Gerhana Matahari Cincin Total di Lampung Diprediksi Terjadi pada 2031

Konten Media Partner
26 Desember 2019 17:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puncak gerhana matahari cincin di yang terpantau di Lampung sekitar 75 % atau menyerupai bulan sabit, Kamis (26/12) | Foto : Dokumentasi UPT Observatorium Astronomi Itera Lampung
zoom-in-whitePerbesar
Puncak gerhana matahari cincin di yang terpantau di Lampung sekitar 75 % atau menyerupai bulan sabit, Kamis (26/12) | Foto : Dokumentasi UPT Observatorium Astronomi Itera Lampung
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Puncak gerhana matahari cincin yang dapat dipantau dari wilayah Lampung sekitar 75 % saja, sehingga bentuknya tidak menyerupai cincin, melainkan menyerupai bulan sabit, Kamis (26/12).
ADVERTISEMENT
Tim UPT Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) yakni Robiatul Mustaba selaku dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera Lampung mengatakan hal ini dikarenakan Provinsi Lampung memiliki lintang sekitar 5 derajat di bawah bidang horizon.
"Perbedaan ini membuat pengamatan terhadap fenomena gerhana matahari cincin tidak bisa full, hanya 75 persen saja yang kita sudah saksikan sama-sama sekitar pukul 12:27 WIB tadi bentuknya menyerupai bulan sabit. Sedangkan untuk wilayah Sumatra yang dapat mengamati gerhana matahari cincin secara total di wilayah Kepulauan Riau, Pekanbaru itu full 100 persen cincin," jelas Robiatul Mustaba di sela-sela pengamatan fenomena gerhana matahari di pelataran Kampus Itera Lampung.
Robiatul menambahkan bahwa fenomena gerhana matahari selalu terjadi setiap tahun sebanyak dua kali, satu kali gerhana matahari total dan satu kali gerhana matahari cincin total. Namun gerhana matahari menjadi fenomena yang langka karena tidak setiap tahun terjadi di tempat yang sama.
ADVERTISEMENT
"Misalnya fenomena gerhana matahari cincin total yang terjadi saat ini, misalkan di Riau, dapat dilihat lagi nanti setelah minimal 54 tahun sekali. Sedangkan untuk wilayah Lampung diprediksi akan terjadi gerhana matahari cincin nanti pada tanggal 21 Mei 2031, sekitar 11 tahun dari sekarang," terang Robiatul.
Robiatul Mustaba Dosen Program Studi Sains Atmosfir dan Keplanetan Itera Lampung, Kamis (26/12) | Foto : Sidik Aryono/ Lampung Geh
Robiatul juga menjelaskan gerhana matahari terjadi ketika bumi mengorbit matahari, bulan juga mengorbit bumi. Gerhana matahari terjadi apabila matahari, bulan, dan bumi berada pada satu garis lurus sehingga bulan menutupi matahari apabila dilihat dari bumi. Gerhana matahari terjadi pada fase bulan mati, sedangkan gerhana bulan terjadi ketika bulan purnama.
Sedangkan gerhana matahari cincin terjadi ketika satelit alami bumi yaitu bulan sedang pada fase bulan mati dan berada pada titik terjauh (apogee) dari bumi. Untuk bumi sendiri berada pada titik terdekat (perihelion) dari matahari. Sehingga fenomena ini menyebabkan terjadinya gerhana matahari cincin. Hal ini disebabkan karena piringan matahari tidak seluruhnya ditutupi oleh piringan bulan.
Fase awal kontak gerhana matahari, bayangan Bulan tampak mulai menutupi Matahari, Kamis (26/12) | Foto : Dokumentasi UPT Observatorium Astronomi Itera Lampung
Lalu, mengapa gerhana matahari tidak terjadi setiap bulannya? Mengenai hal ini Robiatul menerangkan bahwa orbit bulan dan bumi tidak berada pada satu bidang yang sama. Orbit bulan miring sebesar 5.2 derajat dari bidang orbit bumi. Gerhana hanya bisa terjadi ketika posisi bulan berada di garis nodal yaitu bidang garis perpotongan antara bidang orbit bumi dan bidang orbit bulan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, hasil dari pengamatan fenomena gerhana matahari yang dilakukan oleh Tim UPT OAIL Itera Lampung nantinya dijadikan referensi pembuatan siklus dari pertama kali kontak hingga fase puncak gerhana.
"Nanti juga kita akan lanjut ke arah penelitian terkait komposisi unsur kimiawi dari matahari. Nah dengan adanya fenomena gerhana matahari, unsur kimiawi penyusun matahari dapat kita amati tetapi menggunakan peralatan khusus," pungkas Robiatul. (*)