Kisah Pemuda Lampung yang Terjebak Lockdown di Malaysia: Warganya Lebih Disiplin

Konten Media Partner
3 Mei 2020 22:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana lockdown COVID-19 di Negara Malaysia, Minggu (3/5) | Foto:Dok. Dedi Suseno
zoom-in-whitePerbesar
Suasana lockdown COVID-19 di Negara Malaysia, Minggu (3/5) | Foto:Dok. Dedi Suseno
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Kuala Lumpur - Pesatnya penyebaran virus corona atau COVID-19 di dunia membuat negara Malaysia menetapkan status lockdown. Namun hal itu menjadi problem bagi Dedi Suseno (33) yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) lantaran tak bisa kembali ke negaranya.
ADVERTISEMENT
Pria yang berprofesi sebagai Trip Planner ini terpaksa menetap sementara di Negeri Jiran selama masa lockdown tersebut. Kali ini Lampung Geh mencoba mewawancarai bagaimana kondisi dan situasi di sana.
"Saya itu Trip Planner, jadi tiap bulan keluar (negeri), sebelum wabah ini banyak trip, terakhir itu Maret atau Februari. Jadi Februari ada trip terus Maret tanggal 8 pulang ke Jakarta, ternyata bulan Maret trip banyak yang cancel jadi saya harus balik lagi ke Kuala Lumpur, (Malaysia)," ungkapnya saat diwawancarai Lampung Geh, Minggu (3/5).
Saat dirinya tengah berada di Malaysia, tak lama kemudian pemerintah setempat mengeluarkan pengumuman untuk menetapkan lockdown COVID-19 dalam beberapa pekan.
"Saya pulang ke Kuala Lumpur tanggal 14 Maret, saya booking tiket pulang tanggal 19 Maret. Ternyata tanggal 16 Maret pemerintah Malaysia ada pengumuman lockdown. Jadi tanggal 16 itu juga saya gak mungkin pulang, dan tanggal 17 semua tiket pesawat sudah pada cancel. Sedangkan saya punya tiket tanggal 19," paparnya.
ADVERTISEMENT
Dalam pengumumannya, pemerintah Malaysia hanya akan melakukan lockdown selama 2 pekan. Tetapi setelah 2 pekan pertama selesai, pemerintah kembali memperpanjang masa lockdown selama 2 pekan kembali.
Suasana lockdown COVID-19 di Negara Malaysia, Minggu (3/5) | Foto:Dok. Dedi Suseno
"Waktu itu masih aman kata pemerintah lockdown hanya 2 minggu, ternyata setelah 2 minggu ditambah lagi 2 minggu. Setelah 1 bulan ditambah lagi 2 minggu, sekarang sudah masuk ke-6 minggu lockdown," jelas dia.
Meski demikian Dedi memiliki tempat tinggal pada sebuah apartemen yang berlokasi di Jalan Enam, Sentul East, Kuala Lumpur, Malaysia.
"Tapi kebetulan di sini ada apartemen jadi standby di apartemen, kalau tempat tinggal gak ada masalah. Di sini juga masak sendiri jadi mau makan apa aja tinggal masak," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Warga Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan ini menerangkan jika bahan kebutuhan pokok pun telah tersedia di swalayan pada tempat tinggalnya.
"Kalau kebutuhan pokok, di bawah apartemen ada supermarket kecil khusus untuk penghuni apartemen. Jadi beli di situ, kalau di situ gak ada pesen online. Kalau pesen online, pesennya sekarang diantarnya baru 3 hari ke depan. Karena memang banyak banget yang pesan," terang dia.
Dedi Suseno (33), WNI asal Lampung yang terjebak lockdown di Malaysia | Foto: Dok Dedi Suseno
Aturan pemerintah Malaysia dalam lockdown ini juga sangat ketat, hal itu ketika Dedi mendapat teguran petugas kepolisian setempat karena sempat keluar dari apartemen untuk membeli sesuatu.
"Saya pernah sekali, hari ketiga (lockdown) keluar beli pulsa mau top up, karena waktu itu belum ada gratis internet. Saya disamperin polisi diperingatin gitu, tapi setelah satu minggu dari situ ada pemberlakuan kena denda (kalau yang keluar)," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dendanya pun tak tanggung-tanggung, warga yang melanggar aturan lockdown bisa diwajibkan untuk membayar denda sebesar 1000 ringgit atau setara dengan sekitar Rp 3,4 juta.
"Pertama teguran, kedua bisa kena denda 1000 ringgit sekitar Rp 3,4 juta gitu. Kalau misal bawa surat-surat keterangan dari kepolisian karena dia kerja atau kepala rumah tangga dia gak kena (denda), karena ada kebutuhan," ungkap dia.
Menurutnya perbedaan masyarakat Malaysia saat masa lockdown tersebut lebih taat aturan sehingga pemerintah tak perlu bersusah payah agar masyarakat tetap di rumah.
"Orangnya di sini itu lebih disiplin dan tertib, dibanding sama di Indonesia jauh banget," ucap dia.
Jalanan utama di Negara Malaysia yang sepi selama lockdown COVID-19, Minggu (3/5) | Foto: Dok. Dedi Suseno
Berdasarkan informasi yang ia dapat, jika pada Senin (4/5) besok pemerintah Malaysia memberikan kelonggaran di masa lockdown ini.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya hari Senin sudah ada kelonggaran, kalau lockdown itu sampai 12 Mei. Cuma karena kasusnya (COVID-19) masih, sempat ada petisi dilanjutkan sampai lebaran," katanya.
Meski demikian, Dedi belum merencanakan untuk mudik lebaran di tahun ini lantaran pandemi ini juga masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia untuk melarang warganya mudik.
"Walaupun saya bisa pulang, saya gak pulang, karena kalau saya pulang ke Jakarta juga dari pada gak ke mana-mana. Lebaran di sini saja, kebetulan sudah beli baju lebaran di sini. Udah janjian juga sama teman-teman mau masak rendang," ucap dia.
Walaupun melarang aktivitas di luar rumah, pemerintah Malaysia pun memberikan bantuan baik dana maupun kebutuhan pokok. Selain itu, untuk pemerintah setempat juga memberikan akses layanan internet gratis agar tetap di rumah.
ADVERTISEMENT
"Kalau orang lokal dapat bantuan dari pemerintah, bantuannya macam-macam itu per bulan berdasarkan jumlah gaji dan pajak. Ada per bulan Rp 2,8-Rp 3 juta per kepala. Pelajar pun dapet sekitar Rp 1 jutaan, karena saya bukan warga Malaysia hanya dapat akses internet gratis, jadi selama lockdown internet gak bayar, tapi batasnya 1 giga byte per hari," bebernya.
Dedi menjelaskan jika alokasi bantuan dana yang diberikan pun menurutnya cukup tepat sasaran, karena dana tersebut langsung ditransferkan ke KTP masing-masing kepala rumah tangga.
"Kalau di sini itu kayak KTP sudah bisa jadi e-money, jadi pas ada bantuan langsung masuk ke KTP yang bersangkutan. Jadi gak perlu lewat RT segala macem, karena sudah masuk ke KTP masing-masing. Dari April sampai Mei sudah dapat bantuan itu," jelas Dedi.
ADVERTISEMENT
Selama lockdown ini, aktivitas di negeri jiran yang biasanya padat saat ini lebih cederung sepi. Selain itu pusat perbelanjaan dan pertokoan di sana juga tutup terkecuali penjual bahan pokok dan makanan.
Suasana lockdown COVID-19 di Negara Malaysia, Minggu (3/5) | Foto : Dok. Dedi Suseno
"Kalau makanan cepat saji di sini masih buka tapi hanya take away dan order GrabFood gitu. Kalau toko dibolehkan hanya sembako dan kebutuhan pokok, kalau toko baju segala macam tutup," ucap dia.
Perihal informasi terkait situasi COVID-19, sambung Dedi, pemerintah Malaysia juga menerapkan cara unik. Setiap masyarakat akan mendapatkan notifikasi melalui handphone-nya jika Perdana Menteri (PM) Malaysia akan melakukan siaran langsung.
"Di sini menariknya kalau Perdana Menterinya mau siaran langsung itu ada pemberitahuannya ke semua provider, jam sekian Perdana Menteri mau siaran langsung, jadi harus nonton. Nanti setelah siaran itu juga ada pengumuman juga dari HP, kayak sms," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Disinggung apakah merasa bosan selama masa lockdown di Malaysia, Dedi menuturkan jika saat ini hanya dihadapkan oleh dua pilihan. "Sebenarnya gak jenuh, karena kita dihadapi pilihan tapi riskan virus atau di rumah aman. Jadi mending di rumah aja aman," tuturnya.
Penerapan lockdown ini menurut Dedi merupakan langkah yang tepat pasalnya kini jumlah COVID-19 di Malaysia cenderung berkurang.
"Awal-awalnya Malaysia tinggi juga (COVID-19) di Asia Tenggara, setelah itu pemerintah berlakukan lockdown di semua wilayah. Jadi memang bagus banget menguranginya efektif, tapi tergantung masyarakatnya juga ada yang tertib ada yang enggak. Kalau di sini tertib, karena di sini 'kamu di rumah aja tapi kamu dibantu'," pungkasnya.(*)
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT