Menghargai Perjalanan Secangkir Kopi Bareng KPK Lampung

Konten Media Partner
3 Maret 2019 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KPKL dalam kegiatan seduh seru | foto: Dokumen Komunitas Pecinta Kopi Lampung
zoom-in-whitePerbesar
KPKL dalam kegiatan seduh seru | foto: Dokumen Komunitas Pecinta Kopi Lampung
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Berbicara kopi tentu bukan barang baru bagi masyarakat Indonesia. Minuman ini sudah menjadi bagian dari tradisi. Bahkan sejak dahulu kala kopi menjadi suguhan utama bagi para tamu yang dianggap sebagai raja.
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya jaman, kopi tidak melulu identik sebagai minuman para orang tua, terutama orang tua laki-laki. Kopi telah bertransformasi menjadi kebutuhan dan gaya hidup.
Kemunculan film Filosofi Kopi, dengan segala kisah keagungan dan idealisme seorang peracik kopi di dalamnya, semakin sukses melejitkan minuman ini hingga mencapai kasta tertinggi.
Semakin hari kedai-kedai, kafe dan tempat nongkrong terus bermunculan seiring tingginya minat masyarakat terhadap minuman ke dua yang paling banyak dikonsumsi manusia di bumi selain air putih ini.
Di Lampung sendiri para pemuda pecinta kopi, menggabungkan diri di dalam Komunitas Pecinta Kopi Lampung (KPKL). Terbentuk sejak akhir 2015, KPKL hingga kini memiliki lebih dari 70 anggota dari berbagai kalangan dan latar belakang.
ADVERTISEMENT
Ivan, salah satu koordinator KPKL sekaligus pemilik kedai N8 mengatakan, "tidak ada sistem rekrutmen anggota di KPKL. Siapapun yang suka kopi, datang untuk nongkrong bareng dan membicarakan seputar kopi bersama, ya dianggap bagian KPKL."
Karena tujuan utama dibentuknya KPKL sendiri yaitu, ingin menghubungkan semua elemen dalam dunia perkopian. Maka tidak heran jika Anggota KPKL hingga saat ini datang dari aneka ragam latar belakang.
Mulai dari pemilik kedai, barista, roaster, petani kopi, penikmat kopi bahkan siapapun yang tidak menahu tentang kopi namun berkeinginan untuk tahu lebih dalam dunia perkopian atau ingin belajar meracik kopi.
Kebersamaan para anggota Komunitas Pecinta Kopi Lampung | foto: Dokumen Komunitas Pecinta Kopi Lampung
Ditemui Lampung Geh di kedainya Sabtu petang (2/3) Ivan bercerita bahwa kopi yang selama ini kita nikmati bukan sekadar minuman semata. Ia merepresentasikan suatu bentuk perjuangan panjang dan nilai-nilai kehidupan.
ADVERTISEMENT
Kopi juga dinilai menjadi sebuah konstruksi sosial, bagaimana individu satu dan yang lain saling bertemu di sebuah kedai, untuk menyesap minuman itu sembari berinteraksi, lalu memunculkan obrolan-obrolan hangat di antaranya.
Tidak sebatas di sana, sebagai pemuda daerah Lampung, yang sejak dulu sudah dikenal sebagai salah satu daerah penyumbang robusta terbesar di Indonesia, merasa para pemudanya harus lebih mengenal dan akrab dengan minuman ini.
Mewakili KPKL, ia menuturkan betapa pentingnya mengetahui perjalanan si biji kopi itu sendiri. Diawali dengan membedakan jenis kopi, mengenali jenis kopi yang selama ini dikonsumisi, membedakan kelas biji kopi, hingga turunan dari kopi sachet, sampai kopi spesial yang harganya dipandang orang awam terlampau fantastis.
ADVERTISEMENT
Ivan lantas bercerita tentang KPKL Class yang rutin diadakan, salah satunya membahas tentang proses panen dengan pemateri petani kopi. Dimulai dari cara memetik, proses pengeringan, penggilingan hingga kecendrungan aroma buah-buahan apa yang bisa dikeluarkan si biji kopi melalui proses pascapanen.
"Petani kopi dapat mengambil peran hingga 60% dalam penentuan kualitas kopi, lalu peran dilanjutkan oleh roaster. Bagaimana si pemanggang mengeluarkan karakteristik dari biji kopi dan menentukan profilnya. Roaster memainkan peran 30% dalam proses pemolesan rasa dan aroma kopi," imbuhnya.
Menuju 100% minuman berkualitas yang tersaji pada secangkir kopi, kembali dilanjutkan oleh peracik. Seperti halnya memasak, setiap tangan peracik akan menghasilkan rasa dan aroma kopi yang berbeda sekalipun metode dan step yang digunakan serupa.
ADVERTISEMENT
Jika seseorang telah memahami proses-proses sebelum biji kopi bertransformasi ke dalam secangkir minuman, tentu penghargaan untuk sebuah kerja keras di balik itu semua akan muncul, dan tidak mengherankan ada banyak orang di luar sana yang rela merogoh kocek amat dalam demi satu cangkir kopi.
Di sisi lain KPKL juga bermaksud untuk memfasilitasi para anggotanya untuk mengasah kreativitas. Di jaman sekarang yang cukup sulit mencari pekerjaan, tentu akan sangat bermanfaat jika anggota KPKL sendiri turut dibekali skill, misalnya meracik kopi.
Atau seorang anak petani kopi yang awalnya tidak peduli dengan kebun milik orang tuanya, dapat tergerak hatinya untuk mengembangkan tanaman kopi hingga menghasilkan biji kopi berkualitas.
Ilmu seputar bisnis coffee shop juga diperoleh anggota KPKL melalui acara sharing dan diskusi srsama anggota. Bahkan KPKL udah kali ke lima menggelar kegiatan Seduh Seru dengan mengenalkan dan membagikan kopi spesial secara gratis di muka umum.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan industri kopi yang semakin hari kian kapitalis, melalui kehadiran komunitas-komunitas serupa KPKL secara tidak langsung membuat kedai kopi rintisan para pemuda daerah, akan terus eksis dan tetap memainkan peran dalam perputaran roda perekonomian. (*)
---
Laporan reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari
Editor : M Adita Putra