news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Studi: Benarkah Obesitas ‘Menular’?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Juli 2020 20:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa obesitas telah menjadi masalah kesehatan dunia? WHO menuliskan dalam sebuah laporan kesehatan pada tahun 2000 bahwa obesitas termasuk penyakit serius yang mengalami pertumbuhan yang cukup cepat. Kasus obesitas di seluruh dunia melonjak hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975. Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar, kasus obesitas meningkat dari 14,8% pada tahun 2013 menjadi 21,8% di tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Fakta bahwa peningkatan kasus obesitas tidak dapat dijelaskan karena alasan genetika atau turunan, dan bahwa obesitas terjadi pada semua kelompok sosial ekonomi, mendorong peneliti untuk melihat apakah obesitas ‘menular’ dari orang ke orang. Bagaimana penyebarannya dapat terjadi?
Obesitas. Gambar oleh Anja dari Pixabay
Jejaring sosial
Sebuah studi pada tahun 2007 yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menunjukkan bahwa obesitas ‘menular secara sosial’. Para peneliti dari Harvard Medical School dan University of California, San Diego, tersebut menyebutkan bahwa obesitas dapat menyebar di antara individu-individu dalam lingkaran social yang dekat. Studi tersebut juga menemukan bahwa ketika seseorang mengalami peningkatan berat badan berlebihan, maka kemungkinan teman-temannya akan menjadi gemuk akan meningkat hingga lebih dari 50 persen. Semakin dekat dua orang dalam suatu jejaring sosial, maka semakin kuat pengaruhnya. Menariknya, jarak geografis antar individu tampaknya tidak berpengaruh pada kekuatan hubungan dalam jejaring sosial mereka.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari laman Harvard.edu, Nicholas Christakis, profesor di Departemen Kebijakan Perawatan Kesehatan Harvard Medical School, mengatakan bahwa obesitas pada satu orang mempengaruhi ke banyak orang yang terhubung dengan orang tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung. “Dengan kata lain, bukan karena orang obesitas dan nonobesitas hanya menemukan orang yang serupa untuk bergaul. Namun karena adanya hubungan yang langsung dan kausal (sebab akibat).”
Ikatan sosial dan keluarga
Sebuah penelitian terdahulu menunjukkan bahwa teman sebaya saling mempengaruhi perilaku kesehatan satu sama lain. Sebuah studi menunjukkan bahwa remaja yang bergaul dengan teman-temannya yang merokok dan minum minuman keras, cenderung untuk berperilaku yang sama.
Dalam studi penularan obesitas secara social, Nicholas Christakis dkk menganalisis data kesehatan dari tahun 1971 hingga tahun 2003, yang mencakup lebih dari 12.000 partisipan. Seluruh partisipan diminta untuk memberikan informasi kontak teman dekat dan keluarga dekat, sehingga total data adalah sebanyak lebih dari 38.000 ikatan sosial dan keluarga.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menemukan bahwa jika seorang teman partisipan menjadi gemuk selama penelitian, maka kemungkinan bahwa partisipan akan gemuk meningkat sebesar 57 persen. Sementara itu di antara saudara kandung, jika seseorang bertambah gemuk, maka kemungkinan saudaranya bertambah gemuk meningkat sebesar 40 persen. Sedangkan di antara pasangan, risiko peningkatan sebesar 37 persen.
Jenis kelamin dalam suatu ikatan sosial juga berpengaruh pada ‘penularan obesitas’. Dalam pertemanan di antara jenis kelamin yang sama, maka kemungkinan meningkatnya risiko adalah sebesar 71 persen.
Salah satu rekan penulis, James Fowler, mengungkapkan bahwa efek social jauh lebih kuat daripada yang disadari sebelumnya. Para penulis menyarankan, untuk para pejuang yang sedang melawan obesitas, untuk melihat sisi social kehidupan di sekitar mereka.
ADVERTISEMENT
Perlu penelitian lebih lanjut
Meskipun masuk akal, penelitian Nicholas Christakis dkk, seperti semua penelitian lainnya, tidaklah sempurna. Duncan Watts, yang mempelajari jejaring sosial di Universitas Columbia, mengatakan bahwa kesimpulan dari Nicholas Christakis dkk adalah bahwa obesitas menyebar melalui jaringan sosial, seolah-olah obesitas adalah semacam epidemic, semacam penyakit menular. Ia juga menambahkan bahwa meskipun masuk akal, penelitian saat ini tidak memberikan bukti langsung untuk fenomena tersebut.
Sebuah review oleh Russ Lopez, dari Departemen Kesehatan Lingkungan, Boston University School of Public Health, mengungkapkan bahwa jika pertemanan mempengaruhi berat badan, maka pertemanan itu juga dapat digunakan untuk mencegah bahkan mengobati obesitas. Teman dapat digunakan untuk membantu mengubah perilaku yang berhubungan dengan obesitas. Misalnya, jika seorang teman peduli dengan berat badan, maka mungkin teman lainnya juga akan berupaya untuk peduli dengan berat badan. Pertemanan juga dapat mempermudah untuk melakukan program diet jika sesama teman sama-sama berjuang untuk menurunkan berat badan. Ikatan social sebaya seperti ini dapat digunakan untuk mencegah dan mengurangi obesitas.
ADVERTISEMENT
Sumber:
https://doi.org/10.1586/17446651.3.1.21
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17652652/