e6be298d-5ef9-457a-9bef-33aa7b37671c.jfif

Hotspot Menyebar di Berbagai Wilayah Provinsi Lampung, Ini Kata BMKG

18 September 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Titik hotspot di Provinsi Lampung per 17 September 2019 | Foto : BMKG Lampung
zoom-in-whitePerbesar
Titik hotspot di Provinsi Lampung per 17 September 2019 | Foto : BMKG Lampung
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Sebagian besar wilayah di Provinsi Lampung terkena titik panas (hotspot) selama musim kemarau tahun 2019.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan BMKG Lampung, bahwa hotspot paling banyak itu berada di wilayah Lampung bagian Utara seperti Mesuji, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Way Kanan, Lampung Utara, Lampung Tengah, dan Lampung Timur.
"Informasi dari BPBD setempat bahwasannya kalau terdampak asapnya belum tetapi dampak lingkungannya sudah mulai terasa, seperti terjadi pembakaran yang skalanya sangat luas sekali," kata Kasi Data BMKG Lampung, Rudy Hariyanto saat ditemui Lampung Geh, Rabu (18/9).
Menurutnya, karakter tanah dari daerah yang terkena hotspot tersebut merupakan wilayah perkebunan masyarakat maupun perusahaan.
"Memang hutan dan tanah bergambut jika musim kemarau kita tahu sendiri, dipercik tapi sedikit aja karena ketersediaan air sudah tidak ada akan mudah terbakar dan sulit dipadamkan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Jika sudah terjadi kebakaran, sambung Rudy, itu bisa disebabkan oleh proses alamiah atau ulah manusia. Jika dari alam, ketika kayu-kayu di hutan sudah kering dan ada hembusan angin dengan suhu tinggi terjadi gesekan-gesekan antar ranting bisa menyebabkan kebakaran.
"Kalau disebabkan oleh ulah manusia biasanya memanfaatkan musim kemarau menjadi kesempatan bagi pekebun maupun perusahaan-perusahaan itu untuk melakukan pembakaran untuk membuka lahan yang dinilai menghemat biaya dan mempercepat proses," jelas dia.
Namun langkah tersebut sangat tidak dianjurkan oleh BMKG Lampung lantaran akan berdampak bagi manusia maupun makhluk hidup di sekitarnya.
"Karena semuanya akan habis binatang-binatang baik yang kecil maupun besar juga dimungkinkan juga akan habis," ujar Rudy.
Hingga saat ini pihaknya melihat jika BPBD setempat juga sudah mengimbau kepada masyarakat maupun perusahaan agar tidak melakukan pembakaran yang menimbulkan dampak.
ADVERTISEMENT
"Seperti perusahaan tebu yang pembakaran sisa panen dilakukan di malam hari dan di ujung titik pembakarannya juga sudah disiapkan metode untuk memadamkannya, sehingga mampu melokalisir dampak yang ditimbulkan oleh pembakaran," pungkasnya.(*)
----
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando
Editor : M Adita Putra
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten