news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ini Pesan Manajer Timnas U-22, untuk Milenial Pehobi Sepak Bola

Konten Media Partner
2 Maret 2019 10:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Dakoni Khotob, Manager Timnas U-22 yang merupakan putra asli daerah Lampung | foto: Dokumentasi pribadi Dakoni Khotob
Lampung Geh, Bandar Lampung - Dalam sesi wawancara yang dilakukan oleh Reporter Lampung Geh jumat (1/3), Dakoni Khotob mengungkapkan bahwa terdapat banyak nilai serta energi positif yang terdapat dalam olahraga, khususnya sepak bola.
ADVERTISEMENT
Jika di luar sana, banyak orang tua yang enggan mendukung cita-cita anaknya untuk menjadi atlet sepak bola, karena menganggap pemain sepak bola merupakan karir yang tidak jelas masa depannya dan cenderung berisiko, maka laki-laki kelahiran Tanjung Karang, Lampung itu memiliki prespektif yang berbeda.
Menurutnya, "memang dari 1000 anak yang memiliki minat terhadap sepak bola, tidak mungkin semuanya akan menjadi pemain profesional. Mungkin hanya satu atau dua saja. Tapi kita harus adil dalam melihat dampak ke depan untuk si anak muda. Jangan hanya memandang dari segi permainannya saja."
Pria yang pernah menjabat sebagai CEO Klub Semen Padang itu amat yakin bahwa 99% di dalam jiwa anak-anak yang memiliki minat terhadap sepak bola tertanam rasa percaya diri, disiplin tinggi dan jiwa pantang menyerah.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan negara maju yang memiliki tim sepak bola berkualitas dengan prestasi yang baik. Negara-negara itu rata-rata memiliki masyarakat dengan produktifitas yang tinggi. Karena dampak euforia dan semangat olahraga saat tim di negaranya juara, menjadi semacam dukungan dan motivasi bagi publik yang tak ternilai harganya.
Ia berpesan, jika memiliki minat terhadap sepak bola, maka harus bersikap serius dan totalitas. Dimulai dengan belajar untuk membagi waktu antara latihan dan belajar formal dengan disiplin.
Daconi mencontohkan, "anak-anak di Timnas saja, setiap hari hanya berlatih sebanyak tiga jam. Karena menjaga kondisi fisik adalah yang utama di samping belajar. Tidak ada cerita mendalami olahraga namun sekolah ditingalkan," pungkasnya.
Yang paling utama bagaimana agar waktu belajar di sekolah dan berlatih dapat berjalan beriringan. Kuncinya tentu saja menjaga kondisi, cermat membagi waktu, melakukannya dengan disiplin dan yang pasti dengan penuh semangat.
ADVERTISEMENT
Laki-laki yang pernah menjadi pelajar teladan Kota Bandar Lampung di tahun 1988 itu juga menambahkan, "kalau kata orang Lampung itu, nemen, nedes, dan berani prihatin," katanya sembari berkelakar. (*)
Laporan reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari
Editor: Bery Decky Saputra