Tanya BMKG: Saat Ini Musim Kemarau, Mengapa di Lampung Tetap Hujan Deras?

Konten Media Partner
4 Agustus 2022 9:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puluhan rumah warga di Jalan Indra Bangsawan Gang A. Hamid, Kelurahan Rajabasa Induk, Kota Bandar Lampung terendam banjir. | Foto: Sinta Yuliana/Lampung Geh
zoom-in-whitePerbesar
Puluhan rumah warga di Jalan Indra Bangsawan Gang A. Hamid, Kelurahan Rajabasa Induk, Kota Bandar Lampung terendam banjir. | Foto: Sinta Yuliana/Lampung Geh
ADVERTISEMENT
Lampung Geh, Pesawaran - Musim kemarau atau musim kering merupakan kondisi di mana curah hujan yang turun di bumi, sangat rendah. Terkhusus untuk wilayah tropis.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, musim yang bertepatan dengan angin musim timur terjadi pada periode Maret-September 2022.
Namun, mengapa salah satu wilayah Provinsi Lampung, yakni Kota Bandar Lampung kemarin mengalami banjir? Hujan yang turun pun berintensitas tinggi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Pesawaran, Lampung, ternyata telah memprediksi musim kemarau tahun ini tidak terjadi seperti kemarau pada umumnya.
Kondisi kemarau basah ini telah terjadi tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2020, 2021, hingga 2022.
Kemarau basah inilah yang menyebabkan musim kemarau tetap ada hujan, bahkan sampai hujan deras atau lebat. Sampai-sampai, beberapa faktor menyebabkan datangnya hujan ini diiringi banjir kiriman.
Banjir di Jalan RA Kartini, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung. | Foto: ist
Kemarin, beberapa wilayah Bandar Lampung didapati banjir kiriman, seperti seputaran Jalan Kartini (depan Central Plaza), Jalan Teuku Umar (depan RSUDAM), Jalan Antasari, serta wilayah Kalibalok, Kedaton, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Suparji, Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Pesawaran mengatakan, fenomena ini disebabkan beberapa faktor global dan regional.
"Tahun ini, ini yang bermain ada suhu muka laut, La Nina masih berlangsung meskipun menuju ke netral tapi kondisinya masih berlangsung La Nina nya," kata Suparji saat dihubungi Lampung Geh.
Menurutnya, La Nina ini yang menyebabkan fenomena alam sehingga udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi di musim kemarau.
Pergerakan arus Samudera Hindia di wilayah barat Lampung menunjukkan nilai negatif. Kalau perbandingan antara Samudra Hindia, Laut Barat Lampung dan Pantai Timur Afrika, menunjukkan nilai negatif.
"Maka udara dari Samudera Hindia akan masuk ke wilayah kita, dan La Nina masih terus berlangsung," kata Suparji.
ADVERTISEMENT
Tiga komponen tersebut, lanjutnya, menyebabkan potensi hujan di wilayah Provinsi Lampung di atas rata-rata 20 persen.
"Sehingga, kemarau akan tertekan, tahun ini tidak ada kemarau, atau kemarau basah," terangnya.
Meski demikian, kemarau basah ini menguntungkan para petani, dikarenakan pasokan air untuk tanamannya selalu ada. Namun, tidak untuk nelayan yang terhambat mata pencahariannya.
Belasan motor mati mesin saat terjang banjir di Bandar Lampung. | Foto: Ist
Oleh karena itu, kemarau tahun ini lebih tak nampak karena seperti musim hujan. Sejak masa peralihan dari musim hujan ke kemarau hingga menuju puncak musim kemarau masih tertutup La Nina.
BMKG turut mengimbau masyarakat tetap waspada dan mempersiapkan perlengkapan mengurangi dampak negatif saat hujan di bulan-bulan kemarau. (*)