3.250 Populasi Burung Liar di Sumatera Berkurang Setiap Harinya

Konten Media Partner
23 Agustus 2019 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung jenis Cucak Hijau yang gagal diselundupkan oleh Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Bandar Lampung bersama LSM Flight Protecting Indonesia's Birds | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Burung jenis Cucak Hijau yang gagal diselundupkan oleh Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Bandar Lampung bersama LSM Flight Protecting Indonesia's Birds | Foto: Obbie Fernando/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Penyelundupan dan perburuan ilegal yang tidak terkendali membuat burung liar di Sumatera mengalami krisis eksistensi. Tak pandang bulu, bahkan burung-burung yang ada di kawasan lindung, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, pun ditangkapi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari FLIGHT: Protecting Indonesia's Birds, diketahui bahwa 3,250 populasi burung liar di Sumatera berkurang setiap harinya akibat perburuan ilegal.
Dari jumlah tersebut, 1.300 burung diselundupkan untuk memasok kebutuhan pasar-pasar burung di Jawa setiap harinya. Selebihnya, diselundupkan untuk memasok kebutuhan di pasar-pasar burung lokal di Sumatera, ada pula yang mati saat berada di tangan pemburu, pengumpul, dan pedagang besar.
Pada periode Januari 2018-20 Agustus 2019, terdapat 45 kasus upaya penyelundupan yang berhasil digagalkan petugas di Pelabuhan Bakaheuni, Lampung; dan Pelabuhan Merak, Banten. Total burung disita: 39.600 ekor.
Burung-burung tersebut rencananya hendak diselundupkan dari Sumatera ke Jawa. Jenis burung yang sering ditemukan saat aksi penyitaan oleh petugas adalah Ciblek (Prinia), Pleci (Zosterops), Burung Madu (Nectariniidae), Gelatik (Parus cinereus), Cucak Hijau (Chloropsis sonnerati), Poksay Genting (Garrylax mitratus), dan Srindit (Loriculus).
ADVERTISEMENT
Dari 45 kasus penyitaan, burung-burung liar itu sering kali diberangkatkan dari Riau, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, dengan tujuan Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Manager Kampanye FLIGHT, Tania Bunga Hernandita, mengatakan bahwa upaya menyelamatkan burung asal Sumatera saat ini berfokus pada mencegah penyelundupan dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa di Pelabuhan Bakaheuni dan Pelabuhan Merak.
Diketahui, Pelabuhan Bakaheuni dan Pelabuhan Merak adalah dua pelabuhan yang jadi penghubung Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga kerap menjadi akses bagi pelaku penyelundupan.
"Sementara pengawasan terhadap para pengumpul burung dan para pedagang masih sangat lemah. Investigasi FLIGHT menemukan adanya para pengumpul burung yang berlokasi di dekat perbatasan Taman Nasional," katanya Jumat (23/8).
ADVERTISEMENT
Dari para pengumpul, sambung Tania, burung-burung ini kemudian dikirim ke para pedagang besar yang berada di banyak kota, seperti Pekanbaru, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung. Sebagian dari pedagang tersebut memiliki iZin usaha pengedar dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Tania juga memberikan apresiasi kepada para petugas di Pelabuhan Bakaheuni dan Pelabuhan Merak atas kerja keras mereka untuk menggagalkan maraknya penyelundupan burung Sumatera ke Pulau Jawa.
Namun, ia menekankan bahwa Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) juga memiliki tugas untuk mengawasi lebih dekat para pedagang dan mencegah burung-burung ini dicuri dari habitat aslinya.
"Burung-burung yang disita di pelabuhan dari upaya penyelundupan biasanya telah menempuh perjalanan yang jauh, kadang-kadang mencapai ratusan kilometer. Banyak yang tidak mampu bertahan (mati) karena kondisi buruk di mana mereka disimpan selama menempuh perjalanan. Mereka dijejalkan ke dalam peti atau kotak kecil, sering kali tanpa akses ke makanan dan air," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Eksekutif FLIGHT, Marison Guciano, menyoroti sejumlah besar pasar burung ilegal yang beroperasi dengan kontrol minimal.
"Selama mereka diizinkan beroperasi, permintaan burung akan tetap tinggi," katanya.
Selain itu, ia juga menemukan adanya pasar burung yang menjual burung dengan status dilindungi secara terbuka.
"Pasar Burung Sukahaji di Bandung adalah salah satu pasar yang menjual banyak hewan dilindungi secara terbuka," pungkasnya.(**)
---
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando
Editor : Asa Nirwana