Sains di Balik Rasa Sakit Saat Ditolak

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Juni 2020 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada berbagai macam jenis penolakan, dalam hal profesional maupun non-profesional.
ADVERTISEMENT
Psikolog Guy Winch bicara dalam TED-Talk menjelaskan tentang mengapa tubuh manusia merasa sakit saat ditolak, dan menjelaskan bagaimana cara mengatasinya.
Seberapa banyaknya penolakan yang dialami manusia seumur hidup bergantung pada seberapa luas lingkup sosialnya. Semakin luas pergaulan sosialnya, semakin besar resiko menerima penolakan. Saat ini sosial media hadir dalam berbagai bentuk, dalam bentuk panggilan telepon, video call, pesan singkat, bahkan invitation dalam aplikasi berkencan, menjadikan penolakan sebagai sesuatu yang sangat wajar terjadi. Penolakan yang terjadi dalam hal semacam ini, didefinisikan sebagai penolakan minor.
Kemudian ada yang dinamakan dengan penolakan major. Seperti, saat ditinggalkan oleh pasangan yang telah bersama dalam waktu lama, perceraian, ketika dipecat dari pekerjaan, dikucilkan oleh teman dan juga keluarga karena pilihan hidup tertentu. Penolakan yang semacam ini lebih melumpuhkan. Baik penolakan minor maupun penolakan major, sama-sama menimbulkan rasa sakit dalam jangka waktu tertentu, dan sangat melukai harga diri. Lalu apakah penyebabnya?
ADVERTISEMENT
Jawabannya adalah karena memang otak manusia dirancang sedemikian rupa. Peneliti dari University of Michigan, Columbia University, dan University of Colorado melakukan penelitian di tahun 2011. Mereka men-scan otak pasien dalam Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan pasien diminta mengingat kapan terakhir kali mereka diputuskan secara sepihak dalam hubungan percintaan. Kemudian pasien-pasien ini ditunjukkan foto mantan pasangan mereka. Menariknya, area otak yang dinamakan secondary somatosensory cortex dan dorsal posterior insula menyala saat scan dilakukan. Kedua area ini diasosiasikan dengan rasa sakit secara fisik. Jadi ada indikasi yang sama antara sakit fisik dan sakit karena penolakan.
Psikolog yang belajar mengenai evolusi percaya bahwa asal muasal dari sifat ini adalah karena dulunya manusia berkumpul dalam kawanan tertentu untuk berburu. Diasingkan dari kawanan sama saja artinya dengan dihukum mati. Karena akan sulit sekali bertahan hidup sendiri. Sebagai langkah pencegahan, manusia berusaha mengenali tanda-tanda ketika ia tidak diterima oleh kelompoknya, inilah yang dikenal sebagai penolakan. Selain menyakiti harga diri, penolakan juga berpengaruh terhadap mood, dan menimbulkan perasaan ingin diakui kembali. Kabar baiknya adalah, ada cara-cara yang sehat untuk menghadapi penolakan :
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Penolakan memang tidak bisa dihindari, dan bukan merupakan perkara yang mudah. Tetapi selama kita tahu cara meminimalisir kerusakan psikologisnya, mengapa tidak dilakukan? Hal yang terpenting adalah tahu bagaimana cara membangun kembali rasa percaya diri agar kita siap untuk masuk ke lingkup sosial yang berikutnya.
Ilustrasi Penolakan. Sumber Gambar : Pixabay
Sumber : TED-Guy Winch,
ADVERTISEMENT
Jurnal : “Social rejection shares somatosensory representations with physical pain” PNAS | April 12, 2011 | vol. 108 | no. 15