Mentawai Kekeringan, Warga Minta Pemerintah Turun Tangan

Konten Media Partner
17 September 2019 16:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kekeringan (Foto: Dok. Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kekeringan (Foto: Dok. Kumparan)
ADVERTISEMENT
Langkan.id, Mentawai - Kemarau yang melanda wilayah Sumatera Barat sejak beberapa bulan terakhir mengakibatkan sejumlah daerah kekeringan, termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, warga Mentawai, apalagi di daerah Tuapeijat, ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan memasak, mandi dan mencuci.
Sebagaimana yang diungkapkan Raita (31), warga Kecamatan Sipora Utara mengatakan, sumur yang ada di rumahnya sudah benar-benar kering.
“Sudah habis sehabis-habisnya, dua sumur yang saya miliki sudah kosong, padahal sumur itu kedalamannya tiga dan empat meter,” ujarnya melalui rilis yang diterima Langkan.id, Senin (17/9).
Menurut Raita, kekeringan di wilayah itu sudah sejak satu bulan terakhir. Masyarakat setempat mencari air bersih, pergi ke family terdekat atau mencari sumber air di sungai-sungai yang ada di daerah itu.
“Saya pernah juga ke Goiso Oinan untuk mencari air bersih, jaraknya sekira 13 kilometer. Di sana ada mata air yang menagalir, sekarang di tempat itu juga sudah mulai kering,” kata Raita.
ADVERTISEMENT
Sementara, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), menurut Raita, sudah beberapa tahun terakhir tidak berfungsi. PDAM hanya mengalir ke beberapa rumah di daerah setempat. “Sudah lama PDAM tidak jalan, dulu di rumah saya mengalir air PDAM, tapi sekarang tidak lagi, apalagi saat ini datambah kemarau,” ungkapnya.
Dia berharap, kondisi saat ini, apalagi di pusat ibu kota kabupaten, Pemerintah Daerah segera mencarikan solusi untuk menanggulangi kekurangan air bersih. “Sudah lama sekali hujan tidak turun, kita harapkan pemerintah turun tangan,” jelasnya.
Sementara itu, air yang dibagikan Badan Penanggulangan Bencanan Daerah (BPBD), menurut Raita tidak maksimal. “Tidak setiap hari dibagikan, sedangkan kita butuh air setiap harinya,” ucap Raita.
Lalu, air bersih yang dijual menggunakan mobil tangki, harganya terlalu mahal. “Banyak uang yang kita keluarkan untuk itu, ini kebutuhan setiap hari. Sekali isi sumur, harganya bisa mencapai Rp150 ribu sampai Rp200 ribu,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Mentawai, Amir Ahmari mengaku pendistribusian air bersih untuk masyarakat terdampak kekeringan sudah dilakukan. “Kekeringan sudah berlangsung sejak Juli 2019 lalu. Hujan yang turun hanya sebentar, itu tidak mencukupi kebutuhan masyarakat akan air bersih,” ujarnya.
Untuk itu, kata Amir, berdasarkan surat resmi dari pemeritah desa/dusun tentang permintaan masyarakat yang membutuhkan air bersih, BPBD langsung turun ke lapangan. “Pendistribusian sudah dilaksanakan di Desa Tuapeijat dan Sipora Jaya. Karena sudah ada sekira dua tau tiga surat yang masuk terkait kebutuhan air bersih. Pelayan yang kita berikan tidak memungut biaya, alias gratis,” ungkap Amir.
Warga yang membutuhkan air bersih, kata Amir, hanya perlu menyediakan ember, drum atau sejenisnya untuk menampung air bersih yang didistribusikan.
ADVERTISEMENT
“Satu hari, kita mendistribusikan 9 sampai 10 tangki, dengan kapasitas 5 ribu liter. Air itu diambil dari sungai di daerah Goiso Oinan yang mengalir dari perbukitan yang bersih,” katanya. (Zulfikar)