Sains di Balik Sifat Introvert dan Ekstrovert (1)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Mei 2020 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seringkah kamu menjumpai dua orang dengan kepribadian yang benar-benar bertolak belakang? Ada yang introvert dan yang ekstrovert. Kamu kepribadian yang mana?
ADVERTISEMENT
Adakalanya kita menemukan seseorang memilih untuk berdiam diri dalam ruangan, melakukan kegiatan yang sangat disukainya tanpa berinteraksi dengan dunia luar dan menyukai kesendirian, sedangkan ada individu berlainan yang sangat butuh berinteraksi dengan orang lain, melakukan aktivitas yang bersinggungan dengan banyak orang dan sangat menyukai keramaian. Kedua sifat yang bertolak belakang ini disebut dua jenis kepribadian yakni introvert dan ekstrovert.
Ketika para introvert turun ke jalan untuk berdemo. Sumber: Wikimedia Commons
Perbedaan Kepribadian Introvert dan Ekstrovert
Ada perbedaan mendasar soal bagaimana kedua kepribadian ini berpikir, merasakan sesuatu dan bertindak berdasarkan stimulus sekitarnya. Istilah introvert dan ekstrovert pertama kali dikemukakan oleh Carl Jung, seorang psikiatris dan psikoanalis asal Swiss, namun lebih lanjut dikembangkan oleh Hans Eysenck pada tahun 1950 an dan 1960-an.
ADVERTISEMENT
Eysenck menyebutkan dalam penjelasannya mengenai kedua kepribadian ini bahwa perbedaan mendasar dari seseorang dengan kepribadian introvert dan kepribadian ekstrovert adalah batas kebutuhan stimulasi untuk mencapai kepuasan. Di mana ekstrovert membutuhkan banyak stimulasi kesenangan sedangkan individu dengan kepribadian introvert sebaliknya hanya butuh stimulasi minimal untuk mencapai kepuasan tersebut.
Sebagai contoh seperti yang telah disebutkan juga, seorang introvert akan sangat menyukai kegiatan #dirumahaja, menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri dan tidak terlalu banyak berinteraksi dengan lingkungan luar. Sedangkan untuk seseorang dengan kepribadian ekstrovert, situasi saat ini tentunya menjadi hambatan untuk menemui dan berinteraksi dengan banyak orang atau melakukan kegiatan-kegiatan di tengah keramaian.
Otak Dua Kepribadian Bekerja dengan Cara Berbeda
Sebenarnya apa yang menyebabkan kedua kepribadian ini memberikan respon yang berbeda terhadap lingkungan?
ADVERTISEMENT
Sejak dibahas oleh Eysenck, banyak penelitian neurosains dilakukan untuk mengidentifikasi hal berbeda apa yang menjadi latar belakang perbedaan dua kepribadian ini. Ternyata ditemukan ada perbedaan mendasar bagaimana otak bekerja dari individu ekstrovert dan introvert. Berdasarkan hasil scan dari aktivitas otak kedua kepribadian ini ditemukan bahwa pada individu dengan kepribadian introvert memiliki prefrontal cortical yang lebih tebal dibandingkan dengan yang dimiliki oleh para individu ekstrovert. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang membedakan antara kedua kepribadian ini dalam hal perencanaan dan pemikiran matang. Yang mana mengindikasikan bahwa para introvert tidak se-impulsif para ekstrovert dalam bertindak.
Efek Dopamine Bagi Ekstrovert
Dari hasil scan aktivitas otak ini juga ditemukan bahwa, otak para ekstrovert memiliki sensitivitas rendah terhadap dopamine. Sehingga membutuhkan lebih banyak aktivasi dopamine untuk mencapai kepuasan dengan cara banyak berinteraksi sosial. Namun meskipun demikian tidak berarti para introvert tidak ingin sama sekali melakukan kontak sosial dengan lingkungan, tetapi ada perbedaan mendasar bagi para introvert.
ADVERTISEMENT
Bagi para introvert dopamine yang dihasilkan dari interaksi sosial atau kegiatan lain tidak menimbulkan pengaruh seperti yang terjadi pada ekstrovert. Sehingga menyebabkan para introvert tidak membutuhkan interaksi sosial sebanyak ekstrovert untuk merasa puas—untuk memenuhi kebutuhan dopaminenya. Sedangkan untuk para ekstrovert, interaksi sosial, kompetisi, atraksi terhadap lawan jenis menghasilkan luapan dopamine pada otak dan otak ekstrovert merespon dopamine dengan lebih aktif dibandingkan para introvert.
Kompetisi akan menghasilkan banjir Dopamine yang disukai oleh para ekstrovert. Sumber: Pixabay
Efek Acetylcholine Bagi Introvert
Jika otak para ekstrovert sangat aktif merespon dopamine, lain halnya dengan para introvert. Mereka lebih aktif merespon neurotransmitter lain yakni acetylcholine. Neurotransmitter ini seperti dopamine berkaitan dengan rasa kepuasan dan kesenangan. Namun perbedaannya terletak pada stimulusnya. Jika dopamine banyak distimulai oleh interaksi eksternal dan kompetisi, acetylcholine akan banyak dihasilkan jika kita lebih banyak berinteraksi dengan diri sendiri. Ini yang menyebabkan kepribadian introvert lebih banyak berpikir dalam, berkontemplasi, dan focus pada suatu hal tertentu dalam periode yang cukup panjang. Hal ini juga menjelaskan mengapa para introvert lebih menyukai lingkungan yang tenang berbeda dengan para ekstrovert. Dengan lingkungan yang tenang, para introvert akan lebih intens berinteraksi dengan dirinya dan mudah tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan luapan acetylcholine seperti membaca buku, menulis, ataupun menonton film atau drama.
Menghabiskan waktu sendirian dalam suasana tenang adalah kesukaan para introvert. Sumber: Pixabay
Sumber: 1, 2 dan 3.
ADVERTISEMENT