Lima Hal Tentang Luar Angkasa yang Jarang Kita Ketahui

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
23 Juli 2019 11:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Hal-hal tentang sains dan kemungkinannya yang jarang kita bahas di sekolah.

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berlian yang Melimpah di Planet Lain
Kondisi melimpahnya berlian pada suatu planet sangat mungkin terjadi karena kondisi planet tersebut memang memungkinkan untuk terbentuknya material itu, namun apakah planet itu juga layak dan cukup bisa untuk menjadi tempat hidup manusia? Berlian adalah batu mulia yang sangat mahal di dunia, mungkin tidak ada yang menyangka batu mulia ini dideteksi akan sangat mudah ditemukan di planet di luar Bumi.
Precious, Diamond, Jewelry, Expensive | pixabay.com
Sebuah studi telah meneliti adanya potensi pada planet Neptunus, Uranus, Jupiter, dan Saturnus sebagai penghasil berlian dalam jumlah yang tidak sedikit. Atmosfer di keempat planet ini memiliki tekanan yang cukup ekstrim sehingga akan sangat mungkin mengkristalisasi atom karbon dan mengubahnya menjadi berlian. Para ilmuwan mampu menciptakan kondisi di laboratorium untuk membuktikan ini terjadi pada Neptunus dan Uranus. Bahkan ada spekulasi bahwa hujan berlian bisa terjadi di planet Saturnus setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Apakah Mungkin Manusia Bersendawa di Luar Angkasa?
Sendawa menjadi hal yang biasa di Bumi, namun ternyata ada hal berbeda tentang etika dan kemungkinan manusia bersendawa di luar angkasa. Proses sendawa mungkin tidak sesederhana yang kita bayangkan. Ketika seseorang bersendawa di Bumi, gravitasi menahan zat padat dan cairan dari makanan yang dimakan. Hal ini menyebabkan hanya gas yang akan keluar dari mulut.
space station moon | pixabaycom
Lalu bagaimana hal tersebut terjadi di luar angkasa? Dengan tidak adanya gravitasi, gas tidak dapat dipisahkan dari cairan maupun padatan atau dengan kata lain sendawa tidak mungkin terjadi. Bahkan bersendawa pada dasarnya akan berubah menjadi muntah jika hal itu benar-benar terjadi di luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Tidak Ada Satupun yang Tahu Bentuk Alam Semesta
Mungkin ada banyak yang berspekulasi namun karena beberapa hal, bentuk alam semesta tetap sulit untuk diketahui sampai saat ini. Beberapa bentuk objek luar angkasa seperti rasi bintang maupun planet memang benar sudah diketahui wujudnya. Namun suatu ruang yang menjadi tempat mereka ada sampai saat ini masih sulit untuk diprediksi.
Universe, Sky, Star, Space, Cosmos | pixabay.com
Diperkirakan sekitar 96 persen dari alam semesta merupakan materi gelap dan energi gelap. Hal ini membuatnya tidak terdeteksi oleh manusia dengan teknologi yang ada sekarang. Para ilmuwan percaya akan hal tersebut karena partikel-partikel yang membentuk zat-zat tersebut tidak berinteraksi dengan materi reguler atau cahaya. Penemuan ilmiah tentang bentuk alam semesta secara konstan membuat kita mengetahui banyak hal tentang bintang, planet, dan galaksi lain yang dapat kita lihat.
ADVERTISEMENT
Sampah antariksa yang telah diterbangkan manusia
Jumlahnya bertambah setiap tahun dan bahkan berpotensi mengancam perjalanan luar angkasa manusia di masa depan. Pada tahun 2013, diperkirakan lebih dari 500.000 potongan puing, atau "sampah antariksa," dilacak ketika mereka mengorbit Bumi. Mereka semua melakukan perjalanan dengan kecepatan hingga 17.500 mph, cukup cepat untuk potongan puing orbital yang relatif kecil untuk merusak satelit atau pesawat ruang angkasa.
nasa, ISS, satellite collision, space junk, debris | pixabay.com
Potongan-potongan ini tentu adalah akibat dari peluncuran pesawat luar angkasa dan sisa-sisa satelit yang tidak lagi digunakan sehingga tersisa di sekitar orbit Bumi kita. Perjalanan ke ruang angkasa di masa depan mungkin menjadi tantangan karena banyaknya puing yang saat ini mengorbit planet. Diyakini bahwa setidaknya di awal 2018 ini terhitung ada sekitar 600.000 puing sampah antariksa yang mengelilingi Bumi.
ADVERTISEMENT
Penelitian untuk misi pengangkutan puing-puing ini pun juga dilakukan karena sebenarnya potongan puing tersebut masih bisa digunakan untuk keperluan selanjutnya. Beberapa perusahaan bahkan memikirkan bagaimana membuat peluncuran mereka tidak menimbulkan sampah luar angkasa yang begitu besar dengan membuat roket pendorong mereka bisa kembali lagi ke daratan ketika selesai melakukan pengantaran pesawat luar angkasa pada lapisan atmosfer.
Jika manusia ke bulan menggunakan mobil
Berapa perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk sampai kesana? Beberapa dari kita mungkin tidak terpikir untuk menghitung lama perjalanan dari Bumi ke Bulan jika mobil bisa digunakan kesana. Astronom Fred Hoyle adalah orang pertama yang menunjukkan bahwa jika mobil dapat dipakai untuk ke Bulan dengan kecepatan 95 km per jam, maka hal tersebut akan memakan waktu sekitar satu jam untuk masuk ke angkasa. Untuk sampai ke Bulan sendiri akan memakan waktu sedikit lebih lama, karena jaraknya 400.000 km jauhnya atau setara dengan sekitar 10 kali lingkar Bumi.
car roadster space tesla elon musk orbit spacex | pixabay.com
Hal ini akan memakan waktu kurang lebih enam bulan tanpa henti layaknya kita mengitari Bumi selama 10 kali. Namun masalah lain yang mungkin muncul adalah kurangnya udara untuk paru-paru dan untuk pembakaran bensin yang tentu berbeda. Sehingga kita tidak akan menemukan ruang untuk mengisi bahan bakar yang cukup untuk sampai kesana dan toilet untuk berhenti. Tentu hal tersebut sangat tidak masuk akal untuk dilakukan saat ini namun tidak menutup kemungkinan di masa depan bisa saja terjadi.
ADVERTISEMENT