Separuh Lantai Rumah Kakek-Nenek di Lampung Ambles Terbawa Air Sungai
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Bandar Lampung - Sungguh miris nasib yang menimpa Enjum. Nenek 70 tahun yang hidup bersama sang suami, Kasjak (87), itu tertimpa musibah lantaran separuh lantai rumahnya ambles terbawa arus sungai ketika musim penghujan beberapa bulan lalu. Sudah lebih dari setengah tahun kondisi rumahnya yang berlokasi di tepian sungai RT 01, LK III, Kelurahan Keteguhan, Kecamatan Teluk Betung Timur, itu tak kunjung diperbaiki.
ADVERTISEMENT
"Sebelum pemilu sudah seperti ini, adalah delapan bulan lalu longsornya itu kena hujan, air kali (sungai)nya naik. Ambles tanahnya, gabruss gitu," tutur Enjum saat bercerita kepada Lampung Geh di rumahnya, Senin (9/9).
Sudah 30 tahun dirinya dan suami menetap di sana. Meski setengah rumahnya sudah menggantung di bibir tebing sungai, Enjum tetap bertahan walaupun para saudaranya mengajak untuk pindah.
"Selama kayak gini tinggalnya tetap di sini, tidurnya di situ. Nenek gak ada tempat tinggal lagi cuma di sini. Di sini sudah ada 30 tahun," ungkapnya sembari memperlihatkan kondisi rumahnya.
Enjum bercerita, saat musim penghujan lalu, air sungai di tepi rumahnya mulai naik. Hal itu yang mengikis pondasi rumahnya sedikit demi sedikit hingga menyebabkan longsor. Separuh lantai rumah Enjum pun ambles.
ADVERTISEMENT
"Amblesnya itu jam 5 sore, terus dikasih tahu tetangga katanya 'Keluar dulu mak, keluar, takut banjir kebawa'. Pas keluar pondasinya jatoh," kisahnya.
Akibat longsor itu, barang yang ada di rumahnya, seperti kursi tamu dan ranjang tidur pun terbawa derasnya arus sungai.
"Waktu longsor ada barang-barang yang kebawa kayak, kursi, ranjang tidur. Kalau sekarang ya tetap takut, kalau kedenger suara air kebangun," ucapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Enjum hanya mengandalkan upah sang suami dari jasa pijat panggilan tetangga di sekitar rumahnya.
"Kakek mah gak kerja, kalau ada yang nyuruh ngurut (pijat) ya ngurut. Kalau ada yang bantuin alhamdulilah, bersyukur. Senang nenek mah," katanya.
Meski sudah lebih dari setengah tahun kondisi rumahnya seperti ini, Enjum dan suami belum mendapat bantuan dari perangkat desa mau pun pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
"Belum ada bantuan, kalau RT mah ke sini terus. Katanya lagi diurus, tapi belum ada kabar dari Pak Camat. Waktu kejadian Pak Camat ke sini," ungkap Enjum.
Hal serupa juga diungkapkan sang suami, Kasjak, yang mengaku tetap bertahan di rumahnya lantaran menjadi satu-satunya tempat tinggal dirinya dan istri.
"Ya tinggalnya tetap di sini di sebelahnya (kamar tidur yang tidak terkena longsor), mohon doanya mudah-mudahan gak ada apa-apa," ujar Kasjak.
Kasjak hanya memasrahkan diri kepada Yang Maha Kuasa atas musibah yang menimpa keluarga kecilnya itu.
"Saya serahkan sama yang kuasa saja, seandainya saya meninggal sama nenek berdua di rumah ini gak apa-apa," ucap Kasjak.
Disinggung perihal penolakan untuk pindah ke tempat saudaranya, Kasjak mengaku tak ingin merepotkan orang lain.
ADVERTISEMENT
"Yang ngajak pindah itu kan adik dari nenek di Kalianda, saya gak mau namanya dia kan sudah punya suami. Takut nanti ada apa-apa kan," pungkasnya.(*)
----
Laporan reporter Lampung Geh Obbie Fernando
Editor : Asa Nirwana