Virus Paling Mematikan Sepanjang Sejarah (1)

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
2 Januari 2020 8:43 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahukah kamu hingga saat ini setidaknya ada 320.000 jenis virus yang dapat menjangkit tubuh manusia dan hewan. Beberapa di antaranya sangat berbahaya. Berikut kami rangkum 6 bencana virus paling mematikan.
ADVERTISEMENT
1. Flu Spanyol
Ruang perawatan darurat untuk pasien Flu Spanyol di Kamp Kansas AS tahun 1918. Sumber: Wikimedia commons
Origin – Tidak seperti namanya, flu ini bukan berasal dari Spanyol. Sebuah referensi mengatakan virus ini berasal dari kamp Kansas Amerika Serikat, namun sumber lain ada yang menyebutkan virus ini berasal dari Swedia atau Rusia. Wabah virus ini meledak kali pertama pada tahun 1918 dan meluas hampir ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Penyebaran – Flu ini disebabkan oleh Virus Influenza Tipe A subtipe H1N1. Penyebaran virus ini terbilang sangat cepat mengingat media penyebarannya adalah udara. Dalam kurun waktu tahun 1918 hingga 1919 diperkirakan 40 persen populasi penduduk dunia saat itu terjangkit virus ini. Korban meninggal dunia diperkirakan mencapai 21 juta jiwa, sumber lain bahkan menyebutkan korban meninggal berada di kisaran 50 hingga 100 juta jiwa –3 hingga 5 persen dari total populasi manusia–. Jumlah korban jiwa yang sangat tinggi ini menjadikan Flu Spanyol sebagai bencana paling mematikan sepanjang sejarah manusia. Pandemi Flu Spanyol berakhir pada musim panas tahun 1919.
ADVERTISEMENT
Gejala – Gejalanya seperti flu normal berupa demam, mual, nyeri, dan diare. Tahap selanjutnya banyak pasien yang mengalami serangan pneumonia berat. Wajah/tubuh pasien akan membiru akibat kehabisan oksigen karena paru-paru dipenuhi dengan zat berbusa dan berdarah.
2. Virus Ebola
Ruang isolasi pasien Ebola. Sumber: Pixabay
Origin – Wabah Ebola kali pertama ditemukan pada tahun 1976 di dekat Sungai Ebola, Republik Demokratik Kongo. Saat itu Terdapat lima jenis virus Ebola dimana empat di antaranya menimbulkan penyakit pada manusia.
Penyebaran dan tingkat kematian – Ebola dapat menyebar melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, ataupun jaringan hewan atau manusia yang terinfeksi virus ini. Tingkat kematian bisa mencapai angka 50 persen. Jumlah kasus yang terinfeksi virus ini pada tahun 1976 mencapai 318 dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 280 jiwa. Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2014 hingga 2016 yang mencapai 28652 orang terjangkit virus ini dan kasus meninggal dunia 11325 jiwa.
ADVERTISEMENT
Gejala – Gejala awal pada 2 hingga 21 hari setelah terjangkit Ebola adalah demam disertai sakit kepala dan menggigil, nyeri otot, dan tubuh terasa lemas berlebihan. Tahap selanjutnya yaitu munculnya ruam pada kulit, mata merah, nyeri lambung, nyeri dada, mual dan muntah, diare disertai dengan pendarahan, hingga keluar darah melalui mulut, telinga, hidung, bahkan mata.
Pencegahan dan Pengobatan – Hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin yang disetujui. Namun para peneliti sudah menguji obat Ebola pada hewan, namun belum diuji pada manusia. Vaksin Ebola juga sudah diuji pada hewan, namun butuh pengujian lebih banyak pada sampel manusia untuk melihat apakah vaksin tersebut aman dan benar-benar dapat mencegah virus Ebola pada manusia.
ADVERTISEMENT
3. Virus Marburg
Salah satu pasien Marburg di Afrika Selatan pada tahun 1975. Sumber: Publicdomainfiles
Origin – Virus ini dinamai sesuai dengan nama kota dimana virus ini pertama kali ditemukan. Pada tahun 1967 sebuah laboratorium di Marburg, Jerman, menerima beberapa kera hijau dari Uganda, Afrika, untuk penelitian vaksin polio manusia. Namun beberapa saat setelah sampai di Jerman, beberapa kera mengalami demam parah hingga menyebabkan kematian. Beberapa hari setelah kejadian tersebut, 25 tenaga laboran yang mengalami kontak langsung dengan kera dilaporkan mengalami demam parah, serta 6 orang tenaga medis dan keluarga yang merawat ikut terkena demam. Kejadian tersebut mengakibatkan total pasien sakit sebanyak 31 orang, dimana 7 diantaranya meninggal dunia.
Penyebaran dan tingkat kematian – Virus Marburg menyerang manusia dan primata non-manusia. Virus Marburg termasuk dalam tipe virus zoonosis yaitu virus yang dapat ditularkan melalui hewan. Kelelawar buah Rousettus aegyptii dianggap sebagai hewan inang virus ini. Pada gelombang wabah pertama, tingkat kematian Marburg sebesar 25 persen, namun pada tahun 1998-2000 dan 2005 tingkat kematian mencapai 80 persen.
ADVERTISEMENT
Gejala – Gejala umum berupa demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri otot, diare parah, sakit perut dan kram, mual dan muntah. Jika sudah fatal pasien akan mengalami pendarahan pada hari ke 8 atau 9 setelah gejala umum terjadi.
Pencegahan dan Pengobatan – Mencegah konsumsi buah bekas gigitan kelelawar, serta membatasi kontak langsung dengan pasien Marburg. Hingga saat ini belum ada pengobatan yang terbukti ampuh mengatasi virus Marburg. Namun, WHO mengatakan perawatan intensif, termasuk produk darah, terapi kekebalan, dan terapi obat sedang dievaluasi.
Sumber:
https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-pandemic-h1n1.html
https://www.cdc.gov/vhf/ebola/index.html
https://www.cdc.gov/vhf/marburg/index.html