Panggilan Hati Mbok Sarmi: Duafa yang Berkurban di Usia Senja

Konten dari Pengguna
22 Agustus 2017 15:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lazismu Pusat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Panggilan Hati Mbok Sarmi: Duafa yang Berkurban di Usia Senja
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Amil Lazismu dan Mbok Sarmi di Desa Tigasan, Probolinggo (Foto: Lazismu Probolinggo)
ADVERTISEMENT
Awal ceritanya, kurang lebih setahun yang lalu, ia mendapatkan amanah dari seseorang untuk memelihara beberapa ekor kambing, satu di antaranya seekor kambing betina. Kurang lebih setahun, kambing betina itu melahirkan, ia mendapat bagian dua anak ekor kambing, sedangkan kambing dewasa dibawa kembali pemiliknya.
Ia tak sanggup lagi memelihara kambing yang jumlahnya banyak. Sampai tiba waktunya, ada suatu panggilan hati yang menggerakan jiwanya, yang kemudian kambing peliharaannya yang berusia hampir tiga tahun tahun diniatkan untuk berkurban.
Berkah apa yang datang pada diri perempuan tua ini yang hidup sebatang kara. Keputusan mulia itu diambil dan hingga akhirnya Mbok Sarmi berbagi kisah kepada Lazismu Kantor Layanan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (18/8/2017).
Kediaman Mbok Sarmi di sebuah desa, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Ia tinggal seorang diri di gubuk kecil berukuran 3 x 4 meter, di Desa Tigasan Wetan. Rumahnya jauh dari hunian yang layak. Seluruh dindingnya dilapisi bambu (gedek) dengan atap seng.
ADVERTISEMENT
Tiang-tiang penyangga rumahnya juga berbahan dasar bambu. Tumpukan kayu bakar disimpan rapi persis disebelah kanan depan rumahnya. Jika pintu rumahnya dibuka lebar, pancaran sinar matahari tembus ke dinding rumahnya yang kecil berongga seperti berlubang-lubang.
Di sekeliling rumahnya ada kebun yang masih asri khas desa. Saat musim kemarau datang, tanahnya pecah-pecah sampai depan halaman rumahnya. Mbok Sarmi menghabiskan sisa hidupnya di garis kemiskinan. Tungku (pawon) menjadi alat memasaknya sehari-hari. Tempat tidur seadanya untuk merebahkan diri tak pernah ia hiraukan.
Menurut Benny, selaku Ketua Lazismu Kantor Layanan Kota Probolinggo, yang singgah ke rumahnya, Jumat lalu, bahwa Mbok Sarmi sebetulnya termasuk orang dalam kategori penerima zakat (mustahik). Informasi tentang Mbok Sarmi, diperoleh Lazismu dari seorang guru yang mengajar di desa itu.
ADVERTISEMENT
Benny menambahkan, Mbok Sarmi adalah mustahik binaan Lazismu. “Ia juga bagian dari mustahik yang masuk daftar kegiatan berbagi yang disalurkan Lazismu amanah dari para donatur,” paparnya. Saat akan memberikan santunan ke rumahnya, sebetulnya Lazismu juga akan memberikan seekor anak kambing sebagai aktivasi program zakat produktif dengan harapan seekor anak kambing itu bisa dipelihara Mbok Sarmi.
Panggilan Hati
Disamping tugas pendampingan kedatangan Lazismu ingin memastikan kembali akan membeli beberapa ekor kambing milik Mbok Sarmi untuk Idul Adha tahun ini. “Dengan demikian, setidaknya ada penguatan ekonomi untuk para duafa” kata Bambang, relawan Lazismu Kota Probolinggo.
Sebaliknya kedatangan Lazismu justru mendapat kabar mengejutkan dari Mbok Sarmi . Pasalnya, ia tidak akan menjual kambingnya. Malah ia berkeinginan mengkurbankan kambingnya itu dan dititipkan ke Lazismu.
Panggilan Hati Mbok Sarmi: Duafa yang Berkurban di Usia Senja (1)
zoom-in-whitePerbesar
Amil Lazismu Probolinggo bersama Mbok Sarmi (Foto: Lazismu Probolinggo)
ADVERTISEMENT
Kontan saja kami tak mampu berkata-kata, cerita Benny. Ternyata panggilan hati dan tekadnya begitu kuat tertanam di sanubari Mbok Sarmi. Perempuan yang sudah memasuki usia senja itu lebih memilih berkurban ketimbang menjual kambingnya.
Keinginan Mbok Sarmi berkurban supaya ada bekal yang bisa ia bawa kelak nanti. Umur manusia siapa yang tahu, bebernya. Kepada Lazismu, ia menuturka di usianya yang sudah tua ia ingin memberikan menfaat kepada orang lain. “Bisa berbagi kebahagiaan dengan warga sekitar,” katanya.
Menurut kesaksian warga yang sampai ke telinga Lazismu, kendati ia duafa, Mbok Sarmi tidak bergantung atas belas kasihan warga sekitar. Ia lebih memilih bekerja sebagai buruh yang membantu kebun-kebun sayur tetangganya meskipun jarang dilakukannya pada musim kemarau panjang seperti ini.
ADVERTISEMENT
Ia ingin membuatkan bumbu gulai yang dimasukkan ke beberapa plastik kecil dan dibagikan bersama daging kurbannya. Harapannya, supaya penerima daging kurban lebih mudah untuk memasaknya.
Ibarat alaram, sosok Mbok Sarmi seperti mesin waktu yang berdering di telinga kita, tentang peran penting ibadah kurban. Ia mampu mengetuk hati terdalam di sukma. Pelajaran berharganya, bagi kita yang memiliki kelebihan harta seakan-akan mendapat teguran Tuhan lewat sosok Mbok Sarmi.
Bagi orang yang berkelebihan harta untuk berkurban itu hal biasa. Namun, jika yang berkuban adalah sosok duafa ceritanya akan lain. Niat Mbok Sarmi yang lama terpendam akhirnya tertunaikan dengan segera. Ia bersyukur tahun ini bisa melaksanakannya.
Kebetulan tahun ini kegiatan kurban Lazismu difokuskan di kawasan Terluar, Terdepan dan Tertinggal (3T) yang ada di Kabupaten Probolinggo. Termasuk Desa Tigasan di antara 3 desa lainnya karena melihat kondisi kemiskinan yang ada di daerah itu.
ADVERTISEMENT
Semoga kisah Mbok Sarmi bisa memberikan inspirasi bagi kita bahwa berbagi itu indah dan tak perlu harus menunggu kaya, karena kekayaan itu sendiri pada hakikatnya adalah keinginan kuat untuk bisa berbagi. (Beny/na)
Mari berkurban bersama Lazismu.