Bahas Masalah Kabut Asap, ITERA Hadirkan Pakar Polusi Udara

Konten Media Partner
18 September 2019 20:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pakar polusi udara dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Wesam Al Madhoun saat menyampaikan materi, Rabu (18/9) | Foto: Humas ITERA
zoom-in-whitePerbesar
Pakar polusi udara dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Wesam Al Madhoun saat menyampaikan materi, Rabu (18/9) | Foto: Humas ITERA
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan- Membahas isu besar nasional mengenai masalah kabut asap, Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menghadirkan pakar polusi udara dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Wesam Al Madhoun, Rabu (18/9) di Kampus ITERA.
ADVERTISEMENT
Studium Generale yang mengusung tema Air Pollution Monitoring and Modelling membahas tentang kondisi udara yang saat ini tergambarkan, yakni udara di negara ini dalam kondisi yang tidak sehat. Berbagai penyebab mulai dari kebakaran, gas industri, gas emisi kendaraan, pengelolaan sampah yang menyebabkan polusi udara di negara ini.
Rektor Itera yang diwakili oleh Wakil Rektor Itera Bidang Non Akademik, Sukrasno, dalam sambutannya menyampaikan topik yang dibahas dalam studium generale berkenaan dengan hajat hidup orang banyak sehingga perlu banyak ahli khususnya dari ITERA untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sementara itu, Acep Purqon, selaku Direktur ITERA International Office menerangkan permasalahan kabut asap yang sedang terjadi saat ini perlu adanya andil dari semua pihak baik akademisi, pengusaha, pemerintah, masyarakat serta media harus bersinergi dalam menyelesaikan masalah ini.
ADVERTISEMENT
"Usul yang paling penting adalah negara-negara terdekat sebaiknya tidak saling menyalahkan, sebaiknya kita bekerjasama (Regional Planning) untuk menyelesaikan masalah. Kita sebagai institusi Pendidikan harus menginisiasi hal ini," jelasnya.
Sementara itu, pakar polusi udara dari UTM, Wesam Al Madhoun, menjelaskan sekitar 7 juta orang di dunia meninggal karena asap yang berdampak pada kesehatan seperti pneumonia, stroke, jantung, dan kanker. Perlahan tetapi pasti polusi udara merupakan silent killer bagi jutaan orang di dunia.
Wesan menambahkan dari penelitian yang dilakukan, dampak tertinggi udara yang tidak sehat dirasakan oleh anak-anak, kemudian wanita dan pekerja lapangan. Seperti yang terjadi di kota Riau dan Palangkaraya, daerah tersebut memiliki kondisi udara yang benar-benar serius dan harus segera ditindaklanjuti.
ADVERTISEMENT
"Sebagai akademisi, hal yang dapat kita lakukan yakni mengedukasi masyarakat bahwa udara yang sehat merupakan hak setiap orang. Selain itu, kita juga membantu mengontrol penegakan hukum dan sebagai akademisi di bidang teknologi. Kita dapat membantu membuat solusi seperti teknologi alternative energy yang lebih efektif, transportasi yang lebih affordable dan aman, serta pemilihan bahan bakar rumah tangga untuk memasak, pemanas maupun pencahayaan," jelasnya.
----
Laporan reporter Lampung Geh Rafika Restiningtias
Editor : M Adita Putra