Foto: Melihat Anak Krakatau Pasca-Erupsi Akhir Tahun 2018

Konten Media Partner
24 Agustus 2019 21:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Gunung Anak Krakatau saat ini pasca erupsi akhir tahun 2018, Sabtu (24/8) | Foto : Obbie Fernando/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Gunung Anak Krakatau saat ini pasca erupsi akhir tahun 2018, Sabtu (24/8) | Foto : Obbie Fernando/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Jika dilihat secara dekat, Gunung Anak Kraktau (GAK) tidak setinggi sebelum terjadinya erupsi pada akhir 2018.
ADVERTISEMENT
GAK sendiri termasuk ke dalam Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Kepulauan Krakatau di Selat Sunda. Secara geografis, GAK terletak pada titik 6°03'15" 10°10'30"LS dan 105°21'15"-105°27'45" BT.
Saat Lampung Geh memantau langsung, GAK masih tampak jinak dan beraktivitas normal dengan mengeluarkan material pasir beserta asap tebal yang dimuntahkan melalui kawah gunung.
Dari asap tebal itu juga langsung membentuk suatu awan. Setidaknya dalam satu menit saja, gunung berapi ini sudah memuntahkan beberapa kali material meski tidak disertai suara gemuruh.
Jika kebanyakan kawah gunung berada di tengah, namun tidak halnya untuk GAK yang kawahnya berada pada sisi samping gunung.
Kondisi kawah GAK saat memuntahkan material pasir, Sabtu (24/8) | Foto : Obbie Fernando/Lampung Geh
Menurut Kepala Seksi Koservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Hifzon Zawahiri, bahwa efek dari erupsi ini menyebabkan terjadinya longsor hingga tsunami.
ADVERTISEMENT
"Kita juga bisa melihat efek dari erupsi yang terjadi kemarin di GAK. Itu terjadi perubahan dari ketinggian GAK, tetapi sekarang sudah terjadi perubahan dia sudah mengalami peninggian kembali melalui material yang dimuntahkan," kata Hifzon ketika diwawancarai khusus oleh Lampung Geh, Sabtu (24/8), saat melakukan Trip Krakatau.
Kepala Seksi Koservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu, Hifzon Zawahiri, saat diwawancari Lampung Geh di Kapal Jatra III, Sabtu (24/8) | Foto : Obbie Fernando/Lampung Geh
Usai terjadinya erupsi, beberapa pulau di sekitar GAK juga terdampak. Seperti halnya Pulau Panjang yang sebelumnya gundul akibat awan panas disertai lahar yang disemburkan Anak Krakatau tersebut.
"Ada sebagian pulau terkena dampaknya akibat dari erupsi itu sendiri, tapi sekarang telah mengalami suksesi alam dengan tumbuhnya kembali pohon-pohon. Tetapi kami belum melihat satwa akibat erupsi ini," paparnya.
Tidak hanya Pulau Panjang, Pulau Rakata yang notabene memiliki pantai pun juga terkena abrasi atas dampak tsunami yang dihasilkan erupsi GAK.
ADVERTISEMENT
"Pulau-pulau yang lain juga sebagian terkena abrasi dan pengikisan akibat erupsi kemarin karena disertai dengan tsunami. Tetapi, habitat dan floranya masih baik sama seperti sebelum erupsi," lanjutnya.
Demi keamanan Cagar Alam tersebut, BKSDA Bengkulu melarang para wisatawan maupun masyarakat untuk mendarat di GAK setelah mengalami erupsi lalu.
"Memang betul kalau Krakatau hanya diperbolehkan turun untuk pendidikan dan penelitan. Jadi bagi masyarakat tidak kita perkenankan meski kondisi sekarang sudah stabil kita tetap khawatir," sebutnya.
Menilik lebih dalam, tiga pulau-pulau yang berada di sekitar GAK ini merupakan pecahan dari Ibu Krakatau usai meletus di tahun 1883 silam.
Kondisi Pulau Rakata yang terkena abrasi pasca erupsi GAK, Sabtu (24/8) | Foto : Obbie Fernando/Lampung Geh
"Bedasarkan sejarah, pulau-pulau di sekitar GAK ini menyambung satu kesatuan. Rakata Purba meletus dan membentuk kawah-kawah tersendiri sehingga muncul anak Krakatau dari bawah laut," ujar Hifzon.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung untuk memantau aktivitas GAK.
"Kita selalu koordinasi dengan BMKG, mereka memantau ini 24 jam dan dilaporkan ke BKSDA untuk kondisi dari lautnya dan gunung berapinya. Jadi semua mereka laporkan ke kita," tandasnya.(*)
----
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando Editor : M Adita Putra