Korupsi di Penjara Koruptor

Lapak Komik
Semua komik ada di sini .
Konten dari Pengguna
24 Juli 2018 14:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lapak Komik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Korupsi di Penjara Koruptor
zoom-in-whitePerbesar
Korupsi di Penjara Koruptor (1)
zoom-in-whitePerbesar
Korupsi di Penjara Koruptor (2)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK di Lapas Sukamiskin mengungkap fakta baru yang cukup mengagetkan. Praktik suap di lapas khusus koruptor itu rupanya dilakukan secara terang-terangan.
ADVERTISEMENT
"Permintaan mobil, uang, dan sejenisnya di Lapas Sukamiskin diduga dilakukan secara gamblang," ujar juru bicara KPK Febri Diansyah, pada Minggu (22/7). Febri mengatakan dalam proses penyidikan suap di Lapas Sukamiskin, KPK menemukan beragam bukti permintaan fasilitas premium di lapas. Bahkan, tidak menggunakan kode atau sandi yang biasa digunakan untuk mengelabui petugas.
"KPK menemukan bukti-bukti, permintaan tersebut dilakukan baik langsung atau tidak langsung bahkan tidak lagi menggunakan sandi atau kode-kode terselubung. Sangat terang. Termasuk pembicaraan tentang "nilai kamar" dalam rentang Rp 200-500 juta per kamar," jelas dia. Apa yang terjadi dengan OTT KPK dan suap Lapas Sukamiskin, dalam pandangan Kandidat Doktor Kriminologi - Australian National University, Leopold Sudaryono, memiliki makna bahwa ketahanan Lapas tidak cukup kuat bagi Napi koruptor.
Ilustrasi Korupsi. (Foto: Dok: Lapak Komik/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Korupsi. (Foto: Dok: Lapak Komik/ kumparan)
"Menahan seseorang yang memiliki kekuasaan riil secara politik, ekonomi dan jaringan pengaruh tentu tidaklah mudah. Apalagi dalam kondisi lapas yang secara umum masih jauh di bawah aturan standar minimum PBB utk penahanan (SMR)," jelas Leopold dalam keterangannya.
ADVERTISEMENT
Leopold juga menyampaikan untuk mengurangi derita, yang dihadapi, napi koruptor akan menggunakan segenap kapitalnya. Ada dua setidaknya yang akan mereka lakukan.
"Pertama kapital dalam bentuk ekonomi: tawaran uang/fasilitas kepada pengelola Lapas. Bentuknya beragam seperti pemenuhan kebutuhan operasional Lapas yang sering tidak tercantum dalam anggaran ikut dibantu oleh napi: program bengkel kerja, pengadaan komputer dan lain-lain. Atau kedua, dalam bentuk politik: tekanan dari jaringan politik pada pimpinan Lapas agar memberikan kelonggaran. Tawaran untuk dibantu mendapat promosi ke jabatan yang lebih baik atau ancaman karir macet salah satu bentuknya," tambah dia lagi.