Hari Gizi Nasional, Dokter: Anemia pada Remaja Bisa Turunkan Kualitas SDM Negara

Konten Media Partner
25 Januari 2021 19:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sayur dan buah | Sumber : pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sayur dan buah | Sumber : pixabay
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Hari Gizi Nasional tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengambil tema "Remaja Sehat, Bebas Anemia", Senin (25/1).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 persen. Bisa diartikan bahwa ada 3-4 dari 10 remaja menderita anemia. Hal ini dapat disebabkan dari kebiasaan asupan gizi yang tidak seimbang dan kurang aktivitas fisik.
Anemia pada masa remaja banyak dibahas pada remaja putri. Penyebab ini adalah remaja putri itu mengalami menstruasi. Setiap bulan keluar darah segar saat kondisi menstruasi. Banyak makanan yang dikonsumsi bernilai mahal tapi secara komposisi gizi tidak sesuai. Sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan sampai bisa menyebabkan anemia.
Di Indonesia cukup banyak khususnya di remaja putri, sehingga itu yang menjadi kekhawatiran. Alasan kekhawatiran disampaikan tersebut disampaikan oleh Dokter Spesial Gizi, Tutik Ernawati yang juga sebagai Ketua Bidang Pengembangan dan Pengabdian Profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandar Lampung.
ADVERTISEMENT
"Remaja terutama remaja putri akan dipersiapkan menjadi ibu. Kalo kondisi dia anemia dia saat mengandung, dampaknya akan ke anak yang kandungannya. Ibu yang anemia dan mengandung bayi sangat butuh banyak gizi," tutur Tutik.
"Bahkan dia tidak anemia saja membutuhkan banyak gizi untuk kebutuhan bayinya dan untuk dirinya sendiri. Kalau dia sendiri saja kurang, bagaimana mencukupi kebutuhan bayinya," lanjutnya.
Hal ini menjadi penegasan dari Tutik Ernawati sebagai Dokter Spesialis Gizi saat diwawancarai reporter Lampung Geh, bahwa dari kurang gizi bisa risiko anemia hingga berdampak pada kandungannya ketika hamil.
"Jadi makanya, dampak ke depannya risiko berat badan lahir rendah, bisa risiko terjadi bayi meninggal di dalam kandungan sebelum waktunya, atau abortus, jadi dia lahir sebelum umur yang sesuai. Terjadi kegawatan pada ibu, misalnya ibunya darah tinggi, anemia banyak faktor. Gawat janin, janin secara umur sesuai tetapi kondisi emergency pada bayi, kalo tidak ditangani nanti meninggal," tegasnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau melahirkan dalam kondisi anemia kemungkinan anaknya akan menderita anemia juga. Dampak ke depannya pertumbuhan bayi bisa terhambat. Pertumbuhannya terhambat, bisa gizi buruk, bisa stunting, stunting itu menunjukkan kekurangan gizi kronis yang terjadi selama periode paling awal pertumbuhan dan perkembangan anak," tambahnya.
Jika anak dengan stunting berarti miliki masalah pada pertumbuhannya. Bisa menyebabkan kecerdasan terganggu, memiliki penyakit-penyakit kronis saat dewasa, daya pikir rendah, dan berbagai macam dampak negatif.
"Kalo seperti ini kan negara terkorbankan. Dari Anemia pada remaja, bisa akibatkan negara miliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang tidak berkualitas," tutupnya.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan dan keseimbangan gizi sangatlah penting. Khusus pada remaja putri, karena kelak remaja putri akan menjadi Ibu dan melahirkan penerus-penerus bangsa. Kualitas penerus bangsa sangat ditentukan juga dengan kondisi kesehatan remaja putri saat ini. (*)
ADVERTISEMENT