Hari Dongeng Sedunia: Keseruan Anak Pesisir Lampung Kisahkan Dongeng Nusantara
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Anak-anak Pesisir Teluk Lampung turut merayakan Hari Dongen Sedunia tahun 2022, yang diperingati setiap 20 Maret.
ADVERTISEMENT
Kali ini, anak-anak mengisahkan kembali dongeng-dongeng Nusantara yang suda ada sejak dahulu kala. Bersama Komunitas Giat Buku, keseruan terlengkapi dengan berbagai cerita rakyat.
Ada cerita Malin Kundang yang melupakan hingga menyakiti ibu kandungnya ketika sudah sukses. Yang akhirnya, Malin dikutuk menjadi batu beserta perahu yang dibawanya.
Selain itu, ada kisah Tikus dan Singa yang dibawakan sangat menarik oleh teman-teman Komunitas Giat Buku, Feni Aulia (21). Kisah ini mengajarkan anak-anak bagiamana pentingnya tolong-menolong dan menepati janji.
Di kisah ini pun, anak-anak diajarkan untuk bagaimana menghargai dan tidak meremehkan orang lain.
Sementara itu, Ketua Komunitas Giat Buku Lampung Bayu Saputro (24), menyampaikan agenda ini memang setiap pekan rutin dilakukan.
Bedanya, khusus Hari Dongeng Sedunia ini, Giat Buku memfasilitasi khusus untuk meningkatkan literasi baca tulis dan budaya.
ADVERTISEMENT
"Di Hari Dongeng Sedunia 20 Maret 2022 ini, tujuannya bukan hanya mengaktifkan literasi baca tulis untuk anak-anak, tetapi literasi budaya. Dengan tetap mengingat kembali dongeng-dongeng Nusantara," kata Bayu di Pesisir Pantai Teluk Lampung, Way Tataan, Teluk Betung Timur, Minggu (20/3).
Khusus Hari Dongeng ini, lanjutnya, Giat Buku telah memberi tugas untuk anak-anak Pesisir Teluk Lampung ini mencari cerita rakyat maupun dongeng yang diketahui.
"Pekan kemarin, kita udah kasih PR anak-anak buat cari cerita apapun, yang pasti dongeng Nusantara," terangnya.
"Hasilnya, banyak dari mereka membawa cerita-cerita yang beda-beda. Ada Sangkuriang Malin Kundang, Bawang Merah Bawang Putih, Kancil dan Buaya, Keong Mas, dan masih banyak lagi," tambah Bayu.
Dipandu tim dari Giat Buku, anak-anak Pesisir Teluk Lampung turut menceritakan kembali dan mengambil makna yang tersirat dari dongeng tersebut.
ADVERTISEMENT
"Jadi, nggak cuma tahu cerita rakyat atau dongeng anak nusantara, tapi mereka bisa memahami apa pesan-pesan dari cerita tersebut," ungkap Bayu.
Apalagi, usia anak-anak ini merupakan usia yang pas untuk diajarkan membedakan mana perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
"Supaya, kelak tak terjadi lagi atau bisa meminimalisir kekerasan terhadap sesama anak (anak menjadi pelaku kekerasan)," pungkasnya. (*)