Kisah Zulfirmansyah, Pelukis asal Padang Korban Tragedi Christchurch

Konten Media Partner
18 Maret 2019 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zulfirmansyah (paling kiri), korban penembakan di Selandia Baru. (Irwanda/Langkan.id)
zoom-in-whitePerbesar
Zulfirmansyah (paling kiri), korban penembakan di Selandia Baru. (Irwanda/Langkan.id)
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Padang - Zulfirmansyah menjadi korban luka dalam tragedi penembakan di masjid di Kota Christchurch, Selandia Baru. Kini kondisi pria asal Kota Padang, Sumatera Barat, itu sudah membaik setelah melewati masa koma.
ADVERTISEMENT
Zul, sapaan akrab Zulfirmansyah, merantau ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk menimba ilmu di Kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Dia menggeluti bidang seni lukis. Kemudian pria yang kini berusia 41 tahun itu bergabung dengan komunitas Seni Sakato Yogyakarta. Zul masuk dalam daftar 100 besar kurator di Indonesia.
"Zul seorang seniman pelukis, sudah ikut berbagai pameran di negara-negara Asia, salah satunya di Beijing. Adik saya cita-citanya memang ingin sukses menjadi seorang seniman lukis yang mendunia," ujar kakak kedua Zul, Yulierma, kepada langkan.id, Senin (18/3).
Di Yogyakarta itu, kata Yulierma, Zul menemukan pujaan hatinya, Alta Marie, yang kini telah menjadi istrinya. Mereka bertemu di suatu acara kesenian yang berlangsung di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
"Pernikahan berlangsung pada tahun 2015, Zul dikaruniai satu orang anak yang diberi nama Overeos Oemar Syah, kini berusia 2 tahun. Jadi mereka memang tidak pernah pacaran, ya memang jodoh di tangan Tuhan kita tidak tahu," kata dia.
Pada Januari 2019, Zul kemudian memutuskan pindah ke Selandia Baru bersama istri dan anaknya. Bagi Zul, Selandia Baru merupakan sebuah negara dengan prospek yang bagus untuk mengembangkan bakat seninya. Apalagi istri Zul, Alta Marie, juga merupakan dosen di negara tersebut.
Bakat seni Zul memang sudah kelihatan sejak usia belia. Bahkan di kediaman orang tuanya di Jalan Tanjung Indah III Blok G18, Kelurahan Kampung Lapai, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, banyak lukisan karya Zul.
ADVERTISEMENT
Kakak kelima Zul, Hendra Yuspita, mengatakan bakat adik bungsunya itu kemungkinan turun dari orang tuanya. Di dunia seni, Zul memilih jenis seni lukis abstrak.
"Entah abstrak entah apa, yang jelas saya kalau lihat lukisannya itu, tidak bisa menafsirkan, dia sejak lama memang sudah berkecimpung di dunia seni dari ISI. Zul masuk tahun 1997 stay di Yogyakarta sampai 2018," kata dia.
Bagi Hendra, Zul merupakan seorang adik sekaligus sebagai teman bercerita. Meski suka bercanda dan terkadang usil, namun adiknya itu dikenal dengan tipikal keras. Dalam satu hal, Zul dikenal sangat konsen.
"Dalam satu hal, dia konsen serius, dia tidak bisa diubah lagi dengan pendapat apapun, meski dia sering minta pendapat ke kakak-kakaknya," ujar Hendra.
ADVERTISEMENT
Ia menyebutkan, Zul sangat hormat dan santun kepada kakak-kakaknya. Zul merupakan anak paling bungsu dari enam bersaudara. Dari dulu, Zul memang sangat mandiri.
"Ya mungkin dia melihat ada prospek bagus di sana (Selandia Baru). Dulu, juga pernah di Beijing, China," tuturnya.
Zul dan anaknya Overeos Oemar Syah menjadi korban aksi penembakan di 2 masjid di Selandia Baru, yakni Masjid Al-Noor, Christchurch, dan Masjid Linwood Ave pada Jumat waktu setempat (15/3). Zul sempat mengalami koma setelah sejumlah peluru bersarang di tubuhnya. Sedangkan anaknya juga mengalami luka di bagian kaki. (Irwanda)