Rahasia Korea Selatan Jadi Pelopor Teknologi Asia

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
5 Mei 2019 7:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seoul, Korea Selatan. (pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Seoul, Korea Selatan. (pixabay)
ADVERTISEMENT
Sejarah Singkat
Sebelumnya, Korea Utara dan Korea Selatan merupakan daerah kekuasaan yang merupakan hasil gabungan antara kerajaan-kerajaan kecil. Sejak tahun 1392-1950 satu kerajaan kuat yang akhirnya berhasil menguasai seluruh wilayah Korea berada dalam pemerintahan dinasti Joseon. Jepang datang ke Korea dan menjajah di awal tahun 1900-an dan akhirnya Jepang menyerah pada negara sekutu pada 1945.
ADVERTISEMENT
Setelah kekalahan Jepang, karena kekosongan kekuasaan Amerika Serikat datang ke Korea dari wilayah selatan dan Uni Soviet dari arah utara. Kedua negara ini sepakat menaruh batas kekuasaan yaitu zona 38 derajat paralel, itulah awal mula terpecahnya Korea menjadi dua bagian.
Dalam waktu relatif singkat yakni 74 tahun itu, Korea Selatan berkembang dari salah satu negara paling miskin di dunia menjadi salah satu negara dengan teknologi terkuat di dunia. Pada periode 1950-1960 setelah perang Korea, setidaknya 1 juta orang terbunuh, banyak sekali bangunan yang rusak, rata-rata harapan hidup penduduknya hanya di bawah 50 tahun.
Semua orang berpikir bahwa dengan sesegera mungkin Korea Utara akan mengambil alih Korea Selatan. Pada tahun 1955, pendapatan per kapita Korea selatan nilai GDP (Gross Domestic Product) Korea Selatan adalah USD 64, dan menjadi USD 1530,750 juta sekarang.
Ilustrasi Korea Selatan di tahun 1945. Sumber Gambar : Flickr/ Don O'Brien
Pertumbuhan Ekonomi Pesat
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi yang amat pesat di Korea Selatan tidak bisa dibahas tanpa mengikutsertakan mantan presiden Park Chung Hee yang memiliki hubungan dekat dengan kaum konglomerat yang disebut dengan istilah haebol. Di antara chaebol yang bertahan hingga kini adalah Hyundai, LG, dan juga Samsung. Menariknya, dulunya ketiga perusahaan ini tidak memproduksi apa yang menjadikannya terkenal kini.
Dulunya Hyundai berbisnis beras, LG memproduksi plastik, sedangkan Samsung memproduksi wol dan gula. Park Chung Hee sendiri adalah diktator yang memimpin Korea Selatan dari tahun 1961 hingga akhirnya ia dibunuh di tahun 1979. Park Chung Hee memiliki kebijakan agar negara menjadi berorientasi pada ekspor dan investasi serta mengurangi konsumsi.
Ia memberlakukan subsidi serta pemotongan pajak bagi para chaebol. Tanpa campur tangan dari presiden Park, para chaebol tidak akan menjadi sesukses saat ini. Di sepanjang tahun 60-an, negara menitikberatkan pada industri kimia dan konstruksi berat dan membiayai chaebol untuk urusan ini.
ADVERTISEMENT
Di antara hasilnya adalah Samsung yang memproduksi fertilizer pada 1967 dan Hyundai yang membangun jalan tol pertama di Korea Selatan menghubungkan antara Seoul dan Busan pada akhir 1960-an.
Industri Semikonduktor dan Mobil
Selama masa transisi ini para chaebol menjaga hubungan dekat dengan perusahaan Jepang dan Amerika Serikat. Samsung berkonsultasi dengan Sharp (perusahaan semikonduktor berbasis di Amerika Serikat) dan Mikron (perusahaan serupa yang berbasis di Jepang).
Sedangkan Hyundai awalnya hanya merangkai bagian-bagian cortina dari perusahaan Ford di tahun 1968. Hasilnya, Samsung mampu memproduksi chip RAM 68kb hanya dalam waktu 6 bulan dan menjadikan Korea Selatan negara ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang yang menguasai skill ini.
Sedangkan Hyundai mampu menguasai ilmu merakit mobil juga dalam waktu 6 bulan, menjadikan Korea Selatan sebagai yang tercepat di antara mitra Ford di seluruh dunia. Namun, ekspor hingga awal tahun 70-an hanya terbatas pada baju, sepatu, wig, dan bahkan urin untuk tujuan pengobatan.
ADVERTISEMENT
Di pertengahan hingga akhir tahun 70-an, barulah Samsung berhasil mengekspor televisi, radio, dan juga mesin cuci. Sedangkan Hyundai berhasil membuat mobil pertamanya yang diberi merek Pony. Lalu pertanyaannya, dari manakah para chaebol mendapatkan dana untuk membiayai semua itu? Jawabannya adalah karena campur tangan presiden Park Chung Hee.
Perakitan mobil di Hyundai. Sumber Gambar : Wikimedia Commons
Park Chung Hee dan Dana Militer
Kemajuan pesat teknologi Korea ternyata merupakan pisau bermata ganda. Park Chung Hee memperbaiki hubungan diplomatik dengan Jepang serta mengirimkan tentara ke Vietnam untuk membantu Amerika Serikat di perang Vietnam. Karena pendekatannya ini, Jepang memberikan dana sebesar USD 300 juta dan meminjamkan dana tambahan sebanyak USD 500 juta.
Sedangkan Amerika Serikat memberikan dana sebesar USD 5 miliar kepada Korea Selatan sebagai bentuk bantuan, gaji tentara, dan juga bantuan kelengkapan militer. Tentara di Vietnam mengirimkan kembali sebagian dari gaji mereka sebesar total USD 2 miliar. Presiden Park juga banyak mengirim orang Korea ke luar negeri untuk meningkatkan pendapatan dengan mata uang asing.
ADVERTISEMENT
Di antaranya, perjanjian dengan Jerman barat menjadikan banyak wanita dikirim ke Jerman sebagai tenaga perawat dan pria sebagai buruh tambang. Presiden Park juga bekerja sama dengan negara-negara timur tengah untuk mengirim tenaga bagi industri minyak yang akhirnya uangnya dipergunakan untuk membangun jalan tol, pabrik, dan juga pelabuhan.
Namun usaha Presiden Park harus berakhir pada tahun 1979. Ia dibunuh oleh kepala mata-matanya sendiri dalam sebuah jamuan pribadi karena dikhawatirkan akan menjadi semakin diktator dan pelanggaran HAM akan semakin menjadi-jadi.
Sumber : https://www.koreaexpose.com/how-did-south-korea-become-so-rich/
http://world.time.com/2012/12/06/is-south-korea-the-greatest-success-story-of-the-last-century/
https://www.history.com/topics/korea/south-korea