Salah Satu Buku yang Disita TNI Padang Ditulis Tim Sejarah Historia

Konten Media Partner
9 Januari 2019 18:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah Satu Buku yang Disita TNI Padang Ditulis Tim Sejarah Historia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang - Koramil 01 Padang Barat-Padang Utara dan Kejaksaan Negeri Padang menyita enam buku yang diduga terindikasi paham komunisme di Padang. Salah satunya buku berjudul 'Mengincar Bung Besar'.
ADVERTISEMENT
Buku 'Mengincar Bung Besar' ditulis tim media sejarah Historia. Buku dengan 160 halaman itu diterbitkan penerbit buku Kompas.
Pemimpin Redaksi Historia, Bonnie Triyana, mengatakan buku itu mengulas tentang tujuh upaya pembunuhan terhadap Bung Karno yang gagal.
"Jadi Bung Karno itu selama jadi Presiden, pernah berkali-kali mau dicoba dibunuh, secara fisik serangannya," ujarnya, Rabu (9/11).
Salah satunya tentang peristiwa pelemparan granat pada 30 November 1957 di Cikini, Jakarta Pusat. Salah seorang saksinya yakni presiden ke-5, Megawati. Saat itu, banyak anak-anak yang meninggal dunia saat peristiwa tersebut.
Selain itu, ia juga bercerita tentang peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Bung Karno di Makassar. Tak hanya itu, ada juga peristiwa penembakan terhadap Bung Karno saat salat Idul Adha.
ADVERTISEMENT
"Bayangkan, Bung Karno lagi salat Idul Adha ditembak dari belakang. Jadi pembelajaran buat kita semua. Dulu konfliknya juga sama seperti itulah politik itu ya, ada kelompok merasa paling benar dari yang benar, ada yang paling baik dari yang baik," katanya.
Bonnie mengatakan, Historia menuliskan laporan khusus itu sesuai prinsip-prinsip jurnalisme. Tujuannya agar masyarakat mengetahui di Indonesia pernah terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden.
Dalam buku itu, juga ada kata pengantar dari Megawati. Dia menulis, "Buku tentang kisah Bung Karno ini berguna bagi generasi muda dan para calon pemimpin bangsa. Kita jadikan sejarah sebagai cermin agar bisa memahami masa kini dan meneropong masa depan kita sebagai bangsa yang terhormat serta bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia.”
ADVERTISEMENT
Bonnie menyayangkan sikap TNI dan kejaksaan yang menyita buku tersebut karena terindikasi bermuatan komunisme. Ia menyebutkan aparat mesti membaca buku tersebut sebelum menyita.
Ia menilai aparat negara tidak bijak dalam memperlakukan produk intelektual. Sebelum di Padang, buku tersebut juga pernah disita di Kediri.
"Pesan saya satu, buku itu dibaca bukan diduga. Kedua (buku) disebut berbau komunisme, lagi-lagi saya katakan dibaca, bukan dicium-cium atau diendus-endus," ujarnya. (Irwanda)