Mengenal Efek Zeigarnik

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
18 Mei 2019 0:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita semua pasti menyadari bahwa otak makhluk hidup, terutama manusia, bekerja dengan sangat uniknya. Bahkan kerap kali tidak dapat terbayangkan, salah satunya dalam proses yang berkaitan dengan memori. Ini juga yang mengusik perhatian seorang psikolog berkebangsaan Lithuania, Bluma Wulfovna Zeigarnik. Agaknya ia menemukan ketertarikan pada pemrosesan memori yang terjadi ketika sedang mengamati pramusaji-pramusaji di sebuah kafe. Di tahun 1927, saat sedang menempuh pendidikan di University of Berlin, ia mengamati profesornya, Kurt Lewin yang membuat catatan mengenai bagaimana pramusaji di kafe tersebut selama melayani konsumennya. Berdasarkan pengamatan mereka, para pramusaji terlihat mampu mengingat meja-meja yang belum selesai mereka layani secara lebih efisien dibanding pesan yang telah lengkap atau yang telah dibayar. Hasil ini tampaknya menunjukkan sebuah kondisi bahwa tugas-tugas yang telah diselesaikan cenderung akan cepat dilupakan. Sementara itu tugas-tugas yang belum terselesaikan, seperti halnya tugas pramusaji untuk melayani tamu yang pesanan makanannya belum lengkap, akan membantu mereka mengingat dengan baik tugas mereka yang belum tuntas.
ADVERTISEMENT
Fakta yang dilihatnya di kafe kemudian membuat Zeigarnik memutuskan untuk menguji hipotesis tersebut dalam sebuah setting eksperimen. Ia meminta masing-masing partisipan untuk melengkapi serangkaian tugas-tugas terpisah, di antaranya menyelesaikan puzzle ataupun menyusun kotak. Sepanjang pengerjaan tugas, Zeigarnik memberlakukan dua perlakuan. Pada setengah perjalanan tugas, partisipan diberi gangguan secara tidak langsung oleh pengawas eksperimen. Sementara itu di setengah perjalanan tugas berikutnya, mereka dibiarkan menyelesaikan tugas tanpa adanya gangguan sama sekali. Seusai berlangsungnya penelitian, Zeigarnik mewawancarai masing-masing partisipan dan meminta mereka untuk mengingat kembali rincian tugas yang telah mereka lakukan. Berdasarkan wawancara tersebut, hasilnya tampak mengonfirmasi observasi yang sebelumnya dilakukan Kurt Lewin. Temuan awal Zeigarnik ini mengungkap bahwa partisipan mampu menyebutkan secara detail tugas-tugas yang penyelesaiannya diwarnai adanya gangguan 90% persen lebih baik daripada mereka yang dalam penyelesaiannya tidak ada gangguan sama sekali. Hasil tersebut membuktikan bahwa keinginan untuk menyelesaikan tugas dapat menyebabkan tugas-tugas tersebut tersimpan dalam ingatan seseorang sampai tugas tersebut disekesaikan. Di sisi lain, penyelesaian tugas memungkinkan terjadinya proses melupakan. Temuan tentang efek interupsi dalam penyimpanan memori ini kemudian diterbitkan pada tahun 1927 dengan judul “On Finished and Unfinished Tasks (Tugas Yang Terselesaikan dan Tidak Terselesaikan).” Dari temuannya tersebut juga efek dari kerja otak ini disebut dengan istilah Zeigarnik Effect.
ADVERTISEMENT
Meski hasil eksperimen ini masih memerlukan adanya konfirmasi dan pengembangan lebih lanjut, namun dari sini kita dapat mengambil pelajaran yang bermanfaat untuk keseharian kita. Dibanding pemikiran pada umumnya yang menyarankan kita untuk menyelesaikan pekerjaan agar mencapai tujuan yang diinginkan, Efek Zeigarnik justru menggunakan gangguan yang terjadi selama pengerjaan tugas sebagai strategi untuk mengembangkan kemampuan dalam mengingat informasi. Di antara manfaat yang bisa diperoleh yaitu:
1. Mendapatkan lebih banyak informasi dari sesi belajar. Ini merupakan kebalikan dari SKS (sistem kebut semalam) yang kerap dilakukan pelajar. Seperti yang orang tua dan guru kita selalu tekankan, saat akan menghadapi ujian, belajarlah secara bertahap daripada menjejalkan materi dalam satu malam. Dengan metode tersebut, tidak hanya mampu meringankan kerja otak, namun sekaligus memungkinkan kita untuk mengingat materi sampai hari ujian. Tidak hanya itu, jika kesulitan untuk mengingat suatu yang penting, cobalah untuk memberikan gangguan sementara waktu. Kita tidak perlu mengulang informasi yang sama berkali-kali, cobalah pelajari informasi tersebut beberapa saat kemudian ambil waktu untuk beristirahat. Saat kita fokus pada hal lain, kita akan mendapati diri kita secara mental kembali pada informasi yang sebelumnya sedang kita pelajari.
ADVERTISEMENT
2. Mengatasi prokrastinasi. Tidak hanya dilakukan pelajar, mungkin pada sebagian orang seringkali menyelesaikan pekerjaan sampai pada saat-saat terakhir. Di waktu mendekati deadline, kita masih dihadapkan pada tugas yang membuat kita mengerjakan dengan terburu-buru. Akibatnya, tidak hanya kecenderungan menghadapi stres yang besar, namun juga menghasilkan kinerja yang buruk. Menerapkan efek Zeigarnik bisa jadi merupakan satu cara dalam mengatasi prokrastinasi pekerjaan. Mulailah dengan mengambil langkah pertama, entah hanya langkah kecil sekalipun. Jika kita sudah memulainya, meski belum mampu menyelesaikan, disadari atau tidak kita akan terus memikirkan pekerjaan tersebut hingga pada akhirnya dapat diselesaikan. Walaupun tidak dapat diselesaikan dalam sekali waktu, setidaknya langkah yang kecil akan membawa kita pada tujuan akhir. Pendekatan ini tidak hanya membantu memotivasi kita dalam menyelesaikan tugas, lebih jauh mampu memberikan rasa kepuasan saat kita mampu menyelesaikan tugas dan dapat mengarahkan energi mental kita untuk hal-hal yang lain.
ADVERTISEMENT
3. Membangkitkan minat dan perhatian. Para pengiklan dan pelaku pemasaran menggunakan efek Zeigarnik untuk mendorong konsumen membeli produk mereka. Contoh lain adalah pembuat film dalam membuat trailer film didesain agar dapat menarik perhatian dengan meninggalkan detail-detail penting. Mereka menarik perhatian penonton tapi kemudian meninggalkan orang-orang dengan tanda tanya yang membuat mereka menginginkan lebih. Sehingga untuk memperoleh detail keseluruhan, para penikmat film harus pergi ke bioskop. Program televisi juga menggunakan strategi yang sama. Pada tiap episode seringkali diakhiri dengan moment yang sangat besar, dengan menyisakan situasi atau keadaan tokohnya yang belum terpecahkan. Untuk dapat memecahkan ketegangan yang diciptakan, maka penonton harus ingat untuk mengikuti episode berikutnya.
4. Mendorong kesejahteraan mental. Manfaat ini sejalan dengan apa yang kita peroleh ketika kita dapat mengatasi penundaan. Pikiran-pikiran yang berulang karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas yang telah dimulai dapat memotivasi kita agar segera menyelesaikannya. Dengan tugas yang terselesaikan tersebut, tentu akan memunculkan pencapaian, peningkatan harga diri, dan kepercayaan diri.
ADVERTISEMENT
Dari pengamatan sederhana ini, betapa maknanya dapat kita manfaatkan dalam berbagai cara. Tapi intinya, mengambil istirahat secara sengaja saat menjalankan pekerjaan dapat membantu dalam mengingat hal-hal penting secara lebih detail.
Sumber gambar: Photo by Diego PH on Unsplash