Ribuan Babi Mati Mendadak di Sipora, Mentawai, karena Virus Demam Babi Afrika

Konten Media Partner
10 Maret 2020 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi babi di peternakan. Foto: REUTERS/Stringer
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi babi di peternakan. Foto: REUTERS/Stringer
ADVERTISEMENT
Ribuan ternak babi milik masyarakat di Pulau Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat mati akibat wabah Virus Demam Babi Afrika (African Swine Fever). Peristiwa ini telah berlangsung sejak akhir bulan Januari hingga Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Virus Demam Babi Afrika ini membunuh hewan babi dalam satu wilayah mencapai 100 persen. Sehingga rata-rata babi di Pulau Sipora langsung mati secara mendadak.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai Hatisama Hura mengatakan, pihaknya mendata terdapat 7500 ekor babi yang telah mati. Setelah dilakukan pemeriksaan, hewan itu positif terdampak Virus Demam Babi Afrika.
"Virus ini belum ada vaksinnya. Kami hanya bisa melakukan penyemprotan desinfektan. Hanya itu yang bisa kami lakukan sekarang," kata Hatisama dihubungi langkan.id, Selasa (10/3).
Hatisama mengungkapkan mayoritas masyarakat di Pulau Sipora beragama Kristen beternak babi di perkarangan rumah. Menimal, satu keluarga memiliki lima hingga 20 ekor hewan babi.
"Karena babi sudah menjadi bagian pada budaya juga, merupakan sumber pencarian ekonomi masyarakat sekarang. Karena daging babi di sini juga dimanfaatkan untuk pesta adat dan syukuran," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat telah turun ke Pulau Sipora seminggu belakangan untuk membantu pencegahan wabah demam babi afrika. Dipastikan, virus ini tidak berdampak terhadap manusia.
Pasca-wabah virus ini, rata-rata masyarakat di Pulau Sipora yang ternaknya mati, telah langsung dikubur atau dibakar. Upaya agar penyebaran demam babi afrika tidak meluas, pemerintah setempat juga telah mengirimkan surat edaran.
"Kami sudah menyebar surat edaran langsung ditandatangani oleh pak bupati. Surat edaran itu berisikan kepada masyarakat agar tidak mengirim babi ke luar Pulau Sipora, agar virus ini tidak menyebar ke pulau lainnya," tuturnya.
Akibat wabah virus tersebut, daging babi di Pulau Sipora menjadi langka. Daging babi di pasaran mencari Rp 70 ribu per Kg. Harga ini bisa naik secara signifikan ketika adanya pesta adat dan syukuran.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat dampak naik harga daging babi tidak bisa langsung. Biasanya ketika ada pesta dan syukuran. Di sini rata-rata babi lokal dan ada juga babi varietas dari Kepulauan Nias," ujarnya.