Kata Akademisi Itera soal Fenomena Benda Langit Bercahaya di Lampung Selatan

Konten Media Partner
1 Mei 2020 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hujan meteor. (Foto: NASA/JPL)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hujan meteor. (Foto: NASA/JPL)
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Lampung Selatan - Soal video penampakan benda langit yang terlihat petang kemarin, Kamis (30/4) dari daerah Kecamatan Penengahan Lampung Selatan, berikut penjelasan ilmiah dari akademisi Itera, Jumat (1/5).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya terekam oleh seorang warga Lampung Selatan yakni Sintia Dewi, sebuah fenomena di langit yang disaksikannya dari Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan Lampung Selatan petang kemarin, menjelang waktu magrib. Tampak sebuah benda meluncur berwarna oranye menyala di langit yang sedang mulai gelap, mirip seperti fenomena yang kita sebut bintang jatuh. Saat dihubungi Lampung Geh, Sintia menceritakan bahwa fenomena itu terjadi cukup lama.
"Kemarin sore sebelum magrib. Sebelum magrib itu terang, sesudah Isya warnanya sudah mulai pudar. Sekitar pukul 20.00 WIB baru hilang. Bukan cuma saya, banyak juga yang melihatnya kemarin," ujar Sintia saat dihubungi Lampung Geh.
Menanggapi fenomena astronomi berupa adanya benda langit yang terekam oleh salah satu warga Lampung Selatan tersebut, Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Institut Teknologi Sumatera (Itera), Robiatul Muztaba, atau akrab disapa Aji, menyampaikan, saat ini memang sedang masuk dalam rentang waktu terjadinya fenomena hujan meteor yaitu pada 19 April - 28 Mei mendatang.
ADVERTISEMENT
Fenomena hujan meteor tersebut berasal dari arah Rasi Aquarius yang puncaknya diperkirakan terjadi sekitar 4, 5, dan 6 Mei 2020, sekitar pukul 03.00 dini hari di sebelah timur. Hujan meteor tersebut diperkirakan bisa mencapai 34 buah meteor per jamnya.
“Jadi video yang beredar itu bisa jadi salah satu pecahan dari meteor itu. Meteor yang bergesekan dengan atmosfer bumi akan menghasilkan proses pembakaran, sehingga terlihat seperti bola api yang memiliki ekor, kalo dilihat dari videonya intensitas pembakarannya cukup besar dan masuk dalam kelompok atau jenis fire ball,” ujar Aji.
Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAK) Institut Teknologi Sumatera (Itera), Robiatul Muztaba, Jumat (1/5) | Foto : Syahwa Roza Hariqo/ Lampung Geh
Dari pengamatan video, Aji menyebut meteor jenis fire ball (bola api berekor) tersebut akan habis di atmosfer atau biasanya terjadi ledakan dengan intensitas yang kecil. Peristiwa tersebut dalam ilmu astronomi biasa disebut bollide.
ADVERTISEMENT
“Kalau saja masih ada sisa meteor yang menembus atmosfer hingga ke permukaan bumi, objek itu disebut juga sebagai meteorit, tapi sepertinya kalo dilihat dari video tersebut meteor habis terbakar di atmosfer bumi,” jelas Aji.
Aji menyampaikan, bahwa fenomena yang terekam salah satu warga tersebut hanyalah peristiwa astronomi biasa. Setiap tahun pasti ada, sehingga masyarakat diminta tetap tenang, dan tidak memunculkan isu-isu yang mengkhawatirkan masyarakat luas.
“Masyakarat jangan khawatir, kondisi langit yang bagus seperti di wilayah Lampung yang masih minim polusi cahaya, membuat masyarakat bisa menikmati dan mengamati bersama fenomena hujan meteor ini di tanggal 4, 5, dan 6 di saat waktu sahur,” ujar Aji.
Namun pihaknya tidak mengkonfirmasi bahwa fenomena yang terkait dalam video itu benar fenomena hujan meteor, karena tidak mengetahui titik koordinat lokasinya. Pihaknya menganalisa berdasarkan gambar yang ada pada video tersebut, dan rentang waktu terjadinya hujan meteor dari 19 April hingga 29 Mei 2020. (*)
ADVERTISEMENT
***
*kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!