Soal Sindiran Megawati ke Sumbar, Ini Tanggapan Kerapatan Adat Alam Minangkabau

Konten Media Partner
13 Agustus 2021 20:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat Sayuti Dt. Rajo Pangulu tidak menyalahkan pernyataan Megawati soal tidak ada lagi tokoh nasional yang berasal dari Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
“Saya bukan pendukung bu Mega ya, tetapi pernyataan beliau memang benar, kalau orang Minang itu dulu sebelum merantau ke surau dulu, orang seperti itu disegani oleh orang,” katanya, Jumat 13 Agustus 2021.
Begitupun terkait pernyataan Megawati soal fungsi tungku tigo sejarangan, menurut Sayuti, pada pemerintahan zaman dulu memang hidup seperti di masa Gubernur Sumatera Barat Harun Zain, Azwar Anas, dan Hasan Basri Durin.
"Kalau sekarang hidup tungku tigo sejarangan tidak hidup lagi dan sudah lama mati, apalagi dalam 10 tahun terakhir, cuma disebut-sebut saja tapi tidak ada tindak lanjut programnya, dulu itu diberi tugas oleh pemerintah daerah,” ujarnya.
Dia mengatakan, orang yang biasanya menjadi tokoh nasional itu biasanya tidak akan lepas dari unsur tungku tigo sejarangan dan tahu adat tahu agama. Sebut saja Tan Malaka, dia orang yang tahu adat dan tahu agama.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan Agus Salim yang tahu adat dan agama. Kemudian Buya Hamka, Sutan Syahrir, Bung Hatta, termasuk suami Megawati Taufik Kiemas, semua rata-rata adalah datuk yang juga paham dengan agama.
“Jadi sebenarnya Bu Mega rindu tokoh-tokoh yang seperti suaminya, suaminya ketua MPR malahan, jadi dia rindu mungkin menurut saya,” katanya.
Menurutnya, Megawati tidak marah dan tidak menyindir Sumatera Barat. Tetapi ingin mengungkapkan kerisauannya karena dulu Sumatera Barat banyak tokoh nasional bahkan internasional, namun sekarang tidak ada lagi.
Dia menyebutkan pernyataan Megawati harus menjadi introspeksi luar biasa bagi masyarakat Sumatera Barat.
Harapannya dengan ini pemerintah daerah menghidupkan kembali peran tungku tigo sajarangan dan tali tigo sapilin yang menjadi pemimpin informal di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Ini harus menjadi koreksi luar biasa bagi kita, jadi saya setuju dengan pernyataan itu, yang dikeluhkan bu Megawati itu pemimpin, ini kerisauannya,” tegasnya.