Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali

Konten dari Pengguna
21 Oktober 2018 9:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Leny Marliani Peserta Sesdilu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Hiroshima Genbaku Dome, titik nol bom atom Hiroshima. Pada tanggal 6 Agustus 1945, Bom Atom Uranium (“Little Boy”) meledak 600 meter tepat di atas bangunan ini dan menewaskan sekitar 120.000 korban (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Dalam sejarah umat manusia, hanya ada satu negara yang pernah merasakan langsung akibat dari senjata nuklir, yaitu Jepang. Bom atom yang jatuh di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 menewaskan lebih dari 200.000 orang dan memaksa Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, yang sekaligus mendorong kemerdekaan Indonesia dua hari kemudian.
Kenyataan bahwa Jepang menjadi satu-satunya negara yang menjadi korban senjata nuklir hingga kalah dalam Perang Dunia Kedua meninggalkan pengaruh besar terhadap pemerintahan Jepang.
Lebih lanjut, dalam Konstitusi Jepang 3 Mei 1947, terdapat Pasal 9 yang menyatakan bahwa Bangsa Jepang selamanya menanggalkan perang sebagai hak berdaulat mereka beserta ancaman penggunaan kekerasan sebagai cara penyelesaian sengketa internasional. Jepang juga menyatakan tidak akan memelihara angkatan darat, laut, udara, maupun potensi-potensi perang lainnya.
Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali (1)
zoom-in-whitePerbesar
Museum Nagasaki Atomic Bomb di Nagasaki (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan kunjungan ke Hiroshima Peace Memorial Museum di Hiroshima dan Museum Nagasaki Atomic Bomb di Nagasaki, diperoleh beberapa fakta menarik terkait peristiwa jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki sebagaimana berikut ini.
Mengapa harus bom atom?
Sampai saat inipun masih terdapat perdebatan moral dan etika di antara sejarawan mengenai apakah Amerika Serikat memang harus menjatuhkan bom atom untuk membuat Jepang menyerah dan mengakhiri perang dunia kedua.
Sejarawan yang pro dengan pengeboman kedua kota ini umumnya berpendapat bahwa apabila perang dengan Jepang diteruskan secara konvensional, di mana AS dan tentara Sekutu menyerang masuk ke wilayah Jepang, maka akan memakan korban jiwa yang lebih banyak di kedua belah pihak termasuk rakyat sipil Jepang.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut akan membuat perang berlangsung lebih lama. Mereka juga berpendapat bahwa para pemimpin perang Jepang akan terus berperang sampai titik darah penghabisan sehingga suatu daya hancur yang besar diperlukan untuk bisa memaksa pihak Jepang menyerah guna mengakhiri perang secepatnya.
Sebaliknya sejarawan yang menentang pengeboman kedua kota, khususnya sejarawan Jepang berdalih bahwa Jepang akan segera menyerah tanpa dijatuhi bom atom, mengingat mereka sudah kalah di berbagai medan pertempuran. Jalur laut Jepang juga telah diblokade dan Uni Soviet juga telah menyatakan perang terhadap Jepang.
Selain itu sejarawan juga mempertanyakan perlunya Nagasaki untuk juga dibom, seolah-olah satu bom atom yang sudah menewaskan ribuan orang di Hiroshima tidak cukup. Apapun itu, kedua kota telah dijatuhi bom atom puluhan tahun yang lalu, dan Jepang sejak saat itu selalu terdepan dalam hal pelucutan senjata pemusnah massal khususnya nuklir.
ADVERTISEMENT
Lalu, mengapa harus Hiroshima dan Nagasaki?
Proses hingga akhirnya Hiroshima dijatuhi bom uranium yang dinamai “Little Boy/Anak Kecil” oleh pesawat Enola Gay dan Nagasaki dijatuhi bom plutonium (The Fatman/Si Gemuk) oleh pesawat Bockscar, tidak kalah kontroversialnya dengan alasan mengapa bom atom harus dijatuhkan.
Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali (2)
zoom-in-whitePerbesar
Perbandingan ukuran bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki 9 Agustus 1945 (“The Fatman/Si Gemuk”) dengan manusia di Museum Bom Atom Nagasaki (Foto: Dok. Pribadi)
Sejak awal Tokyo memang telah dikecualikan sebagai kandidat target serangan bom atom karena Sekutu tidak mau mengambil resiko apabila Kaisar Hirohito yang dianggap sebagai Dewa oleh rakyat Jepang ikut tewas sehingga malah semakin membangkitkan semangat perang masyarakat Jepang. Oleh karena itu, pilihan utama jatuh pada kota-kota pelabuhan, industri, dan markas-markas militer seperti Kokura, Hiroshima, Yokohama, Niigata dan Kyoto.
ADVERTISEMENT
Pihak Sekutu kemudian sepakat memilih Hiroshima sebagai kota pertama yang akan dijatuhi bom atom, sedangkan pilihan kota kedua jatuh pada Kyoto atau Kokura. Nagasaki bahkan tidak ada dalam daftar kota yang akan dibom, karena telah diisi oleh Kyoto atau Kokura. Adalah Menteri Pertahanan AS waktu itu, Henry Stimson yang berhasil meyakinkan Presiden Harry S. Truman untuk mencoret Kyoto dengan alasan banyaknya peninggalan sejarah di kota itu.
Alasan lainnya yang lebih pribadi? Stimson menyukai Kyoto dan budaya Jepang setelah beberapa kali mengunjungi kota tersebut termasuk saat ia berbulan madu dengan istrinya!
Pada pagi hari tanggal 9 Agustus 1945, Kokura menjadi target utama untuk dijatuhi bom atom plutonium, namun apa yang terjadi? Kabut di atas kota tersebut mengganggu pandangan pilot Bockscar, sehingga akhirnya sasaran dialihkan ke Nagasaki yang sama-sama terletak di Pulau Kyushu. Dan di menit terakhir, 80.000 penduduk Nagasaki tewas tanpa pernah tahu adanya campur tangan Stimson maupun campur tangan alam.
Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali (3)
zoom-in-whitePerbesar
Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali (4)
zoom-in-whitePerbesar
Titik nol bom atom Nagasaki. Pada tanggal 9 Agustus 1945 Bom Atom Plutonium (“The Fatman/Si Gemuk”) dijatuhkan di tempat ini dan menewaskan sekitar 80.000 korban jiwa (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Hiroshima dan Nagasaki kini: Burung Phoenix yang bangkit kembali
Sama seperti burung Phoenix dalam mitologi Mesir, Bangsa Jepang percaya dengan Phoenix yang dalam mitologi Jepang disebut Suzaku atau Fushichou (burung yang tidak bisa mati). Seperti halnya Burung Phoenix yang terlahir kembali dari abu dan terbang dengan indah ke angkasa, kota Hiroshima dan Nagasaki saat ini merupakan kota modern yang berhasil bangkit dari reruntuhan abu senjata terdahsyat dalam sejarah manusia.
Hanya 19 tahun setelah pengeboman pada kedua kota itu yang diikuti kekalahan Jepang pada Perang Dunia Kedua, Jepang berhasil menjadi negara Asia pertama yang dapat menggelar Olimpiade Musim Panas di Tokyo tahun 1964 yang sekaligus menjadi ajang untuk memperlihatkan pemulihan Jepang kembali menjadi negara maju.
ADVERTISEMENT
Kota Hiroshima dan Nagasaki saat ini telah menjadi salah satu tujuan utama wisata di wilayah Jepang barat, selain menjadi kota industri maju. Hiroshima kemudian menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1994, dan membuat seluruh Asia terpukau dengan kemajuan kota tersebut menjadi kota modern yang maju.
Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali (5)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Hiroshima saat ini (Foto: Dok. Pribadi)
Sementara itu Nagasaki yang sejak akhir abad 19 menjadi tulang punggung revolusi industri Jepang, berkembang bukan hanya sebagai kota industri namun juga dari pariwisata. Pemandangan malam Nagasaki dinobatkan sebagai 3 pemandangan malam terbaik di Jepang, selain Hakodate di Hokkaido dan Kobe (Jepang Tengah). Pada tahun 2012 pemandangan malam di nagasaki bahkan disebut sebagai salah satu dari 3 pemandangan malam terindah di dunia selain Monako dan Hong Kong.
Hiroshima dan Nagasaki Kini: Burung Phoenix yang Bangkit Kembali (6)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan malam Nagasaki. Sayang saat gambar diambil cuaca sedang berkabut (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Imperialisme dan militerisme Jepang di Asia Pasifik yang membawa Perang Dunia Kedua di Asia-Pasifik dibayar mahal dengan kehancuran yang diakibatkan dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Dari abu kehancuran tersebut, Jepang mendapatkan pelajaran berharga untuk mendapatkan tempat di dunia dengan jalan damai, yakni melalui kemajuan ekonomi dan perdagangan.
Dan dari abu Hiroshima dan Nagasaki itulah Jepang yang baru muncul menjadi kekuatan ekonomi, perdagangan dan budaya global. Jepang juga menjadi salah satu kontributor bantuan luar negeri (ODA) terbesar di dunia, dan salah satu pendukung utama perlucutan senjata pemusnah massal di forum internasional.
ADVERTISEMENT
*****