Cerita WN Australia yang Jadi Korban Perompakan di Perairan OKI Sumatra Selatan

Konten Media Partner
1 Juni 2020 17:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal WNA berjenis Yacht bernama Hoopla setelah dirompak oleh kawanan pelaku yang saat ini berada di Perairan Kuala Teladas, Tulang Bawang, Lampung, Minggu (31/5) | Foto: Syahwa Roza Hariqo/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Kapal WNA berjenis Yacht bernama Hoopla setelah dirompak oleh kawanan pelaku yang saat ini berada di Perairan Kuala Teladas, Tulang Bawang, Lampung, Minggu (31/5) | Foto: Syahwa Roza Hariqo/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Tulang Bawang - Perompakan kapal milik warga negara asing (WNA) berjenis Yacht bernama Hoopla yang dinahkodai Tadeusz Nowicki (70) pria berkewarganegaraan Australia tersebut menjadi sorotan khusus media belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Namun beberapa pemberitaan menerbitkan bahwa peristiwa perompakan itu terjadi di perairan Kuala Teladas, Tulang Bawang, Lampung bukan di perairan Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatra Selatan.
Mengenai hal itu, pada Minggu (31/5) Lampung Geh langsung menuju lokasi dimana kapal WNA tersebut berada untuk mengetahui kronologis kejadian dan data valid dari korban Tadeusz Nowicki.
Dari Kota Bandar Lampung, tim menempuh perjalanan selama 5 jam yang melewati Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) melalui Gerbang Tol Natar, Lampung Selatan dan keluar di Gerbang Tol Gunung Batin, Lampung Tengah.
Kemudian melintasi Jalan Lintas Timur dan masuk ke Portal PT. Sweet Indo Lampung (SIL) Tulang Bawang. Kondisi jalan yang kurang baik membuat tim memperlambat laju kendaraan. Dari Portal PT. SIL hingga ke lokasi tujuan, tim membutuhkan waktu hingga 3,5 jam.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di Kampung Kuala Teladas, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, tim mendapatkan akses penyebrangan dari Kesyahbandaran Menggala, Sardianto, dengan menggunakan speed (boat) milik TNI-AL dan dikemudikan oleh anggota Direktorat Polisi Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Lampung untuk menuju kapal korban.
Lalu tim mewawancarai, Tadeusz, langsung dari atas kapalnya untuk mengungkap kronologis kejadian aksi perompakan yang diketahui terjadi di Perairan OKI, Sumatra Selatan. Ini hasil wawancara tim yang sudah diartikan ke dalam Bahasa Indonesia.
Tadeusz Nowicki (70) pria berkewarganegaraan Australia yang menjadi korban perompakan di Perairan OKI, Sumatra Selatan saat ditemui dan diwawancarai Lampung Geh, Minggu (31/5) | Foto: Syahwa Roza Hariqo/Lampung Geh
"Malam-malam ada yang datang ke sini, terus langsung putus tali layar perahu saya. Saya bilang, mau apa kalian. Saya langsung ditodongkan pistol di kepala saya," ungkap Tadeusz kepada Lampung Geh.
Ketika itu, Tadeusz langsung dibawa para pelaku ke dalam kapalnya dan diikat pada sebuah kursi.
ADVERTISEMENT
"Saya langsung ditarik ke dalam dan mereka ambil tali, saya duduk di kursi dan diikat sama mereka. Mereka 4 orang membawa pistol dan 6 orang membawa pisau panjang (pedang)," terangnya.
Ketika itu perompakan terjadi dimana kesepuluh pelaku mengacak-acak isi kapal Tadeusz dan mengambil barang berharga yang ada di antaranya, mesin speedboat beserta body-nya, GPS, tool box, pompa rendam, stir kapal.
Kondisi kapal setelah dirompak oleh kawanan pelaku saat di dikunjungi Lampung Geh, Minggu (31/5) | Foto: Syahwa Roza Hariqo/Lampung Geh
Selain itu, tape, power supply, teropong, mesin gerindra, lampu pelampung, inverter, aki, TV, filter minyak, selang pompa minyak, harnes, katrol peralatan laut, handphone, epirb, layar kapal, pintu kecil, perangkat radio.
"Mereka mengacak-acak semua yang ada di dalam dan merusak semuanya. Mereka mangambil TV, generator, stir (kapal), semua diambil. Nih beberapa barang sudah dikembalikan, tapi masih ada yang belum dikembalikan," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Lantaran kapasitas perahu tak dapat membawa sekaligus barang hasil rompakan, pelaku ini berusaha mencicil angkutan hingga 3 kali agar seluruh barang dapat dibawa.
"Karena kapal mereka kecil, mereka tak muat membawa sekaligus barang-barang ini. Jadi waktu itu saat sudah ambil barang-barang dan kapalnya penuh mereka pergi 10 orang itu," tuturnya.
Kondisi titik stir kapal yang ikut dibawa oleh para pelaku perompakan, Minggu (31/5) | Foto: Syahwa Roza Hariqo/Lampung Geh
"Tapi datang lagi 2 orang, kedua orang itu mengambil barang saya lagi. Saya diam saja duduk dan tak punya kesempatan apa-apa. 2 orang itu pergi membawa barang-barang, lalu datang lagi 7 orang masuk ke kapal saya bawa barang lagi, lalu mereka tak kembali lagi," imbuh dia.
Kawanan pelaku ini hampir menghabiskan seluruh isi kapal milik Tadeusz, termasuk uang tunai 700 dolar Australia yang ia miliki. Beruntung kapal korban masih memiliki dua mesin pembantu yang ada di bagian belakang kapal.
ADVERTISEMENT
"Saya berusaha melepaskan diri dari kursi, perut saya masih terasa sakit waktu saya bangun. Saya gak bisa berharap apa-apa, saya bingung semuanya diambil. Saya tidak bisa hubungi siapa-siapa, akhirnya saya memperbaiki (mesin cadangan) untuk pergi dari daerah ini (Kuala Teladas)," bebernya.
Dengan mesin seadanya, akhirnya Tadeusz tiba di wilayah perairan Kuala Teladas, Tulang Bawang, Lampung. Di situ dirinya melihat kapal polisi yang tengah bersandar di bibir pantai.
"Saat saya pergi saya melihat keramaian di daerah sini, saya melihat kapal polisi. Di sini saya sudah mulai merasa tenang, lalu saya berkomunikasi dengan polisi itu," kata dia.
Ketika itu dirinya juga menceritakan ketika berada di Bangka Belitung, ia mendapatkan segala yang dibutuhkan. Mulai dari perbekalan hingga alat-alat kapal.
Beberapa barang yang sudah dikembalikan kepada korban, Minggu (31/5) | Foto: Syahwa Roza Hariqo/Lampung Geh
"Waktu saya di Bangka, Bangka itu kampung yang besar, saya benar-benar senang. Habis dibantu memperbaiki mesin lalu saya membeli apa yang dibutuhkan lalu saya pergi. Saya senang sekali," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Tapi di sini saya di tunda-tunda, saya ingin membeli apa yang saya butuhkan. Membeli makan apapun itu. Tapi karena saya tak bisa apa-apa, jadi semuanya saya bergantung kepada masyarakat sini. Seperti Pak Bun (warga lokal), saya diberi makan. Ketika saya ingin membayar mereka menolak," tambah dia.
Kapal korban yang didampingi Kapal Ditpolairud Polda Lampung saat dikunjungi Lampung Geh, Minggu (31/5) | Foto Drone: Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Tadeusz menerangkan jika dirinya berprofesi sebagai penulis, pelatih tenis, dan pensiunan dokter hewan. Sepanjang hidupnya dirinya selalu meneliti dan menuliskan hasilnya ke dalam sebuah buku.
"Ini kapal pribadi keluarga, saya pergi berkeliling. Saya riset selama 25 tahun untuk menulis buku yang berjudul Art of Living. Saya ini nanti ingin me-launching buku lagi, tetapi publisher terkenal di dunia ini sudah meninggal. Saya tunda buku selanjutnya untuk di-launching. Buku yang sudah di-launching sudah tersebar luas, Amazon, dan online shop," terangnya.
ADVERTISEMENT
Dirinya mengharapkan agar segera pulang ke negara asalnya dan kembali berkumpul bersama keluarga di Australia.
"Harapan saya gimana saya cepat ke Jakarta kalau tidak pulang (ke Australia). Walaupun solusinya kapal saya harus dijual, saya mau. Karena mungkin kondisinya seperti ini saya juga berani jual harga murah. Kalau saya jual harga murah pasti orang-orang pada tertarik, saya bisa ke Jakarta dan pulang ke Australia," harap Tadeusz.(*)
***
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!