? Jawabannya mungkin lebih baik tidak sakit sama sekali, ya.