news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Strategi Sederhana Untuk Meningkatkan Mood Dalam 12 Menit

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 April 2019 23:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali rutinitas yang monoton dan pengalaman tidak menyenangkan yang dilalui berdampak pada kondisi dimana seseorang menjadi mudah murung dan tidak bersemangat. Hal ini bukan mustahil menyebabkan penurunan pada kinerja, baik dalam menyelesaikan pekerjaan kantor, kegiatan akademis, maupun pekerjaan rumah sehari-hari. Kondisi ini pada dasarnya umum dan wajar terjadi. Meski demikian, hal terpenting adalah untuk tidak terlarut dan segera mencari cara untuk meningkatkan kondisi emosional ini menuju ke arah yang lebih positif. Douglas Gentile yang merupakan profesor psikologi memberikan strategi sederhananya yang dapat diterapkan sehari-hari dan dalam waktu yang tidak lama, hanya 12 menit saja. Ia dan rekan-rekannya percaya strategi ini mampu menurunkan kecemasan dan meningkatkan kebahagiaan, serta lebih luas munculnya perasaan keterhubungan dengan sosial. Adapun teknik-teknik yang dimaksud yakni sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Mencintai dan mengasihi
Perhatikan orang-orang di sekitar yang kita lihat dan pikirkan bahwa kita berharap mereka bahagia. Melalui teknik ini kita didorong untuk benar-benar memaknai orang-orang yang kita lihat sebagaimana apa yang dipikirkan. Mengharapkan kebahagiaan bagi mereka mampu membantu kita melapangkan dada untuk merasakan kebahagiaan bersama-sama.
2. Saling keterkaitan
Perhatikan orang-orang yang dilihat dan pikirkan tentang bagaimana kita dapat saling terhubung satu sama lain. Dalam hal ini kita diharapkan berpikir tentang harapan dan perasaan yang dapat dibagi atau kondisi yang mungkin serupa untuk dapat saling merasakan. Adanya perasaan yang sama memungkinkan kita untuk tidak merasa sendiri dan bahwa ada orang lain di sekitar yang akan berdiri bersama.
3. Menengok ke bawah
ADVERTISEMENT
Perhatikan orang-orang yang kita temui dan pikirkan bahwa mungkin kita jauh lebih baik dari mereka yang baru saja kita temui. Dengan cara ini kita akan lebih merasa bersyukur dan menghargai apa yang sudah kita miliki.
Untuk mengetahui efektivitas strategi ini, Gentile bersama dengan Dawn Sweet sebagai pengajar senior di jurusan psikologi, dan Lanmiao He yang merupakan lulusan psikologi melakukan pengujian terhadap para mahasiswa dengan menyuruh mereka berjalan berkeliling selama 12 menit sambil mempraktikkan strategi yang telah dijelaskan. Kajian yang diterbitkan di Journal of Happiness Studies ini juga mengikutsertakan kelompok kontrol dimana mahasiswa diinstruksikan untuk memperhatikan orang-orang dan berfokus pada apa yang mereka lihat dari luar, seperti pakaian, kombinasi warna, tekstur serta riasan dan aksesoris. Seluruh mahasiswa tidak lupa disurvei sebelum dan setelah berkeliling untuk mengukur kecemasan, kebahagiaan, tekanan, empati, dan saling keterkaitan.
ADVERTISEMENT
Peneliti kemudian membandingkan masing-masing teknik dengan kelompok kontrolnya. Hasil menunjukkan bahwa mahasiswa yang mempraktikkan strategi “cinta dan kasih sayang” atau berharap orang lain dalam kondisi baik merasakan dirinya lebih bahagia, lebih merasa terhubung, lebih peduli dan empati, serta berkurang pada aspek kecemasan. Sedangkan kelompok yang menerapkan strategi saling keterkaitan menjadi lebih empati dan merasa terhubung. Sebaliknya, teknik “menengok ke bawah” tampak tidak menunjukkan keuntungan apapun, dan secara signifikan lebih buruk dibanding teknik “cinta dan kasih sayang.” Mahasiswa yang membandingkan diri mereka dengan orang lain dirasakan kurang menunjukkan empati, kepedulian, dan keterhubungan dibanding mahasiswa yang menyampaikan harapannya untuk orang lain. Hasil ini agaknya berkebalikan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa membandingkan kondisi sosial orang lain yang berada di bawah kita memiliki efek penyeimbang saat kita merasa terpuruk. Dikatakan oleh Sweet, membandingkan kondisi sosial dengan orang lain di bawah kita pada intinya merupakan bentuk strategi kompetitif. Walau bukan berarti tidak memberi manfaat, namun pikiran kompetitif tersebut justru berkaitan dengan munculnya stres, kecemasan, dan depresi.
ADVERTISEMENT
Peneliti juga menguji bagaimana karakteristik orang yang berbeda-beda bereaksi terhadap masing-masing teknik. Mereka beranggapan orang-orang yang secara alami telah berpandangan positif akan lebih memperoleh manfaat dari teknik “mencintai dan mengasihi.” Sebaliknya, bagi orang-orang yang lebih memikirkan dirinya sendiri, bisa jadi mengalami kesulitan untuk mengharapkan kebahagiaan bagi orang lain. Ternyata, hasilnya sendiri di luar dugaan mereka. Kegiatan sederhana tersebut sama sekali tidak dipengaruhi oleh tipe kepribadian. Memperluas cinta kasih kepada orang lain nyatanya bekerja sama baiknya dalam menurunkan kecemasan, meningkatkan kebahagiaan, empati, dan perasaan keterikatan secara sosial.
Pada dasarnya strategi ini sangat sederhana dan mungkin sudah sering kita dengar, namun apakah kamu sudah benar-benar mempraktikkannya? Apakah sudah ada dampak yang kamu dapatkan dengan strategi ini?
Photo by Riki Ramdani on Unsplash
ADVERTISEMENT