Cerita Pemuda Padang yang Dirikan Posko Ilmu untuk Anak-anak Putus Sekolah

Konten Media Partner
12 Juli 2021 20:16 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dedi Setiawan saat berada di Posko Ilmu yang berada di di Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Foto: dok Dedi
zoom-in-whitePerbesar
Dedi Setiawan saat berada di Posko Ilmu yang berada di di Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Foto: dok Dedi
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 seakan menjadi cambuk bagi banyak orang untuk memunculkan ide-ide kreatif agar rasa jenuh akibat pandemi yang berkepanjangan ini bisa terhapuskan dari ingatan.
ADVERTISEMENT
Di Kota Padang, Sumatera Barat, tepatnya di sebuah perkampungan di Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, ternyata ada sebuah tempat yang tak banyak orang mengira bahwa ada gudang ilmu di suatu tempat yang amat sederhana.
Dari kejauhan, yang terlihat hanyalah sebuah bangunan gubuk yang berukuran sekitar 4x6 meter. Tidak ada yang terlalu mencolok dari tampilannya bila dilihat dari jauh.
Hanya sebuah tempat yang dindingnya dipasangkan sisa kayu bekas serta lantainya yang masih terlihat kasar. Bisa dikatakan, tak nyaman kaki bila memasuki tempat itu bila tidak menggunakan alas kaki.
Begitulah kondisi tempat yang di Balai Gadang itu. Tapi setelah berada di gubuk itu, pasti akan merasa heran, karena tempat yang dianggap gubuk itu, nyatanya adalah Posko Ilmu, dimana merupakan sebuah perpustakaan mini yang didirikan oleh tiga orang pemuda di Balai Gadang.
ADVERTISEMENT
Beruntung betul Balai Gadang, punya pemuda yang kreatif serta memiliki dedikasi yang besar, untuk kemajuan sebuah kampung yang cukup jauh dari keramaian perkotaan.
Pemuda yang berada di belakang layar berdirinya Posko Ilmu itu, berkesempatan diwawancara Langkan (Partner Kumparan). Namanya Dedi Setiawan, seorang mahasiswa semester 4, jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas Padang. Dedi tidak bekerja sendiri, masih ada 2 orang rekannya yang turut mendirikan Posko Ilmu itu.
"Tempat Posko Ilmu ini tidaklah dari awal kita bangun. Tapi merupakan Posko Pemuda yang sudah tidak digunakan lagi. Memang ada sedikit dekorasi yang dilakukan, karena untuk menjadi Posko Ilmu, haruslah menyiapkan tempat yang nyaman," katanya, Senin 12 Juli 2021.
Dedi menceritakan, ada alasan tersendiri baginya dan dua orang rekannya, sehingga memilih untuk mendirikan sebuah perpustakaan yang dikenal dengan Posko Ilmu. Padahal di era sekarang cukup banyak hal yang bisa dilakukan, seperti menggunakan teknologi.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, selama pandemi COVID-19, dia bersama rekannya terus memantau aktivitas anak-anak yang ada di Balai Gadang. Dari waktu ke waktu dan hari ke hari, semenjak diberlakukannya sekolah secara daring, anak-anak terlihat lebih banyak bermain, ketimbang belajar.
Kondisi yang demikian, membuat Dedi, berpikir perlu dimanfaatkan waktu bermain anak-anak itu dengan cara memberikan sebuah ilmu. Mengingat anak-anak yang datang ke Posko Ilmu adalah siswa sekolah dasar, dia bersama rekannya memutuskan untuk menyediakan buku-buku yang cocok dilihat dan dibaca oleh anak-anak tersebut.
"Dari Posko Pemuda, kita jadikan Posko Ilmu. Kita pajang sejumlah buku-buku, dimana isi bukunya tentang edukasi anak-anak, seperti pengenalan gambar yang ada keterangannya, jadi bisa mengajar membaca juga," ujarnya.
Dedi mengatakan keberadaan Posko Ilmu itu awalnya adalah sebagai tempat melepaskan kejenuhan karena sekolah dan kuliah tatap muka yang belum bisa dilakukan.
ADVERTISEMENT
Namun melihat antusias anak-anak untuk datang ke Posko Ilmu, Dedi bersama rekannya semakin bersemangat, untuk menyiapkan Posko Ilmu sebagai tempat layak bagi anak-anak untuk mengisi waktu belajar di rumah, ketimbang bermain ponsel pintar.
Kendati ketersedian buku-buku di Posko Ilmu terbatas, Dedi menegaskan, tidak membuat anak-anak di kampungnya itu malas untuk datang ke Poskol Ilmu.
Menurut Dedi, adanya kemauan anak-anak itu, karena sistem untuk datang ke Posko Ilmu tidaklah bersifat wajib dan rutin. Sehingga keberadaan Posko Ilmu menjadi alternatif sebagai tempat bermain.
“Kalau hari Minggu memang tidak ada kegiatan, tapi anak-anak bisa datang dan membaca karena pustaka tetap dibuka, anak-anak juga biasa bermain di lapangan depan posko,” katanya.
Kemudian, saat diwawancarai Dedi dengan antusias menceritakan bagaimana awalnya Posko Ilmu terbentuk. Ide untuk mendirikan posko ini ada sejak sekitar bulan November 2020. Tidak sendirian, ide tersebut berdasarkan hasil diskusi dengan dua temannya yang sama-sama hobi membaca buku.
ADVERTISEMENT
Ia mendirikan Posko Ilmu bersama Harsa Khairu dan Firmansyah. Harsa juga kuliah di Unand, S2 jurusan hukum. sementara Firmansyah berwiraswasta dengan membuka toko.
“Kami bertiga sama-sama hobi membaca, lalu nampak di kampung banyak yang kurang minat membaca, kemudian nampak posko ini, jadi kami kepikiran bagaimana kalau posko ini dijadikan saja perpustakaan,” katanya.
Pendirian Posko Ilmu juga bentuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak-anak. Apalagi menurutnya, masyarakat Indonesia termasuk malas membaca sehingga harus ditanamkan sebaik mungkin sejak kecil. Orang yang suka membaca tentu akan berilmu dan bisa membawa perubahan yang baik bagi masyarakat dan negara di masa yang akan datang.
Dedi sendiri mengaku sudah lama punya ide menjadikan posko pemuda sebagai perpustakaan, namun ia tidak ada teman untuk mewujudkan rencana tersebut. Barulah saat mengetahui ada teman yang memiliki niat yang sama, ia jadi lebih bersemangat dan bersama-sama mulai mengeksekusi rencana.
ADVERTISEMENT
Langkah selanjutnya setelah yakin dengan rencana itu, mereka para inisiator membicarakan itu dengan sejumlah tokoh masyarakat, tokoh pemuda, kelurahan dan lainnya. Rencana mendapat sambutan positif dan semuanya memberikan dukungan.
“Kami mendapat banyak dukungan, kemudian diminta lah kami membuat sejumlah proposal untuk pendanaan awal, dan akhirnya mulai melakukan renovasi posko pemuda,” kata mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi tersebut.
Pembangunan di masa awal dilakukan secara swadaya dan gotong royong para pemuda sekitar posko. Ada juga yang langsung menyumbangkan buku-buku untuk koleksi perpustakaan, dan ada yang menyumbangkan lemari dan lainnya. Sekitar Rp 5 juta dihabiskan untuk renovasi awal posko yang berasal dari dana swadaya.
Setelah melakukan sejumlah renovasi dan mengisi posko dengan sejumlah fasilitas belajar seperti papan tulis, meja, dan bangku, akhirnya Posko Ilmu mulai dibuka pada awal bulan Ramadan 2021 tepatnya tanggal 13 April 2021. Sampai sekarang sudah berkegiatan sekitar empat bulan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pendirian posko juga didorong oleh kondisi pandemi covid-19 yang membuatnya tidak ada aktivitas kuliah. Bahkan dia hanya kuliah satu semester saja di tahun 2019, setelah itu pandemi datang. Begitu juga dengan anak-anak sekolah yang hanya belajar secara daring selama covid-19 melanda.
“Kita lihat anak-anak selama masa covid-19 kurang belajar, bahkan keponakan saya di rumah juga begitu, jarang belajar, wadah tempat bermain juga kurang sehingga tidak ada interaksi, jadi kita pertemukan mereka dengan teman-temannya disini,” ujarnya.
Langkah awal mengumpulkan anak-anak dilakukan Dedi dengan membawa beberapa orang keponakannya ke Posko Ilmu untuk belajar. Kemudian posko menjadi tampak ramai sehingga anak lain datang dengan sendirinya dan langsung mengundang mereka untuk ikut belajar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dia sendiri melihat posko pemuda sudah sekitar satu tahun kosong dan tidak dimanfaatkan. Posko tersebut kalaupun ada kegiatan hanya duduk nongkrong, sehingga mengubahnya menjadi perpustakaan dinilai lebih bermanfaat.
Menurutnya ide awal Posko Ilmu hanya untuk perpustakaan dan membaca buku saja, namun di tengah perjalanan ada orang-orang yang juga ingin berkontribusi dengan mengajar sehingga juga dibuatkanlah program belajar bagi anak-anak.
Saat ini ada delapan relawan yang mengajar di Posko Ilmu, yang terdiri dari dua orang mahasiswa dan selebihnya berprofesi sebagai guru. Dedi sendiri juga turun sebagai pengajar. Pihaknya juga membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin jadi relawan pengajar. Tinggal melapor dan nanti akan dibuatkan jadwalnya.
“Alhamdulillah banyak yang membantu, pengajarnya mau mengajar menjadi relawan tanpa dibayar, mereka ikhlas, bahkan mereka kadang membawakan makanan untuk anak-anak,” katanya.
ADVERTISEMENT
Program belajar bagi anak-anak dilaksanakan setiap hari Senin sampai Jumat sekitar pukul 16.00 WIB sampai 18.00 WIB. Mereka belajar membaca dan berhitung, sementara untuk hari Jumat anak-anak akan diberikan sesi mendongeng. Sedangkan untuk hari Sabtu Minggu tidak ada kegiatan belajar.
“Meski belajar sore hari, posko sudah buka sejak pagi sehingga anak-anak bisa membaca buku, ada banyak buku seperti buku cerita, novel, kisah nabi, dan buku pelajaran, kalau Sabtu Minggu kita belum buatkan programnya,” katanya.
Anak-anak yang datang juga tidak diwajibkan datang rutin. Mereka ada yang datang beberapa hari, kemudian besoknya anak lain yang datang. Mereka semua kebanyakan anak tingkat SD. Total yang belajar di posko saat ini sekitar 60 anak.
ADVERTISEMENT
Di antara anak yang belajar,  ada juga anak putus sekolah sebanyak enam orang. Mereka yang putus sekolah diajarkan ilmu dasar seperti membaca dan berhitung. Mereka yang putus sekolah ini ditargetkan untuk mengambil ijazah paket nantinya sehingga bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Tidak hanya mengajar anak-anak, posko ilmu juga mengajar orang dewasa yang ingin belajar. Saat ini di posko ada murid tertua berusia 35 tahun. Dia saat ini sedang belajar membaca karena dulu putus sekolah.
“Sekarang juga sudah mulai nampak perubahan sehingga banyak masyarakat semakin mendukung, anak anak banyak bermain bersama dan belajar, jadi tidak cuman melihat hp saja,” kata alumni SMAN 13 Padang itu.
Kelancaran operasional terkadang menurutnya juga ada yang membantu. Ke depan dirinya juga berencana membuat kotak sumbangan untuk diedarkan ke toko-toko di sekitar posko sehingga masyarakat yang ingin menyalurkan donasi bisa kesana.
ADVERTISEMENT
Dedi menjelaskan program ke depan akan terus mengembangkan pembelajaran seperti olahraga takraw, badminton dan silat serta dicarikan guru yang mengajarnya. Kemudian dibuat juga program pembelajaran mata pelajaran, pengajian dan ceramah adat malam hari. Kemudian program mengaji di setiap Minggu dan Sabtu. (Ramadi)