Front Palupuh: Kisah Brimob dan Rakyat Pertahankan Kemerdekaan RI

Konten Media Partner
14 November 2018 17:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Front Palupuh: Kisah Brimob dan Rakyat Pertahankan Kemerdekaan RI
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang - Bangunan permanen dengan atap khas rumah adat Minangkabau tampak berdiri kokoh, tepat di sisi kiri Jalan Lintas Sumatera pada kilometer 30, dari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, menuju Sumatera Utara, yang secara administratif berada di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam.
ADVERTISEMENT
Di depan bangunan, tepatnya di sebelah kiri terdapat sebuah tugu, yang dijadikan sebagai penanda daerah tersebut pernah terjadi peristiwa besar, yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia.
Melalui relief yang berada pada salah satu halaman komplek tersebut, terlihat gigihnya Mobrig yang saat ini dikenal dengan Brimob (Brigade Mobil) berjuang bersama rakyat, untuk mempertahan kemerdekaan Indonesia dari Agresi Militer Belanda yang kedua.
Perjuangan ini tidak terlepas dari keinginan Belanda yang kukuh untuk kembali menguasai Indonesia, yang pada 19 Desember 1948 beberapa pasukannya mendarat di Lapangan Maguwo, dan seterusnya menduduki pusat pemerintahan Indonesia yang saat itu berada di Yogyakarta.
Hal ini kemudian berujung pada penangkapan Presiden Sukarno dengan wakilnya Muhammad Hatta. Sebelum ditangkap sebuah mandat sempat terkirim kepada Mr Syafrudin Prawiranegara yang kala itu menjabat Menteri Keuangan yang berkedudukan di Bukittinggi, untuk mengambil alih serta mendirikan pemerintahan darurat.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, mandat tersebut tidak sempat diterima Mr Syafrudin. Namun dengan inisiatif sendiri, dia mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) sebagai bukti Indonesia masih ada, sekalipun kedua pemimpinnya telah tertangkap.
Dalam buku berjudul ‘Bungo Rampai Peran Pelajar Pejuang di Sumatera Tengah Selama Perang Kemerdekaan’ yang diterbitkan pada tahun 1996, diceritakan pada 19 Desember tersebut Bukittinggi juga sudah dimasuki kembali oleh Belanda, sebuah pesawat jenis Mustang mengelilingi langit Bukittinggi sembari meyebarkan selebaran yang berisi keputusan Belanda yang tidak lagi tunduk pada Perjanjian Renville.
Keesokan harinya, turunlah perintah untuk memindahkan markas Mobrig yang ada di daerah Birugo ke daerah Jirek Bukittinggi. Selanjutnya pada 21 Desember kembali turun perintah untuk memindahan markas ke daerah Sipisang Palupuh. Pada saat pemindahan tersebut kemudian didapatlah kabar Bukittinggi sudah diduduki Belanda.
ADVERTISEMENT
Akibat didudukinya Bukittinggi, markas yang sebelumnya akan dipindahkan ke Sipisang akhirnya dipindahkan ke daerah Bateh Sariak, yang saat itu langsung menjadi basis bertahanan Mobrig Sumatera Barat.
Lokasi tersebut kemudian menjadi Markas Sektor II daerah pertempuran Agam dengan komandan Inspektur Polisi I Amir Machmud. Sektor II ini kemudian dikenal dengan sebutan Front Palupuh.
Front Palupuh: Kisah Brimob dan Rakyat Pertahankan Kemerdekaan RI    (1)
zoom-in-whitePerbesar
Terlibatnya Masyarakat Palupuh
Di markas baru yang terletak di Bateh Sariak ini, dimulai pembentukan strategi guna menghadapi Belanda, di bawah komando 3 orang pimpinan mobrig, yaitu Kepala Polisi wilayah Sumatera Tengah, AKBP Sulaimen Effendi; Komandan Polisi Bagian Sumatera Barat, IPDA Kaliansa Situmorang; serta IPTU Amir Machmud sebagai Komandan Perjuangan Front Palupuh.
Pegiat Sejarah Komunitas Rangkiang Budaya Sumbar, Syahrul Rahmat, mengatakan untuk membantu perjuangan, kaum laki-laki di daerah tersebut yang sudah dianggap sanggup, akan ikut berjuang bersama Mobrig.
ADVERTISEMENT
Guna mengkomandoi pasukan yang berasal dari masyarakat, maka dipilihlah beberapa orang yang juga berasal dari kalangan sipil, yaitu Anwar Datuak Taman Batuah, Zainal Pakiah Muncak, serta Syafei--dan tetap dalam satu garis koordinasi dari Komandan Mobrig.
Kata Syahrul, pada awalnya Belanda tidak pernah berhasil memasuki Palupuh karena kondisi alam yang ada di daerah tersebut, sangat menguntungkan bagi pasukan Front Palupuh dalam menahan serangan Belanda.
Akan tetapi setelah mencoba berulang kali, pada akhirnya Belanda dengan pasukan lebih kurang satu pleton, berhasil melewati pertahanan tersebut, malangnya setelah berhasil memasuki Palupuh. Pejuang dari Front Palupuh memutus jalan yang akan mereka lalui selanjutnya.
Selama terperangkap, logistik bagi pasukan Belanda dipasok dari jalur udara. Sementara pasukan Front Palupuh hanya memanfaatkan pasokan dari markas mobrig, akan tetapi sering kali tidak cukup, sehingga pejuang yang berasal dari masyarakat sipil memperoleh makanan yang disiapkan melalui dapur umum.
ADVERTISEMENT
Selama gerilya, sempat terjadi kelengahan dari tentara Front Palupuh, sehingga mengakibatkan masuknya Belanda ke perkampungan, dan membunuh seorang anak dari kalangan sipil. Hal tersebut kemudian memicu kontak senjata antara kedua belah pihak dengan mengakibatkan gugurnya 19 orang yang berasal dari pejuang serta masyarakat sipil.
Syahrul mengatakan, setidaknya terdapat 360 orang pejuang yang ada pada kubu Front Palupuh. Jumlah tersebut berasal dari pasukan Mobrig dan masyarakat sipil. Selain itu juga terdapat 6 orang Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang juga ikut dalam perjuangan. Waktu itu mereka sempat terpisah dari kesatuan Harimau Kuranji yang berpusat di Padang, hingga akhir perjuangan pun mereka dikabarkan selamat.
Pentingnya Keberadaan Front Palupuh
Keberadaan Front Palupuh sangat berdampak besar untuk mencegah bersatunya pasukan Belanda yang datang dari arah Padang melalui Bukittinggi serta dari arah Medan melalui Lubuk Sikaping.
ADVERTISEMENT
Keberadaan Front Palupuh secara tidak langsung juga mencegah Belanda untuk menguasai Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang diketuai Mr Syafrudin Prawiranegara, yang berada di Koto Tinggi Limapuluh Kota yang dapat diakses melalui daerah Pagadih.
Perjalanan panjang Indonesia tidak terlepas dari perjuangan para pahlawan, yang bahkan tidak dikenali bagaimana rupa serta perawakannya. Akan tetapi di balik itu semua semangat juang mereka dalam mempertahankan kemerdekaan tersimpan dalam relief serta monumen peringatan peristiwa Front Palupuh. (RL)