Cerita Maahir Jelajah Indonesia Pakai Sepeda: Sudah Keliling ke-33 Provinsi

Konten Media Partner
4 November 2020 16:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muhammad Maahir Abdulloh saat menceritakan penjelajahannya keliling Indonesia menggunakan sepeda | Foto: Sidik Aryono/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Maahir Abdulloh saat menceritakan penjelajahannya keliling Indonesia menggunakan sepeda | Foto: Sidik Aryono/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Berawal dari cita - cita ia dari bangku kelas IV SD, kini Muhammad Maahir Abdulloh atau yang sering disapa Maahir telah menjelajah hampir ke-34 provinsi yang ada di Indonesia menggunakan sepeda.
ADVERTISEMENT
Pria kelahiran Jakarta ini, telah sampai di Bandar Lampung pada tanggal 31 Oktober lalu dari arah Bengkulu. Saat acara program Lampung Geh, Ngobaw (Ngobrol Bagi Wawasan) berlangsung, ia bercerita bagaimana pengalamannya selama menjelajah Nusantara menggunakan sepeda.
Perjalanannya dimulai dari saat ia duduk di bangku kuliah, dimana ia menjadi Korp Sukarelawan (KSR) PMI Jakarta Selatan. Maahir yang berasal dari Universitas Indraprasta PGRI Jakarta ingin mengenalkan PMI ke masyarakat bahwa PMI bukan hanya sekedar donor darah saja melainkan juga organisasi yang meringankan tugas pemerintah walaupun bukan dari bagian organisasi pemerintah.
Selain ingin mengenalkan masyarakat tentang PMI (Palang Merah Indonesia) ia juga memiliki tujuan yaitu membangun taman baca untuk wilayah atau daerah yang sudah ia singgahi saat menjelajah. Awalnya Maahir berbincang dengan pemuda-pemuda yang ada di desa tersebut, ia bicara tentang apa saja manfaat membuka taman baca dan bagaimana cara membuatnya saat berbincang. Setelah ia disetujui, akhirnya Maahir bekerjasama dengan relawan yang berada di Jakarta berusaha untuk membuat taman baca yang ada di daerah tertinggal. Target mereka akan membangun 10 taman baca, namun karena terkendala banyak hal seperti ongkos kirim, buku, bahkan peraturan yang berubah membuat mereka hanya bisa membangun empat taman baca.
ADVERTISEMENT
Maahir yang mengambil kuliah Jurusan Bimbingan Konseling ini, memulai ekspedisi Penjelajahan Nusantara setelah ia mendapat gelar sarjananya. Menurutnya, saat kuliah ia ingin mengenal karakter dia sendiri karena ia berpikir bahwa ia tidak ingin berjalan tanpa mengetahui apa yang akan ia tuju.
Penjelajahannya bukan semata-mata langsung terjun tanpa adanya persiapan. Awalnya, Maahir pada 2015 memantapkan hati untuk menggunakan sepeda sebagai ‘temannya’ menjelajah Nusantara. Sepeda ia pilih karena beberapa alasan di antaranya karena sepeda alat transportasi yang ramah lingkungan, efektif dan efisien, lalu dengan menggunakan sepeda ia bisa menikmati setiap jengkal Nusantara yang dilewati. "Dan yang paling penting, saya beneran paraler, jadi tidak pulang ke Jakarta agar saya bisa lebih memahami karakter daerah dengan bijaksana maka dari itu sepeda adalah pilihan terbaik," ungkap Maahir.
ADVERTISEMENT
Pada 2016 saat ia masih kuliah, ia mencoba untuk belajar menjelajah, ekspedisi ini dimulai dari Jakarta menuju Yogyakarta lalu pulang lagi ke Jakarta, dan ia juga mendaki tujuh gunung pada tahun ini. Setelah lulus kuliah, tahun 2017 ia melakukan ekspedisi lagi dari Jakarta menuju Bali dengan mendaki 14 gunung yang ada di sekitar wilayah ekspedisi. Kemudian Maahir mengonsepkan apa kekurangan dan apa saja yang perlu ditingkatkan agar dapat nyaman saat menjelajah Nusantara. Lalu pada 2018, Maahir memberanikan diri untuk menjelajah Nusantara bersama ‘teman’ sepedanya.
Ketika ditanya berapa budget yang ia butuhkan selama menjelajah, ia berkata “Setiap perjalanan butuh konsep, pemetaan perjalanan, dan manajemen, dan hal dasar lainnya. Untuk itu saya siapkan proposal ke beberapa dan perusahaan kementerian. Dana sosial termasuk taman baca,” katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu ia juga berjualan merchandise untuk memenuhi kebutuhannya selama di perjalanan.
Muhammad Maahir Abdulloh bersama sepedanya saat tiba di Provinsi Sumatera Barat | Foto: Instagram/penjelajahan.nusantara
Maahir bercerita banyak hambatan yang harus ia lalui seperti saat ia kekurangan dana, jika ia kekurangan dana maka ia akan berhenti sebentar di lokasi/ provinsi untuk beristirahat sekaligus bekerja di wilayah terebut. Ia bercerita bahwa ia akan pergi ke café atau toko untuk menawarkan diri agar dapat bekerja di tempat tersebut. Pekerjaan yang ia pilih pun cukup beragam, mulai dari pelayan, barista sampai menjadi tukang las pagar dengan modal pengetahuan waktu duduk di bangku STM.
Selain itu, ia juga pernah mengalami tindak kriminal, dibohongi bahkan pengalaman horor yang tak terlupakan. “Waktu itu saya makan telur, nasi, gorengan, sambal, ditambah es teh harganya Rp. 40.000 tapi saya diam saja,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Di balik kisah hambatan di atas, ia juga sering bertemu dengan orang baik dan membantunya untuk melanjutkan ekspedisi ini. Menurutnya, “Rezeki itu ada yang dicari ada yang diberi, Jangan pernah berharap orang lain akan memberi. Ketika ada orang memberi itu rezeki buat kita. Ketika tidak ada ya memang belum rezeki kita,” katanya.
Dengan menjelajah Nusantara, ia banyak belajar mengenai hal baru, mematahkan stigma masyarakat, hingga belajar merasakan bagaimana rasanya tinggal di tempat yang tertinggal. Ia percaya bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alamnya dan ia berpesan dengan adanya kekayaan SDA itu memang harus kita jaga bukan hanya sebatas dibanggakan saja. Ia memiliki motto "don’t kill your dreams, jangan bunuh mimpimu, terus bermimpi dan perjuangkanlah. Selama kita masih bisa, jangan sampai kita meminta bantuan kepada orang lain". Itulah salah satu cara yang ia pertahankan untuk terus melaksanakan penjelajahan Nusantara ini.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya mengenai pandangan tentang Lampung, Maahir mengungkapkan bahwa walaupun ia belum lama singgah di Bandar Lampung, tetapi yang ia alami sendiri warga Lampung ramah, murah senyum ketika ia senyum mereka membalas begitupun ketika ia salam merekapun menjawab.
Terakhir, Maahir menyampaikan pesan kepada pemuda yang ada di Indonesia, “Kita dalam hidup, mencintai sesuatu tidak mesti sama dengan yang lain, maka dari itu jadilah diri sendiri, lakukan apa yang kita ingin. Jangan melakukan karena ingin viral. Tetap jaga impianmu. Setiap orang berhak bermimpi, tapi orang yang dapat mewujudkan sedikit karena orang tersebut membunuh impiannya sendiri sebelum dia memperjuangkan impiannya sendiri,” tandas Maahir di akhir wawancara.
Saat tiba di Provinsi Lampung, Maahir telah menjelajah 33 provinsi termasuk Lampung. Setelah Lampung, Maahir akan melanjutkan penjelajahannya menuju provinsi terkahir ke-34 yaitu, Provinsi Banten. (*)
ADVERTISEMENT
---
Laporan kontributor Anggun Kusuma Wardani