news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menengok Pulau Pasaran, Hasil Ikan Teri Berlimpah di Bulan Ramadan

Konten Media Partner
9 Mei 2019 15:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjemuran ikan asin teri di Pulau Pasaran, Rabu (8/5) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Penjemuran ikan asin teri di Pulau Pasaran, Rabu (8/5) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Siapa yang tak kenal Pulau Pasaran, kampung nelayan penghasil teri terbesar di Kota Bandar Lampung ini tak henti-hentinya memberikan kontribusi ke wilayah perkotaan seperti Jakarta. Namun, adakah perbedaan produksi ketika bulan Ramadan tiba? Berikut penjelasannya.
ADVERTISEMENT
Ketua Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Pulau Pasaran, Toto Herianto, mengatakan biasanya pada bulan Ramadan tiba hasil tangkapan ikan teri mulai naik.
Ketua Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Pulau Pasaran, Toto Herianto, Rabu (8/5) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Dari awal puasa ini belum semua nelayan berangkat, tapi mudah-mudahan seperti tahun lalu pas masuk puasa nelayannya pada dapat ikan," kata Ketua Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Pulau Pasaran, Toto Herianto, saat ditemui Lampung Geh di Pulau Pasaran, Rabu (8/5).
Menurutnya, dari hasil yang bertambah itulah menjadikan para pengelola lebih bersemangat untuk memberdayakan warga sekitar.
"Kalau saat ini belum kelihatan berkurang atau bertambah hasilnya, karena nelayan masih pada berangkat. Tapi yang sudah mulai kelihatan kalau jenis ikannya bagus, seperti jenis teri nasi dan teri buntiau yang saat ini harga di Jakarta lagi lumayan tinggi," jelas Toto.
ADVERTISEMENT
Harga pasaran ikan asin jenis teri nasi di Jakarta kini mencapai Rp 90 ribu-100 ribu per kilogram, sedangkan untuk ikan asin jenis teri buntiau itu sekitar Rp 65 ribu-70 ribu per kilogram.
"Disini kan ada 48 pengolah, jadi kalau dibuat rata-rata satu pengolahannya dapat 1 kuintal saja bisa 4-5 ton sehari di Pulau Pasaran ini. Tapi kalau lagi banyak hasilnya 1 pengolah bisa sampai 3 kuintal sehari dan itu 80 persen dibawa ke Jakarta," ujar Toto.
Beberapa dus ikan asin teri yang siap dikirim di Pulau Pasaran, Rabu (8/5) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
Untuk warga sekitar Kota Bandar Lampung biasanya membeli langsung di Pulau Pasaran. Namun, masyarakat lokal lebih banyak membeli ikan asin jenis teri jengki, ikan asin tanjan, dan ikan asin petek.
"Kalau teri jengki sekarang harganya Rp 45 ribu per kilogram, ikan tanjan Rp 17 ribu per kilogram, ikan petek Rp 15 ribu per kilogram. Jadi harga ikan yang kelas ke bawah itu rata-rata pembeli dari sekitar Bandar Lampung. Kalau ke Jakarta itu biasanya ikan-ikan yang lebih mahal," bebernya.
ADVERTISEMENT
Toto menjelaskan untuk produksi ikan asin jenis petek dan tanjan tidak terlalu banyak lantaran kedua ikan jenis tersebut hanya ikut terjaring ke dalam jaring teri. Dalam satu hari, nelayan biasanya hanya mendapatkan 1-10 kilogram per hari.
Untuk sistem pengolahannya, kapal biasanya akan langsung mengambil ikan teri ke nelayan yang ada di bagan. Di dalam kapal itu juga sudah difasilitasi tempat perebusan dan penggaraman. Jadi hasil pengolahan dilakukan di tengah laut.
Kapal pencari ikan teri yang bersandar di dermaga Pulau Pasaran, Rabu (8/5) | Foto : Dimas Prasetyo/Lampung Geh
"Jadi pulang ke sini dengan kondisi ikan yang sudah matang dan tinggal dijemur. Dalam satu bagan biasanya terdapat 4-5 nelayan yang menjaring ikan. Sementara, yang mengolah ikan di kapal juga itu 4-5 orang," ungkapnya.
Toto mengungkapkan bahwa hasil yang didapat itu relatif lantaran harga di pasaran selalu naik turun. Apabila pasokan ikan asin teri di Jakarta sedang kosong itu akan memengaruhi harga yang ikut naik.
ADVERTISEMENT
"Tapi kalau di Jakarta lagi banyak ikan otomatis harganya turun dan kita juga berusaha beli ke nelayannya untuk lebih murah," ujar dia.
Setidaknya, dalam satu hari Toto mendapat keuntungan bersih paling rendah Rp 300 ribu-500 ribu.
"Itu sudah dipotong biaya operasional kapal dan karyawan," tandasnya. (*)
---
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando
Editor : M Adita Putra