Raissa Alumni PPAN 2018, Berbagi Pengalaman Arungi Lautan Jepang-ASEAN

Konten Media Partner
16 Maret 2019 18:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Raissa Utami (kanan) alumni delegasi SSEAYP Lampung 2018 sedang berfoto bersama peserta Roadshow PPAN di kampus Unila, sabtu (16/3) | foto: Latifah Desti Lustikasari/Lampung Geh
Lampung Geh, Bandar Lampung - Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program (SSEAYP) 2019 atau juga dikenal sebagai Kapal Pemuda ASEAN-Jepang merupakan program pertukaran pemuda antar negara-negara anggota ASEAN dengan negara Jepang.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, program ini dilaksanakan di bawah koordinasi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Dilansir dari pcmijatim.org, program yang dilaksanakan sejak tahun 1974 ini, bertujuan untuk memperkuat networking dan pemahaman antarbudaya yang saling menguntungkan antara pemuda Asia Tenggara dan Jepang.
Kali ini, Lampung Geh berkesempatan untuk bincang-bincang bersama alumni delegasi SSEAYP Lampung 2018 yang merupakan angkatan 45, Raissa Utami yang juga lulusan Universitas Lampung, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
"Sejak awal memang ingin sekali bisa ikut pertukaran pemuda SSEAYP. Karena selain berkesempatan berkunjung ke Jepang, program PPAN ini lebih mengarah ke pertukaran budaya," tuturnya pada Lampung Geh, Sabtu (16/3) seusai acara Roadshow PPAN di kampus Unila.
Ia menambahkan, selain tinggal 10 hari di Tokyo, Jepang. Program Kapal Pemuda ASEAN-Jepang ini juga membuatnya dapat keliling empat negara ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Thailand dan Vietnam dengan menggunakan kapal pesiar Jepang, Nipon Maru.
ADVERTISEMENT
Menurutnya selama berlayar, seluruh delegasi dari tiap negara peserta menjalani serangkaian kegiatan on board activities seperti diskusi, solidarity group activities, club activities hingga pertunjukan dan pameran kebudayaan di mana setiap delegasi negara peserta diberi kesempatan untuk menampilkan seluruh kekayaan kebudayaan milik negaranya.
Raissa juga mengungkapkan bahwa pengalamannya naik dan tinggal di kapal pesiar amat berbeda dengan naik kapal biasa. Lantaran bentuknya yang lebih bongsor, sehingga rasanya tidak jauh berbeda dengan menginjak tanah.
"Belum pernah naik kapal pesiar sebelumnya, kalau nunggu punya uang, gak tahu deh kapan baru kesampaian. Makanya berusaha untuk dapat beasiswa pertukaran pemuda begini," ujar gadis yang memiliki hobi menari itu.
Dapat terpilih menjadi kontigen Indonesia, sebagai perwakilan Lampung, bagi Raissa tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia bahkan tiga kali gagal lolos sebelum benar-benar berangkat ke Jepang.
ADVERTISEMENT
Sebelum akhirnya terpilih menjadi delegasi SSEAYP Lampung 2018, bersama 27 delegasi dari provinsi lain, Raissa mengaku sudah mengikuti uji coba seleksi beberapa program PPAN lain sejak 2014 silam.
"Awal sekali ikut seleksi hanya sampai tahap tes tertulis, ke dua juga sama. Tes yang ke tiga, lolos tapi cuma cadangan aja, baru di 2018 lalu, tes yang ke empat alhamdulillah bisa benar-benar berangkat ke Jepang," ungkapnya.
Dari kegagalan tes yang diikuti, Raissa terus berusaha meningkatkan kemampuan secara pelan dan bertahap. Seperti kemampuan membawakan seni tari daerah dan lebih gigih lagi dalam berusaha, di sisi lain terus meng-upgrade pengetahuan melalui diskusi-diskusi.
Awal Oktober 2018 silam, ia bersama 14 pemuda dan 13 pemudi kontigen Indonesia mulai mengikuti pelatihan di Jakarta, sebelum terbang ke Jepang pada 22 Oktober 2018 silam.
ADVERTISEMENT
Total 10 hari tinggal di Tokyo, Jepang, memberikan pengalaman yang luar biasa bagi Raissa, utamanya dalam kegiatan homestay, di mana ia dan seluruh kontigen dari berbagai negara ASEAN tinggal bersama keluarga lokal, merasakan kehidupan sebagaimana layaknya masyarakat Jepang.
Setelah mengarungi lautan Jepang-ASEAN dan singgah di negara seperti Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Vietnam dan kembali lagi ke jepang, ke-28 kontigen Indonesia kembali mempersiapkan post project activity berupa 'kampanye hidup sehat untuk mencegah pikun' di 27 provinsi peserta.
Gadis yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan perseroan terbatas itu mengaku, pengalaman menjadi salah satu delegasi Indonesia tidak akan tergantikan.
"Mungkin kita suati saat nanti, bisa punya uang sendiri untuk jalan-jalan ke luar negeri, dan bebas mau melakukan aktivitas apapun. Tapi ketika menjadi delegasi, akan menjadi amat berbeda."
ADVERTISEMENT
"Kami mengemban kehormatan dan martabat bangsa, dengan sematan garuda di dada. Berbicara di muka dunia dengan membawa nama daerah dan Negara Indonesia. Dunia melihat dan memerhatikan sebagai gambaran pemuda di Indonesia saat ini."
Baginya kesempatan ini juga sebagai tantangan untuk lebih menggali potensi dan mengenal negara kelahirannya yang dapat dibanggakan ke dunia luar. Di samping itu kegiatan pertukaran pemuda ini membuatnya lebih positif dalam menyikapi kesamaan budaya yang dimiliki oleh negara serumpun seperti Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam dan lain sebagainya.
Melalui kesempatan untuk tinggal dan berkunjung ke berbagai negara, Raissa mengaku kecintaannya terhadap budaya daerah dan kekayaan budaya negaranya semakin tumbuh subur.
Raissa menambahkan bahwa selain program pertukaran pemuda SSEAYP, masih banyak program serupa lainnya seperti AIYEP, IKYEP, IMYEP, IChYEP, AISEP hingga HQ di bawah naungan PPAN, Kemenpora yang berhak diikuti oleh pemuda-pemudi pemegang KTP Lampung. (*)
ADVERTISEMENT
---
Laporan reporter Lampung Geh Latifah Desti Lustikasari Editor : M Adita Putra