Predator Seks Mulai Mengincar Anak-anak, Ini Tips Pencegahannya

Konten Media Partner
14 Januari 2022 12:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akademisi IBI Darmajaya, Sumayyah al Muthi'ah. | Foto: Ist
zoom-in-whitePerbesar
Akademisi IBI Darmajaya, Sumayyah al Muthi'ah. | Foto: Ist
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Maraknya kasus pencabulan semakin mengkhawatirkan. Kebanyakan kasus, korban masih di bawah umur. Bahkan, ketika anak-anak yang menjadi korban, mereka merasa bingung dan tidak tahu bagaimana ketika orang asing menyentuh area sensitifnya.
ADVERTISEMENT
Kasus ini juga menjadi perhatian di Lampung lantaran terus bertambah meski sudah memasuki awal tahun 2022.
Berdasarkan catatan Lampung Geh, kasus pencabulan anak di bawah umur tercatat ada 7 Laporan, dimana jumlah korban lebih dari 20 anak. Salah satu kasus pencabulan yang dilakukan oknum ASN Guru di Pesisir Barat yang mencabuli belasan siswa SD-nya.
Anak yang menjadi korban seringkali tidak menolak permintaan pelaku. Kemungkinan, bukan dikarenakan iming-iming yang menggiurkan, tetapi anak belum memahami kondisi apa orang lain boleh melihat atau menyentuh anggota tubuhnya.
Nyatanya, anak perlu dikenalkan batasan-batasan aurat sejak dini. Sehingga saat ia mulai bertemu orang asing (selain kedua orang tua) dia bisa memahami tidak sembarang orang bisa menyentuhnya.
ADVERTISEMENT
Akademisi IBI Darmajaya, Sumayyah al Muthi'ah, warga Rajabasa, Bandar Lampung, berbagi tips mengenalkan konsep aurat kepada Balita.

Tips Mengenalkan Konsep Aurat pada Balita

1. Sejak bayi biasakan untuk memandikan dan memakai baju anak di tempat tertutup agar anak merasa bahwa orang tuanya menghargai privasi mereka.
"Maksudnya kayak di kamar mandi yang itu tempat tertutup. Karena ada juga orang tua kan yang mandiin anak di keran tempat umum yang nggak di kamar mandinya dengan alasan 'udah lah simpel aja'," kata Sumayyah.
Meskipun merasa sulit, menurut Ibu satu anak ini, mengajarkan konsep aurat kepada anak itu memang dibutuhkan. Oleh karenanya, sebisa mungkin kita ajarkan anak berganti baju di tempat tertutup minim dilihat orang.
ADVERTISEMENT
"Soalnya apa lagi di tempat umum itu nggak menghargai privasi anak sendiri, membuat anak berpikir, 'oh gak papa toh diliatin orang'," sambungnya.
2. Sejak bayi juga orang tua perlu membiasakan untuk tidak memperlihatkan aurat mereka di depan anak agar anak mulai mengenal rasa malu sedari dini.
"Untuk orang tua, jangan mentang-mentang karena anak sendiri, misalnya ganti baju depan anak atau mandi bareng. Sebisa mungkin ketika kita sama anak kita juga mengenakan pakaian tertutup. Pakai yang tetap tidak memperlihatkan bagian sensitif," kata Sumayyah.
Dari hal itu pun, lanjutnya, supaya mengenalkan kepada anak bahwa tidak boleh memperlihatkan bagian sensitif kepada orang lain.
3. Saat anak sudah mulai bisa berlarian dan mulai bisa bicara ajarkan melalui diskusi dengannya tentang rasa malu bisa mengajarkan untuk tidak membuka baju sembarangan. Pengenalan rasa malu itu perlu konsisten dan kongruen.
ADVERTISEMENT
"Kalau anak udah bisa jalan, udah ngerti omongan kita. Biasanya umur 1 tahun itu sudah ngerti omongan kita. Walaupun anak belum bisa ngomong tapi kalau dikasih tau sudah paham apa yang dikasih tau. Seperti, 'nak ganti baju di dalem ya', 'di kamar ya', 'malu dilihat orang'," terang Sumayyah.
"Dan jangan lupa untuk konsisten, jangan hari ini begini jangan besoknya dibiarin. Kita harus konsisten," imbuhnya.
4. Kenalkan pada anak mana batasan aurat mereka, apa perbedaan aurat laki-laki dan perempuan.
"Kenalkan batasan aurat laki-laki dan perempuan. Kayak laki-laki dari pusar sampai lutut area yang tak boleh disentuh baik sesama jenis maupun lawan jenis pun orang tua," lanjutnya.
5. Beritahu anak bahwa sampai usia 5 tahun yang masih bisa melihat aurat mereka hanya orang tua yaitu ayah dan bunda ajak anak belajar untuk tidak memperlihatkan aurat pada orang lain.
ADVERTISEMENT
"Bahkan, orang tua pun kalau mau menyentuh minta izin anak. 'Nak ibu minta izin ya membersihkan kemaluan kamu', kayak gitu. Jadi, anak mulai tau bahwa hal tersebut nggak bisa sembarangan," kata Sumayyah.
6. Ajarkan anak kondisi apa saja yang memperbolehkan mereka untuk memperlihatkan bagian tubuhnya saat harus diperiksa dokter dan lain sebagainya.
Selain mengajarkan orang lain tidak boleh sembarang menyentuh area sensitifnya, anak juga perlu diajarkan kondisi dimana mengizinkan orang lain menyentuhnya
"Contohnya, diperiksa dokter, jadi anak juga dikenalkan untuk kondisi seperti ini mengizinkan dokter menyentuhnya untuk pemeriksaan," terangnya.
7. Beritahu mereka ada beberapa bagian sensitif di tubuh mereka yang perlu dijaga dan tidak boleh sembarang orang menyentuhnya.
"Seperti bagian bibir, dada, area kemaluan dan pantat," kata Sumayyah.
ADVERTISEMENT
8. Perkuat bonding orang tua dengan anak sebaiknya yang mengenalkan konsep aurat pada anak laki-laki adalah ayah dan yang mengenalkan konsep aurat pada anak perempuan adalah ibu agar anak lebih mudah memahami.
"Untuk anak laki-laki perlu ayahnya untuk menjelaskan batasan aurat, dan untuk perempuan ibunya yang menjelaskan batasan aurat," kata Sumayyah.
Selain itu, Summayah menyarankan anak juga diajarkan melalui buku yang dibacanya. Pastinya, buku tentang adab menjaga aurat.
"Untuk penunjang juga, kita bisa beri anak buku tentang adab menjaga aurat. Jika anak laki-laki kita berikan tentang adab menjaga aurat untuk laki-laki, begitupun jika anak perempuan diberikan buku tentang menjaga aurat untuk anak perempuan," kata Sumayyah.
"Buku membantu anak-anak memahami dengan mudah konsep konsep yang ingin disampaikan ke anak, apalagi ilustrasinya menarik untuk dilihat si kecil," pungkasnya.(*)
ADVERTISEMENT