Hari Dongeng Sedunia: Turunkan Angka Kriminalitas Anak dengan Mendongeng

Konten Media Partner
20 Maret 2022 22:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak membaca buku. | Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak membaca buku. | Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Ternyata, dongeng bisa berperan sebagai upaya penurunan kriminalitas dengan pelaku anak.
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui, beberapa tindak kriminalitas di Lampung tak hanya melibatkan orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Tak hanya menjadi korban, anak-anak pun kerap menjadi pelaku kriminalitas tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Satuan Samapta Polresta Bandar Lampung, 8 kriminalitas yang terjadi seperti tawuran dan balap liar didapati para pelajar di dalamnya. Bahkan, para pelaku kerap merusak kendaraan yang berlalu lalang dan melukai warga sekitar.
Selain itu, kasus pemerkosaan juga melibatkan tiga remaja yang masih berumur 18-19 tahun di Lampung Selatan. Dengan korbannya merupakan anak berumur 14 tahun.
Kemudian, mengurangi angka kriminalitas di wilayah Lampung sendiri bukan hanya tugas aparat kepolisian. Namun, peran seluruh elemen masyarakat, termasuk kedua orang tua.
Akademisi IBI Darmajaya, Sumayyah al Muthi'ah, yang juga seorang ibu anak satu ini membagikan manfaat dongeng untuk anak dalam mencegah anak menjadi pelaku kriminalitas dengan mengenali emosi.
ADVERTISEMENT
Dari dongeng, anak bisa menentukan tindakan apa yang bisa ditampilkan saat merasakan berbagai emosi, seperti: bahagia, berani, takut, cemburu, dan lainnya.
Akademisi IBI Darmajaya, Sumayyah al Muthi'ah. | Foto: Ist
"Manfaat dari mendongeng ke anak sendiri itu, membangun bonding atau kelekatan kita (orang tua) dengan anak. Juga bisa sebagai sarana mengenalkan emosi lewat mendongeng," kata Sumayyah.
Menurutnya, mengenalkan macam-macam emosi kepada anak-anak sangat diperlukan. Dengan dilanjutkan bagaimana cara merespon emosi tersebut.
"Kalau macam-macam emosi itu banyak ya. Ada bahagia, berani, bersalah, cemburu, kesepian, sayang, sedih, semangat, takut, tenang, dan banyak lagi," tuturnya.
Dari berbagai macam emosi tersebut, orang tua bisa melakukan tindakan-tindakan preventif dengan mengenalkan anak pada berbagai emosi.
"Emosi pada dasarnya bersifat netral. Menurutnya yang menentukan suatu hal itu negatif atau positif adalah respon terhadap emosi tersebut," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Emosi bahagia yang terkesan positif pun bisa muncul dengan respon negatif. Begitupun emosi yang terkesan negatif seperti takut bisa muncul dengan respon positif.
"Contoh ya, emosinya bahagia. Tapi gak jarang seseorang meresponnya dengan berfoya-foya, sehingga hasilnya negatif," terang Sumayyah
"Sebaliknya, seseorang yang sedang takut, tapi dengan ketakutannya justru mencegahnya dari berbuat buruk maka responnya positif," lanjutnya.
Dari mendongeng ini lah Sumayyah memperkenalkan kepada anaknya berbagai macam emosi. Sehingga, kelak tidak terjadi beberapa permasalahan seperti anak menjadi pelaku atau korban kekerasan seksual, anak turut menjadi penyalahguna narkoba, maupun anak terjebak dalam permasalahan mental health.
"Dongeng ini juga bisa menjadi sarana agar anak-anak lebih mengerti apa yang harus dilakukan saat keadaan tertentu (sesuai emosinya)," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Di sinilah, lanjutnya, bagian orang tua biasa menjelaskan hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
"Supaya, respon emosi-emosi yang sedang dirasakan tidak berujung tindakan kriminalitas yang merugikan diri sendiri maupun orang lain," pungkasnya. (*)