Sains di Balik Depresi

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
20 Januari 2019 23:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Depresi bukan semata karena ketidakseimbangan komponen kimia yang ada di otak. Ada jutaan komponen kimia di dalam otak yang bertanggung jawab terhadap mood, persepsi, dan juga memengaruhi cara seseorang untuk menjalani hidup. Komponen ini dinamakan neurotransmitter.
ADVERTISEMENT
Menurut health.harvard.edu, ada banyak hal yang menyebabkan seseorang menjadi depresi dan bukan semata karena tubuh kelebihan atau kekurangan neurotransmitter tertentu. Di antara faktor yang menyebabkan depresi antara lain adalah ketidakmampuan otak untuk mengelola mood, pribadi yang secara genetik rentan terhadap depresi, kejadian yang membuat stres, obat-obatan, serta masalah kesehatan tertentu.
Saintis telah melakukan banyak usaha untuk mengerti penyebab depresi. Hasilnya antara lain adalah penemuan gen yang berpengaruh untuk menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap perubahan mood, gen ini juga memengaruhi bagaimana seorang individual merespons terhadap obat tertentu. Di masa depan, temuan ini akan berguna untuk menciptakan terapi depresi yang spesifik sesuai dengan kebutuhan individual. Selanjutnya, kami akan bahas satu persatu secara mendetail bagaimana faktor-faktor yang telah disebutkan di atas dapat membuat seseorang menjadi depresi:
ADVERTISEMENT
1. Pengaruh otak terhadap depresi Dahulu orang mengira pusat emosi adalah jantung. Namun, sebenarnya pusat emosi ada di otak. Depresi adalah sesuatu yang kompleks, selain dipengaruhi oleh jumlah komponen kimia di otak juga dipengaruhi oleh bagaimana sel otak satu berkomunikasi dengan sel otak yang lain (koneksi sel saraf), pertumbuhan sel saraf, serta sirkuit sel saraf tertentu di bagian otak.
2. Area di otak yang mempengaruhi mood Dengan segala teknologi citra modern seperti functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI), Single Positron Emission Tomography (SPECT) dan lain sebagainya, ditemukan bahwa pusat emosi dalam otak manusia ada di bagian yang dinamakan amygdala, thalamus, dan hypothalamus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hypocampus menjadi mengecil pada orang yang menderita depresi.
ADVERTISEMENT
Hal ini diduga terjadi karena kondisi stres dapat menghambat terbentuknya sel saraf baru di area hypocampus. Walaupun pasien diberikan obat antidepresi yang berisi bahan kimia yang dinamakan neurotransmitter, mood-nya tidak membaik. Karena itulah saintis memiliki dugaan kuat bahwa neurotansmitter atau komposisi kimia lainnya bukanlah penyebab utama depresi.
Namun, penyebabnya adalah jumlah sel saraf yang menyusut drastis sehingga mengganggu koneksi (sirkuit) dan mengganggu pola komunikasi antar sel saraf di dalam otak. Dengan pertimbangan ini, maka obat anti-depresi ke depannya akan mengandung bahan yang dapat memacu pertumbuhan sel saraf baru agar otak dapat meregulasi mood menjadi lebih baik.
3. Efek Gen terhadap mood Segala sesuatu di tubuh manusia dikendalikan oleh gen. Gen memiliki instruksi on dan off untuk menghasilkan asam amino (protein). Jika terjadi salah kode pada gen, maka proses biologi yang melibatkan gen tersebut akan terganggu. Karena alasan inilah saintis mulai meneliti gen yang dapat memengaruhi depresi. Dalam satu keluarga penyakit depresi dan bipolar disorder atau mood swing biasanya diturunkan dalam satu keluarga.
ADVERTISEMENT
Pada kembar identik, jika salah satu dari kembar mengidap bipolar disorder maka 60-80 persen kemungkinan bagi pasangan kembarnya untuk mengidap kondisi serupa. Berbeda untuk kembar tidak identik (fraternal), kemungkinan pasangan kembarnya untuk juga mengidap kondisi yang sama hanya sebesar 20 persen.
4. Kejadian yang memicu stres Setiap orang pasti pernah menghadapi situasi yang menyebabkan stres seperti kematian orang yang disayangi atau sakit dan kecelakaan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa gen adalah faktor “internal” yang membentuk seberapa sensitif seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Kejadian tertentu dapat menjadi faktor “eksternal” yang membentuk seseorang menjadi depresi.
Kedua faktor ini sama-sama memengaruhi sebagai satu kombinasi. Kejadian yang menyebabkan stres akan memicu serangkaian reaksi kimia di dalam tubuh. Jika stresnya hanya sebentar, maka tubuh akan cepat kembali ke kondisi normal. Namun, jika stres ini berlangsung lama, maka efeknya ke tubuh dan otak akan menjadi sangat signifikan.
ADVERTISEMENT
5. Bagaimana stres memengaruhi tubuh Saat stres, tubuh memproduksi hormon yang disebut kortisol dalam jumlah banyak. Kortisol adalah hormon yang berperan dalam “fight and flight response”. Naiknya jumlah hormon ini menyebabkan jantung berdetak lima kali lebih cepat dari biasanya. Nafas juga jadi lebih memburu karena tubuh memerlukan lebih banyak oksigen.
Selain itu mata dan pendengaran juga menjadi lebih tajam. Selain itu, bagian amygdala dan batang otak juga akan terpengaruh. Kedua bagian ini berperan penting dalam membentuk pikiran, perilaku, reaksi emosional, dan reaksi di bawah sadar. Itulah mengapa orang dengan depresi memiliki kesulitan dalam kontrol semua hal yang disebutkan di atas.
6. Kehilangan dini dan trauma Contohnya seperti kematian orang tua di usia yang terlalu dini atau ditinggalkan oleh orang yang dicintai. Tidak hanya pada manusia, depresi sejenis juga ditemukan pada bayi monyet yang dipisahkan dari induknya sejak usia dini. Riset lain menunjukkan bahwa wanita yang di masa kecilnya mengalami kekerasan mudah mengalami stres bahkan saat mengerjakan pekerjaan harian seperti menyelesaikan soal matematika di sekolah atau jika harus berbicara di hadapan banyak orang.
ADVERTISEMENT
7. Depresi yang bergantung musim: Winter blues Juga dikenal sebagai Seasonal Affective Disorder (SAD), memengaruhi setidaknya 1-2 persen populasi di negara empat musim. Penyebabnya tentu saja karena eksposure sinar matahari yang terlalu sedikit. Untuk menangani depresi jenis ini, dokter biasanya menyarankan olahraga di luar ruangan selama kondisi di luar masih terang benderang. Treatment lain adalah light terapi yaitu dengan terapi sinar untuk menyinari kulit. Terapi ini dilakukan setiap 30 menit setiap pagi.
8. Masalah kesehatan Berbagai masalah kesehatan memiliki kemungkinan sebesar 10-15 persen untuk menyebabkan depresi. Namun akar dari masalah kesehatan utama yang dapat menyebabkan depresi adalah ketidakseimbangan hormon thyroid (hyperthyroidism/hypothyroidism).
9. Obat-obatan Terkadang gejala depresi juga disebabkan oleh obat-obatan tertentu seperti obat-obatan yang mengandung steroid dan obat-obatan yang bertujuan untuk mengatur tekanan darah. Jenis obat lain yang dapat memacu depresi antara lain antifungal (anti jamur), antimicrobial, antibiotik, suntikan hormon, sedatif, obat tidur, tranquilizer, obat untuk kanker, dan juga obat pengontrol asam lambung. Sumber : health.harvard.edu