35 Tahun Berdoa Bersama Para Narapidana yang Terpidana Mati

Laurencia Eva Angelina
Saya berkuliah di Program Studi Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga.
Konten dari Pengguna
27 November 2020 16:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laurencia Eva Angelina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber : Katolikpedia.id
Sr. Gerard Fernandez lahir pada tahun 1938, pada tahun 2020 ini Ia menginjak usia 82 tahun. Ayahnya bekerja sebagai sekretaris kepala pengadilan. Keluarganya hidup dalam Iman Katolik, Ia dan kesembilan saudaranya dididik dalam pengajaran Iman Katolik yang kuat oleh kedua orangtuanya. Selain bertekun dalam Iman Katolik yang kuat, keluarganya juga cukup mapan dalam hal finansial.
ADVERTISEMENT
Profesi Sr. Gerard Fernandez adalah seorang guru TK. Awal panggilannya menjadi seorang biarawati dimulai dari pertemuannya dengan Para Suster Gembala Baik (RGS). Para Suster Gembala Baik ini menangani wanita dan remaja yang bermasalah, seperti masalah prostitusi, kekerasan, narkoba dan sebagainya. Para Suster Gembala Baik (RGS) juga menyediakan rumah penampungan bagi sejumlah perempuan yang hidupnya terbilang berantakan. Dari pengalamannya di rumah penampungan dengan melihat kesedihan di wajah para wanita dan remaja, hatinya pun terketuk dan tersentuh untuk melayani serta menolong perempuan-perempuan yang menderita tersebut. Lalu, pada tanggal 19 Mei 1956 Sr. Gerard Fernandez resmi masuk biara RGS di usianya yang ke-18 tahun. Di dalam benak Sr. Gerard Fernandez orangtuanya akan menolak keputusan yang Ia ambil tetapi orangtuanya malah mendukung dan senang dengan keputusan tersebut. Kedua saudari perempuannya pun menjadi seorang biarawati Fransiskan.
ADVERTISEMENT
Pada masa kecil Sr. Gerard Fernandez, kala itu berusia 6 tahun Ia selalu diajarkan pelafalan Bahasa Inggris oleh Ayahnya yang fasih dalam berbahasa Inggris. Ia diminta oleh Ayahnya untuk melafalkan kalimat “Dan aku mengikatmu ke Penjara Sing Sing, disana untuk digantung, ditarik dan dipotong-potong.” Sing Sing adalah penjara dengan keamanan tingkat tinggi di New York. Tetapi, Sr. Gerard Fernandez kecil tidak suka melafalkan kalimat itu dan memilih melafalkan Doa untuk Bunda Maria dalam Bahasa Inggris. Dari pengalaman masa kecilnya tersebut Ia menyadari bahwa hal yang Dia tolak di masa kecil menjadi panggilan hidupnya sekarang.
Pada tahun 1962 menjadi awal mula penugasan Sr. Gerard Fernandez. Selama 4 tahun Ia bertugas di Jakarta untuk berkarya menangani kenakalan remaja akibat pergaulan bebas. Tetapi, karyanya tersebut terganggu oleh kerusuhan politik gerakan 30 September tahun 1965. Bagi Sr. Gerard Fernandez kekacauan politik tersebut merupakan kejadian yang menakutkan, walaupun pekerjaannya itu memuaskan.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1970an, Sr. Gerard Fernandez menjadi penasihat banyak pecandu narkoba di Singapura serta mengikuti lebih banyak kursus konseling dan rehabilitasi yang diadakan oleh Asosiasi Anti Narkotika Singapura. Sr. Gerard Fernandez bersama Pastor Patrick John O’Neill dan Pastor Brian Doro sangat fokus mengurus masalah korban narkoba ini. Lalu, mendirikan lembaga untuk mendampingi para korban narkoba di penjara atau biasa disebut Roman Catholic Prison Ministry atau Pelayanan Penjara Katolik Roma.
Pada tahun 1981, Singapura diguncang peristiwa pembunuhan yang mengerikan. Akhirnya, polisi menangkap tiga pelaku yaitu Catherine Tan, Adrian Lim, dan nyonya Hoe Kah Hong. Salah satu pelaku pembunuhan ini yaitu Catherine Tan adalah bekas murid dari Sr. Gerard Fernandez. Sr. Gerard Fernandez sangat dekat dengan keluarga Catherine Tan, Ia juga mengenal Ayah dari Catherine Tan. Tahun 1988, ketiga narapidana itu menjalani hukuman mati di tiang gantung. Salah pergaulan yang membuat Catherine Tan melakukan hal tak terpuji ini dan membuatnya menjalani hukuman mati di tiang gantung. Menurut suster Gerard, saat itu berusia 36 tahun Ia mendampingi Catherine hingga sisa hidupnya di tiang gantung. Hal itu benar-benar membuatnya merasa sedih dan terpukul. Sejak saat itu Sr. Gerard Fernandez banyak mendampingi para terpidana mati di Penjara Chang, Ia berjalan bersama 18 narapidana mati ke tiang gantung. Ia mendampingi pembunuh pekerja rumah tangga di Filipina pada tahun 1991 bernama Flor Contemplacion. Sr. Gerard Fernandez juga mendampingi pedagang narkoba asal Australia bernama Van Tuong Nguyen, yang dihukum pada tahun 2004. Saya hanya mencoba menjadi teman, berjalan bersama mereka, mempersiapkan mereka menuju ajal, sehingga mereka siap (Newbie, 2020).
ADVERTISEMENT
Para narapidana mati ini tidak semua beragama Katolik, salah satunya pembunuh bernama Kumar. Bagi Sr. Gerard Fernandez para pelaku ini memang bersalah tetapi mereka memiliki Hak Asasi untuk dibimbing dan dibina, di dalam hati mereka juga memiliki pengharapan dan asa. Berkat karya dan teladan ini Sr. Gerard Fernandez dipilih oleh BBC atau biasa disebut dengan British Broadcasting Corporation sebagai salah satu dari 100 tokoh wanita yang menginspirasi dunia. Kini Ia telah pensiun dan berkarya di Good Shepherd Place dengan mendampingi para remaja bermasalah bagi keluarga.
Sr. Gerard Fernandez banyak dihadapkan oleh berbagai pengalaman hidup yang membuatnya mempunyai banyak pemikiran. Seperti saat Ia bertemu dengan Para Suster Gembala Baik (RGS) yang membuat hatinya tersentuh dan memiliki pemikiran untuk membantu wanita dan remaja yang bermasalah, seperti masalah prostitusi, kekerasan, narkoba dan sebagainya. Saat Ia mendampingi para terpidana mati sampai ke tiang gantungan, baginya para terpidana ini memang bersalah tetapi mereka Hak Asasi untuk bimbingan dan binaan. Serta di hati mereka masih terdapat pengharapan dan asa untuk dekat dengan Tuhan walaupun tidak semua diantara mereka beragama Katolik.
ADVERTISEMENT
Sr. Gerard Fernandez adalah orang yang memiliki teladan yang rendah hati, saling mengasihi sesama, peduli terhadap sesama, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, melayani yang lemah dan menderita. Teladan Sr. Gerard Fernandez ini dapat kita contoh dan diimplementasikan pada masa pandemi Covid-19. Banyak sekali orang-orang yang merasa dirugikan pada masa pandemi ini seperti tertular penyakit corona dari virus Covid-19 dan harus merasakan sesak nafas. Tidak hanya dampak untuk kesehatan tubuh kita tetapi juga terdampak di bidang ekonomi seperti PHK atau pemberhentian hubungan kerja terhadap karyawan perusahaan dan akhirnya membuat banyak orang yang merasa susah untuk bertahan hidup, mencari uang untuk makan, membiayai kebutuhan sehari-hari, dsb.
Teladan Suster Gerard Fernandez yang peduli terhadap sesama perlu kita teladani, seperti membantu sembako atau uang untuk orang yang membutuhkan dalam masa pandemi ini. Saling mengasihi sesama dan menerapkan rasa kemanusiaan juga perlu kita teladani dengan cara tidak boleh mendiskriminasi penderita penyakit dan tenaga kesehatan. Kita perlu mendukung seperti jangan memukul atau mempunyai pemikiran yang buruk terhadap mereka. Melayani yang lemah dan menderita juga perlu di teladani dan diimplementasikan pada masa pandemi ini seperti, memberi semangat atau dukungan mental terhadap penderita penyakit corona walaupun kita tidak bisa menjenguk atau melihat secara langsung tetapi kita bisa menyampaikan dukungan kita melalui media sosial.
ADVERTISEMENT
Sr. Gerard Fernandez awalnya berprofesi sebagai seorang guru TK. Lalu, Ia terpanggil menjadi seorang biarawati saat bertemu dengan Para Suster Gembala Baik (RGS). Sr. Gerard Fernandez adalah seorang yang peduli akan sesama dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Ia ingin membantu wanita dan remaja yang bermasalah seperti masalah prostitusi, kekerasan, narkoba dan sebagainya. Serta mendampingi sebagai konselor bagi para narapidana yang dihukum mati di tiang gantung. Baginya para narapidana ini masih memiliki pengharapan dan asa di hati mereka. Salah satu masalah pembunuhan yang cukup terkenal yang Sr. Gerard Fernandez dampingi yaitu masalah pembunuhan di Singapura yang dilakukan oleh bekas muridnya Catherine Tan.
Pada masa pandemi Covid-19 ini banyak teladan Sr. Gerard Fernandez yang bisa kita ambil dan implementasikan. Teladan Sr. Gerard Fernandez yang peduli terhadap sesama perlu kita teladani, seperti membantu sembako atau uang untuk orang yang membutuhkan dalam masa pandemi ini. Saling mengasihi sesama dan menerapkan rasa kemanusiaan juga perlu kita teladani dengan cara tidak boleh mendiskriminasi penderita penyakit dan tenaga kesehatan. Kita perlu mendukung seperti jangan memukul atau mempunyai pemikiran yang buruk terhadap mereka.
ADVERTISEMENT
Saran yang bisa diberikan kepada pembaca supaya bisa mencontoh teladan Sr. Gerard Fernandez yang peduli terhadap sesama, saling mengasihi, berjiwa kemanusiaan yang tinggi. Dengan menerapkan dan mencontoh sikap ini khususnya di masa sekarang yang terdapat banyak masalah kehidupan yang merugikan banyak pihak. Seperti perbedaan pendapat, permusuhan antar golongan dan ras, kekerasan, kejahatan dan masih banyak lagi. Dapat kita ubah menjadi kehidupan yang damai dengan penerapan sikap Sr. Gerard Fernandez.
Referensi :
Tinggalkan Profesi guru Dan Masuk Biara, Suster ini Setia Melayani para Tahanan Yang Dihukum Mati. (2019, November 12). Katolikpedia.id. https://katolikpedia.id/suster-gerard-fernandez/
Suster Gerard Fernandez RGS : Teman Di Ujung Ajal. (2020, May 3). HIDUPKATOLIK.com | Pusat Informasi Terlengkap Kekatolikan Indonesia. https://www.hidupkatolik.com/2020/05/03/44317/suster-gerard-fernandez-rgs-teman-di-ujung-ajal/
ADVERTISEMENT