Dishut Lampung Kenalkan Sejumlah Destinasi Wanawisata di Lampung Selatan

Konten Media Partner
5 November 2020 8:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Yanyan Ruchyansyah saat diwawancarai awak media, Rabu (4/11) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Yanyan Ruchyansyah saat diwawancarai awak media, Rabu (4/11) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Kehutanan Provinsi Lampung memperkenalkan sejumlah potensi wana wisata berbasis ekonomi kerakyatan, Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
Dalam rangka menyejahterakan masyarakat di daerah penyangga, khususnya kawasan lereng Gunung Rajabasa atau Register 3, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung gelar test tour dalam rangka promosi dan penggalian potensi wisata di KPH Way Pisang - Gunung Rajabasa - Batu Serampok, Lampung Selatan.
Di kawasan ini terdapat banyak objek wisata alam yang dikelola oleh Pokdarwis setempat bersama KPH. Beberapa objek wisata yang dikunjungi dalam test tour tersebut yakni, Air Terjun Way Kalam dan Air Terjun Anakan di Desa Way Kalam, Wisata Rumah Madu Trigona dan Pemandian Air Panas Belerang Simpur di Desa Kecapi, dan Teropong Kota Kalianda di Desa Sumur Kumbang, Lampung Selatan.
Objek wisata air terjun Way Kalam Lampung Selatan, Kamis (5/11) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
Di samping pengelolaan objek wanawisata berbasis oleh Pokdarwis, masyarakat di sekitar tempat wisata juga lebih diberdayakan dan berdampak positif pada sisi ekonomi. Dengan banyaknya pengunjung, masyarakat terutama pelaku UMKM dapat memasarkan produknya sebagai oleh-oleh, seperti jahe organik, kopi bubuk, madu trigona, wedang jahe, air nirah, dan aneka jajanan pasar.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, Yanyan Ruchyansyah mengatakan, test tour ini bertujuan untuk mengenalkan kembali kepada masyarakat tentang potensi wanawisata yang ada di Lampung. Agenda yang tergabung dalam Festival Kehutanan dengan tema "Lampung Forestry Festival" tersebut diharapkan mampu memberikan masukan kepada pemerintah dan masyarakat dalam mengelola objek wisata.
Keindahan taman dengan pemandangan laut dan kota Kalianda, dari Teropong Kota Kalianda Lampung Selatan, Kamis (5/11) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
"Kehutanan, khususnya di Provinsi Lampung ini memiliki potensi wisata, yang saat ini belum banyak digali. Pada kesempatan ini kita mencoba untuk mengangkat kembali potensi wanawisata yang mampu memberdayakan masyarakat secara ekonomi, dan kita optimis wanawisata memiliki prospek yang besar ke depannya," ujar Yanyan.
Dalam situasi pandemi COVID-19, wanawisata memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang sudah jenuh berdiam diri di dalam rumah. Selain itu, wanawisata juga dapat dijadikan terapi (forest healing) bagi masyarakat, di tengah kesibukan di perkotaan saat pandemi.
Spot sumber panas bumi di Desa Kecapi Lampung Selatan, Kamis (5/11) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
"Potensi ini juga menghadirkan kesadaran bagi masyarakat untuk turut serta dalam menjaga hutan untuk masa depan. Seperti air terjun, masyarakat sadar kalau hutannya rusak, cadangan air berkurang, maka air terjunnya akan ikut rusak. Maka kita juga tetap mengarahkan masyarakat untuk ikut bersama-sama melestarikan hutan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," jelas Yanyan.
ADVERTISEMENT
Letak Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan pintu gerbang masuk pulau Sumatera juga memiliki potensi besar untuk dikunjungi masyarakat dari pulau Jawa. "Ke depan kita juga akan terus kembangkan ke depannya, untuk atraksi wisata yang dapat diikuti oleh masyarakat dalam melestarikan hutan, seperti menanam pohon bersama misalkan," kata Yanyan.
Air terjun anakan di Desa Way Kalam Lampung Selatan, Kamis (5/11) | Foto : Sidik Aryono/Lampung Geh
Kemudian, masih dalam situasi pandemi COVID-19, sejumlah objek wanawisata juga harus tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti pemeriksaan suhu tubuh pada pengunjung, menyediakan tempat cuci tangan, pengaturan jarak, dan memakai masker. "Protokol kesehatan tetap harus kita laksanakan, karena yang kita tawarkan di sini forest healing, jadi jangan sampai justru menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan, seperti klaster baru. Ini jangan sampai terjadi," pungkasnya. (*)
ADVERTISEMENT