Di Balik Prestasi Film Animasi Kita Satu Karya Milenial Lampung

Konten Media Partner
1 April 2019 23:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Animedia Teknokrat pembuat film animasi berjudul 'Kita Satu' | foto: ist.
zoom-in-whitePerbesar
Tim Animedia Teknokrat pembuat film animasi berjudul 'Kita Satu' | foto: ist.
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Berturut-turut menyabet gelar Film Animasi Terbaik Gemastik IX dan X Universitas Indonesia, Film berjudul 'Kita Satu' ini salah satu karya Animedia Teknokrat kembali diputar dalam perayaan Hari Film Nasional 2019.
ADVERTISEMENT
Bagi kalangan pecinta film indie khususnya, patut diakui bahwa rumah produksi Animedia milik Universitas Teknokrat Indonesia (UTI) Lampung ini cukup produktif dalam melahirkan karya-karya berupa film animasi.
Pada acara spesial screening Film Indonesia dalam rangka Menyemarakkan Hari Film Nasional ke-69 pada Minggu (31/3), Lampung Geh berkesempatan untuk bincang-bincang langsung bersama tim dibalik film Kita Satu.
Film Kita Satu sendiri merupakan film animasi bertema nasionalis berkisah tentang seorang konten kreator muda bernama Adit. Ia merasa jengah dan berusaha mencari solusi yang tepat atas perdebatan isu SARA yang kerap kali dijumpai.
Potongan adegan Film 3D Kita Satu buah karya milenial Lampung | foto: ist.
Aga Arsari, sebagai sutradara film Kita Satu menggarap film animasinya bersama empat orang lainnya yaitu: Nur Miftahul Haq, Shidiq Kuswara, Desta Mahardani dan Aris Tri Wibowo.
ADVERTISEMENT
"Kami berbagi tugas seperti saya sebagai animator, Miftah sebagai character modeling, Shidiq sebagai background modeling, dan lain sebagainya," ujarnya.
Menurutnya membuat film animasi tidak jauh beda dengan film umumnya, mulai dari tahap pra-produksi, membuat cerita, juga menulis skenario.
"Bedanya kita membuat animasi karakter. Kalau film itu men-direct orang secara langsung, kalau film animasi yang di-direct character modeling agar tampak hidup."
Dalam proses kreatifnya, film Kita Satu memakan waktu hingga empat bulan lamanya, sejak Juni hingga september 2017.
Kendati ada dua jenis animasi, yaitu 2D dan 3D. Namun menurut Aga dalam perkembangannya, saat ini lebih pesat film 3D.
"Kami memang basic-nya 3D, jadi diputuskan untuk membuat film animasi 3D. Meski ke depan tidak menutup kemungkinan, untuk membuat karya animasi 2D," katanya.
ADVERTISEMENT
Tema nasionalis dalam film tersebut dipilih, "karena kalau kita lihat di Indonesia itu sekarang problem-nya tentang perbedaan, orang mempermasalahkan perbedaan suku agama dan lain-lain, terutama di media sosial," ungkap mahasiswa jurusan Teknik Informatika itu.
"Kami ingin membuat dampak positif yang lebih luas terkait isu tersebur, semacam kampanye nasionalis," jelasnya lagi.
Perihal kendala proses kreatif, baik Miftah, Shidiq maupun Aga kompak mengaku bahwa setiap job desk memiliki kesulitan masing-masing, namun itulah yang menjadi tantangan seorang sineas film 3D.
Selain pada acara Semarak Hari Film Indonesia 2019, film Kita Satu juga sebelumnya pernah diputar dalam acara Bulan Apresiasi Film 2018, di stasiun TVRI Lampung dan Radar TV Lampung.
Ke depan ketiganya mengaku sudah merencanakan untuk kembali membuat karya film animasi lagi seusai menyelesaikan tugas akhir sebagai seorang mahasiswa. (*)
ADVERTISEMENT
---
Laporan reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari
Editor : M Adita Putra