Tetap Eksis di Era Pandemi, Minyak Kelapa Sawit Andalan Ekspor Indonesia

Laurenzia Laura
Mahasiswi Jurusan DIV-Statistika Politeknik Statistika STIS
Konten dari Pengguna
24 September 2021 16:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Laurenzia Laura tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Syifa Yulinnas/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kelapa Sawit Foto: Syifa Yulinnas/Antara
ADVERTISEMENT
Hampir seluruh negara di dunia masih berjuang melawan virus COVID-19, termasuk Indonesia. Sejak ditetapkan WHO menjadi Pandemi Global, wabah COVID-19 membawa perubahan besar dengan berbagai tantangan yang tidak pernah terbayangkan bagi Negara Indonesia. Kondisi ini tentunya memukul perekonomian Negara Indonesia dan global, termasuk lalu lintas perdagangan internasional. Menurut Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas tercatat turun 0,61 persen dan ekspor migas turun 30,01 persen. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa perdagangan luar negeri Negara Indonesia, khususnya ekspor, tidak luput dari imbas COVID-19 yang melanda secara global.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan komoditas lainnya, ekspor minyak kelapa sawit ‘kebal’ pandemi. Di tengah krisis akibat pandemi global, ekspor minyak kelapa sawit Indonesia justru meningkat tajam. Menurut Badan Pusat Statistik, ekspor minyak kelapa sawit pada April 2021 mencapai US$18,48 miliar atau tumbuh 52% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$12,16 miliar. Kinerja ekspor minyak kelapa sawit pada April 2021 tercatat tumbuh tinggi sebagai dampak dari meningkatnya permintaan komoditas dan harga dari komoditas tersebut.
Bahan Input Minyak Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit tersebar di 190 kabupaten dengan daerah penyumbang produksi kelapa sawit terbesar adalah Riau, Kalimantan, dan Sumatera. Hal ini memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Ditinjau dari luas areal perkebunan, kebun kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu 14,05 juta ha pada tahun 2017 menjadi 15,08 juta ha pada tahun 2021. Begitu pula dengan produktivitas kelapa sawit yang meningkat, yaitu 3.634 kg/ha pada tahun 2017 menjadi 3.947 kg/ha pada tahun 2021. Kedua faktor produksi tersebut cenderung meningkat stabil selama lima tahun terakhir. Secara otomatis, produksi kelapa sawit juga mengalami fluktuasi positif dari tahun 2017 – 2020.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, produksi kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan sebesar 11,745 juta ton selama tahun 2017 – 2021. Analoginya, jika faktor produksi meningkat, maka produksi juga akan meningkat. Tak heran, produksi kelapa sawit Indonesia juga meningkat selama kurun waktu 2017 – 2021. Fenomena ini dapat dibuktikan melalui formula:
Produksi (ton) = Luas Panen (ha) x Produktivitas (ton/ha)
Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit
Meskipun produksi kelapa sawit Indonesia meningkat, namun di era pandemi ini berat bersih ekspor minyak kelapa sawit menurun. Menurut Badan Pusat Statistik, berat bersih ekspor minyak kelapa sawit tahun 2020 sebesar 27,33 ribu ton, turun 7,5 persen dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi. Kejadian ini tentu berkaitan dengan produksi minyak kelapa sawit yang cenderung turun selama pandemi. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengkonfirmasi bahwa penurunan ini merupakan pola musiman dan diperparah dengan banjir yang terjadi di beberapa sentra sawit, sehingga menghambat proses ekstraksi. Peristiwa ini menyebabkan volume ekspor minyak kelapa sawit cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu, khususnya di era pandemi.
ADVERTISEMENT
Anomali Nilai FOB vs Berat Bersih Ekspor Minyak Kelapa Sawit
(Sumber Data : Badan Pusat Statistik)
Selama pandemi, ekspor minyak kelapa sawit mengalami anomali. Meskipun volume ekspornya turun, namun nilai FOB minyak kelapa sawit meningkat cukup tajam. Hal ini menandakan bahwa harga komoditas kelapa sawit menunjukkan tren peningkatan mulai akhir tahun 2019 hingga 2020. Perlu diketahui, negara tujuan utama ekspor komoditas minyak kelapa sawit selama dua tahun terakhir yaitu India, Tiongkok, dan Pakistan.
Pada tahun 2020, kontribusi nilai ekspor ke masing-masing negara tujuan utama terhadap total nilai ekspor komoditas minyak kelapa sawit, yaitu India sebesar 16,20 persen setara dengan nilai US$2.987,3 juta, Tiongkok sebesar 15,55 persen setara dengan nilai US$2.867,5 juta, dan Pakistan sebesar 9,04 persen dengan nilai US$1.667,4 juta. Di tahun yang sama, nilai ekspor minyak kelapa sawit ke India tumbuh sebesar 32,65 persen, Tiongkok malah mengalami penurunan sebesar 5,04 persen, kemudian Pakistan naik sebesar 42,62 persen. Lalu, lima negara tujuan ekspor minyak kelapa sawit dengan peningkatan nilai FOB terbesar tahun 2020 adalah India, Pakistan, Italia, Spanyol, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Mengapa Nilai FOB Meningkat?
Nilai FOB ekspor minyak kelapa sawit justru meningkat selama pandemi dikarenakan beberapa hal. Pertama, kecenderungan harga minyak kelapa sawit dunia yang meningkat. Kedua, kebijakan lockdown di Malaysia menyebabkan pasar menjadi asimetris padahal Malaysia merupakan salah satu negara produsen minyak nabati terbesar. Ketiga, peningkatan harga CPO (Crude Palm Oil) karena berlakunya Peraturan Menteri Keuangan No.191/2020 yang memuat kenaikan tarif secara umum di sektor minyak nabati. Sebuah keberkahan di era pandemi, harga ekspor minyak kelapa sawit asal Indonesia justru melejit tajam. Kenaikan harga itulah yang menjadi penyebab ekspor minyak kelapa sawit masih jadi andalan di Indonesia.
Laurenzia Ayu Laura - Politeknik Statistika STIS