Bocah SMP di Lampung Seorang Diri Merawat Kakak yang Disabilitas

Konten Media Partner
14 September 2019 12:38 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Arya, siswa SMP yang tinggal berdua dan merawat kakaknya yang disabilitas | Foto: Rafika Restiningtias/ Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Arya, siswa SMP yang tinggal berdua dan merawat kakaknya yang disabilitas | Foto: Rafika Restiningtias/ Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Muhammad Arya, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bandar Lampung, hanya tinggal berdua dengan kakak tirinya yang disabilitas. Kakak Arya tersebut mengalami keterbelakangan mental dan keterbatasan fisik sejak lahir.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Arya merupakan siswa kelas 9 di SMP Negeri 32 Bilabong. Sambil menjalani keseharian sebagai pelajar, ia juga harus mengurus kakaknya seorang diri sejak ibunya meninggal karena idap penyakit strok 3 tahun silam.
Arya saat ini tinggal bersama kakaknya di sebuah rumah semipermanen yang berada di Jalan Imam Bonjol, Gang Bungur RT 1 Lingkungan 2, Kelurahan Langkapura baru, Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung. Dalam kesehariannya, Arya mengurus kakaknya mulai dari memandikan, menyuapi, sekaligus memberikan kasih sayang sebagai pengganti ibunya yang telah tiada.
"Sebelumnya, kami tinggal bertiga di sini, kemudian ibu sakit strok, saya sendirian merawat ibu dan kakak. Kemudian sekitar 2 tahunan ibu sakit, ia meninggal. Sebelum meninggal, ibu memberikan amanat kepada saya 'tolong jagain kakaknya', kata Ibu," ujar Arya.
ADVERTISEMENT
Arya merupakan anak yang berprestasi karena dirinya pernah 3 kali menjadi juara lomba membaca Alquran. Arya mengatakan dirinya merupakan anak nomor 7 dari 9 bersaudara yang dilahirkan ibunya, namun dari ayah yang berbeda.
Menurutnya, ia masih memiliki ayah kandung, namun sayangnya tinggal di tempat berbeda dan tidak ada kabar berita. Sementara, kakak-kakaknya sudah berkeluarga dan memiliki kesibukan masing-masing.
"Saya inget dulu Ayah-Ibu sering ribut, lalu Ayah pergi sampai sekarang enggak pulang. Kadang, Mbak saya yang suka ngasih uang jajan buat sekolah, kalau makan kadang suka dikasih sama tetangga," tutur Arya.
Menjalani kesehariannya, Arya sudah bangun sejak pagi mengurus kakaknya. Hal itu tidak menyurutkan semangat Arya untuk melanjutkan aktivitasnya dengan berangkat ke sekolah.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin sekolah setinggi-tingginya, sampai kuliah. Cita-cita saya jadi Pegawai Negeri, supaya bisa terus-mengurus dan mengobati kakak," bebernya.
Dalam kesehariannya di sekolah, Arya selalu tidak tenang meninggalkan kakaknya. Meskipun Arya merasa kakaknya tidak mungkin sembuh, ia tetap menyayangi kakaknya dan ingin kakaknya mendapatkan pengobatan karena kakaknya sering terluka saat ditinggal ke sekolah.
"Kalau di sekolah suka kepikiran, enggak fokus belajarnya karena kakak sendirian di rumah. Terkadang kalau saya pulang sampai di rumah, dia sudah jatuh sudah luka-luka. Kakak punya darah manis, jadi kalau ada luka kecil lama-lama menjadi besar. Saya berharap pemerintah dapat memberikan perhatian dari segi bantuan medis," ujarnya.
Arya menuturkan sempat merasa iri dengan teman-teman sebayanya yang dapat bermain, berkecukupan, dan memiliki keluarga yang lengkap. Namun, pikiran tersebut hilang saat memandang kakaknya yang lemah jika tanpa ada dirinya.
ADVERTISEMENT
"Saya pernah merasa enggak kuat, pernah timbul bahwa Tuhan tidak adil. Tapi saya bersyukur masih diberikan kehidupan dan diberikan cobaan seperti ini kepada saya karena saya kuat," tutur Arya.
Arya juga berharap adanya bantuan baik dari pemerintah maupun dermawan untuk mendapatkan perbaikan rumah serta bantuan pendidikan, apalagi sebentar lagi dirinya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
"Saya ingin ada bantuan, rumah saya ini bisa jadi layak, dan saya juga ingin bisa bersekolah setinggi-tingginya, saya juga ingin kakak saya ini mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga, bukan hanya dari saya saja," harapnya.
Laporan reporter Lampung Geh, Rafika Restiningtias Editor: M Adita Putra